Tiba2 aku teringat dengan serangkaian kejadian, di sebuah stase yang dianggap mengerikan~
***
"Jangan manja, jangan nyalahin konsulen kalo kalian gak bisa konsul, menyalahkan konsulen yang sering keluar kota karena ada pendidikan. Banyak cara agar kalian bisa konsul, ada email, ada whats up, apa susahnya. Kalian yang harus lebih berusaha."
Aku hanya diam, mengangguk, membenarkan. Hanya saja aku bingung, kapan aku menyalahkan? Akupun sudah mencoba konsul via email dan whats up. Mungkin sudah takdirnya. Aku pun menghela napas panjang, sambil berusaha menyunggingkan senyum seikhlas-ikhlasnya. Aku terus mengerjakan laporan kasusku dengan kemampuanku sendiri.
***
Siang itu aku sangat mengantuk, super mengantuk. Tapi siang itu juga aku harus pergi ke rumah konsulen untuk mengumpulkan makalah laporan kasusku yang akan kupresentasikan besok harinya. Tadi malam aku jaga tanpa terlelap sedikitpun karena amanah2 dari Allah swt untuk orangtua2 di muka bumi ini selalu berdatangan dengan tangis2 mengharukan hati. Terlebih saat itu aku bertugas menjadi DM substase yang cukup melelahkan, DM bayi. Aku benar2 sangat mengantuk. Di jalan menuju rumah konsulen, aku sudah tak sadar lagi terlelap saat mengedarai motorku, bangun2 aku sudah masuk ke selokan penuh air comberan berwarna hijau kehitaman bersama motor kesayanganku. Aku pikir aku sudah mati. Baju dan rokku kotor dan basah, spion motorku patah dan pecah, motorku terluka sama parahnya dengan lecet di kaki dan tanganku. Aku masih setengah terlelap, karena aku benar2 mengantuk. Orang2 pun berdatangan menghampiri.
"Loh, kenapa mbak kok jatuh sendiri? Ketiduran di motor ya? Gak ada apa2 kok bisa masuk selokan gini? Ayok mbak sini dibantu ngeluarin motornya. Mbak gak apa2?"
"Hhahaha. Iya Pak, jadi malu. Saya ngantuk banget, tadi malam jaga gak bisa tidur sama sekali, lanjut dinas sampai tadi siang. Ketiduran di motor deh."
"Ayok mbak, minum duku biar enakan."
Aku menahan tawa merasa konyol dengan diri sendiri.
"Wah, spionnya ini patah dari dalam mbak. Gak bisa dipasang ini, harus dibongkar dulu. Ini juga bagian bawah motornya pecah gitu. Terus bagian kiri-kanannya lecet. Untung mbaknya gak jatuh ke tengah jalan, bisa kelindas mobil di belakang mbak tadi."
Hooh Pak, aku juga ngira aku udah mati. Untung aja nyebur ke selokan doang, aku menyahut dalam hati.
"Pak, numpang nanya, alamat ini lokasinya dimana ya?"
Beberapa orang yang menghampiriku berdiskusi dan akhirnya memberitahukan lokasi alamat yang kucari. Dengan rasa perih yang masih terasa di telapak tangan, aku coba untuk menggas motorku, sambil berhati2 karena spionku sudah tidak berfungsi. Aku sempat berpikir untuk pulang dulu ke kos, mengganti bajuku yang busuk ini, tapi waktu sudah mengejarku. Setelah keliling sana-sini, akhirnya aku menemukan rumahnya. Dan nihil, konsulen sudah pergi keluar rumah dan hanya ada mbak2 yang membantu di rumah. Aku pun langsung menitipkan makalahku, dan kembali ke kos begadang lagi mengerjakan power point untuk presentasi besok. Aku terus mengerjakan laporan kasusku dengan kemampuanku sendiri.
***
Akhirnya aku maju presentasi laporan kasus, dengan mata pandaku yang membuat mataku semakin terlihat sipit. Menjawab pertanyaan2 pembahas dengan semampuku. Semua tampak lancar, aman, dan terkendali. Walaupun rasa kantuk dan perih di bagian tubuhku yang lecet dan lebam masih sangat menyiksa. Belum lagi tugas dm bayi yang hilir mudik kesana kemari di waktu paginya, membuat kaki ini serasa mau lepas.
"Makalah kamu ini pasti bukan kamu yang bikin. Kamu pasti dibikinkan orang lain. Ketahuan kok."
Kalimat itu yang membuatku terpaku di antara kalimat2 lain yang cukup menghibur atas jerih payahku. Jleb!!! Hasil kerjaku sendiri dibilang sebagai hasil kerja orang lain? Mataku panas, namun enggan untuk mengeluarkan airmata, berkaca2 pun tidak. Mataku sudah terlalu lelah hingga tak mampu mengeluarkan airmata lagi. Aku diam, mencoba menenangkan diri. Toh percuma jika aku melontarkan kalimat pembelaan diri.
"Ah, terserahlah dokter mau bilang apa, yang penting Allah Maha Tahu siapa yang mengerjakan semua ini. Allah tahu perjuanganku, Allah tahu sakitku. Tak penting lah praduga dari manusia lain, yang penting Allah Maha Tahu."
Parahnya, ada saja beberapa temanku yang melontarkan kalimat, "Rin, beneran ngupah ya? Ngupah dimana? Tumben..."
"Enak aja lu, gua ngerjain sendiri, sampai kecebur di selokan tauuu, hhaha."
Tawa pun pecah di antara kami. Kejadian itu benar2 konyol. Tawa itu berhasil mengobati rasa sedihku karena sudah dituduh "tugas dikerjakan oleh orang lain". Ah, dokter. Andai dokter tau, saya hampir mati kelindas mobil pas ngantar makalah ini kemaren. Lagi2 aku berusaha menyunggingkan senyum seikhlas-ikhlasnya. Yang penting aku telah mengerjakan laporan kasusku dengan kemampuanku sendiri. SENDIRI! :)
***
Sudah 8 bulan berlalu, seorang teman yang sedang stase di stase mengerikan itu menghubungi aku untuk meminta contoh makalah laporan kasus, karena konsulen pembimbingnya sama denganku dulu. Dengan ringan hati kuberikan filenya, dan jackpot! Kasusnya sama! Makalahnya pun otomatis akan "hampir sama" (you know what I mean).
Setelah dia maju presentasi, dia mendapat sambutan luar biasa.
"Isi makalah kamu bagus banget dek. Bla bla bla bla."
Semuanya berisi pujian yang berlimpah2. Hahahahahahahahahaha! LUCU!!! Di saat aku yang mengerjakan sendiri, dibilang makalahnya dikerjain orang lain. Giliran dia yang makalahnya "dikerjain" orang lain, dibilang bagus banget. DUNIA EMANG FANA SAUDARA2! Yaa Allah, rasanya gemesssss banget tauuu! Tapi bawa ketawa aja. Hhahaha.
***
Begitulah pandangan manusia, takkan bisa mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya ada dan terjadi. Intinya, yakinlah selalu bahwa ada Allah yang Maha Melihat. Gak usah pedulikan penilaian manusia, jika yang kamu lakukan sudah benar. Jangan pernah kamu menjadi kurang hanya karena memikirkan penilaian orang lain. Teruslah berbuat apa yang menurut hatimu benar dan membuat Allah senang. Acuhkan semua komentar negatif, apalagi komentar yang meluncur hanya berdasarkan perkiraan dari orang lain, yang penting Allah tahu kok gimana yang sebenarnya. Belajar sabar, syukur, ikhlas selalu. Yeayyy!
Semoga konsulen itu gak suka nuduh2 sembarangan lagi yaaaa. Aamiin yaa Rabb.
-Nisrina Naflah-