25 Oktober 2010

Menyibak Lembaran Awal Sebuah Kisah

17 Dzulqaidah 1431 H.


Bismillah..


Hari ini rasanya kami semakin terbuka satu sama lain. Masing2 orang mengemukakan pendapat, keluh-kesah, uneg2, en perkataan yang udah mereka simpan selama kurang lebih 2 bulan ini. Well, sedih rasanya liat temen2 yang sampai meneteskan airmata untuk kami semua. Ana twu apa yang ada di dalam benak mereka, suatu perasaan yang ingin menyatukan hati semua, bahwa kami semua itu sahabat, kami semua itu sejawat, kami semua itu SAUDARA. Suatu perasaan 'sayang' yang memang seharusnya tumbuh di antara kami semua, bukan cuma mereka. Kira2 paham maksud saya??? (ehehehehehe)


Rasanya ana juga pengen ngomong di depan mereka semua, tapi entah kenapa hari ini ana hanya ingin mendengarkan. Ana hanya ingin mengetahui semua perasaan yang sengaja dibungkam selama ini. Yeah, kali ini ana bener2 merasa "ini loh yang seharusnya terjadi". KETERBUKAAN antara satu dengan yang lain. Saling ngasih saran dengan 'cara yang tepat'. BUKANNYA malah ngomongin di belakang orangnya.


Hari ini semua terasa plong *dari penglihatan kacamata ana*, entah gimana dengan yang lain. Yang jelas, menurut ana ini adalah awal yang baik, walaupun 'awal' ini agak terlambat, tapi ana yakin apa yang terjadi hari ini akan membuat kekompakkan yang luar biasa untuk ke depan.


Satu hal yang bikin ana merasa bersalah, tentang snmptn yang konon katanya terkesan selalu mengelompokkan diri. Oke, ana akui itu memang kontras terlihat. Walaupun sebenarnya ana pribadi sudah mencoba untuk berbaur ke semuanya, nyatanya ada aja beberapa orang yang entah kenapa dinilai terlalu mengelompokkan diri. Kembali ke masing2 pribadi aja lah. (-___-!)


Sebenernya ana juga bingung, nggak ada yang patut dipersalahkan untuk ini. Ini hanya PENDAPAT PRIBADI ana, bahwa anak2 snmptn itu saling merasa senasib dan sepenanggungan. Dengan kondisi yang sama *rata-rata*, yaitu gagal di smut, membuat kami terus berjuang untuk bisa lulus di jalan yang lain, yaitu snmptn. Gak mudah euy, di saat temen2 yang lain udah bisa santai setelah pengumuman uan, kami malah harus mempersiapkan diri bener2 buat snmptn. Perjuangan itu, pengorbanan itu, dan keadaan yang sama itulah yang bikin kami merasa senasib dan sepenanggungan. Oleh karena itulah, kami pun sering ngumpul2 bareng. BUKANNYA bermaksud untuk mengelompokkan diri dan meanggap diri kami ini MURNI. TIDAK SAMA SEKALI. Ana sendiri sedih en kaget, karena ada beberapa orang yang beranggapan demikian. Masya Allah, ya nggak lah. Wajar dong kami sering ngumpul2 bareng, kami emang udah dekat dari awal. Bayangin aja coba, kami matrikulasi selama 2 minggu cuman ber-18 orang. Makanya bisa akrab sedemikian rupa, bukannya untuk 'mempertunjukkan' kami anak snmptn, bukan itu. Toh, anak smut maupun anak snmptn sama aja. Sama2 jadi mahasiswa pspd fk unlam. Kita tuh SATU. :)


Nah, yang ana nggak setuju itu ya beberapa orang yang terlalu meng'ekslusif'kan diri sebagai anak snmptn. Yang kadang2 masih aja ngomong "kita kan anak snmptn!". Jujur, ana gak enak ma yang lain. Padahal ini udah 2 bulan jalan bareng, kuliah bareng, seharusnya sih gak ada lagi istilah "kamu anak snmptn" atau "kamu anak smut", semua tuh udah jadi satu. Rasanya ana pengen ngancurin tembok yang misahin smut en snmptn. Ana udah mencoba membaur ke semuanya. Sebisa mungkin lah. Ana sih pengennya semua itu nyatu. Soalnya 3 1/2 tahun ke depan bakal bareng terus. Bahkan mpe 5 1/2 tahun ke depan. *amiin* Jadi, seandainya bisa, ana pengen ngapus memori tentang smut en snmptn, biar semua merasa SAMA. fufufu...


Akhir2 ini ana kembali sadar, atmosfer yang ana rasakan sekarang emang beda dari sebelumnya. Atmosfer di tengah para mahasiswa yang kritis, mahasiswa yang ingin pendapatnya didengar, mahasiswa yang bertahan dengan gengsinya, mahasiswa yang berdiri dengan prinsipnya masing2. Suatu lembaran kisah baru, benar2 baru, yang menuntut kita untuk bersikap lebih dewasa dan bijak. Dan ana yakin, hari ini akan menjadi lembaran awal dari sebuah kisah luar biasa untuk ke depan. Bismillah. Semoga kami bisa saling mempereratkan tali persaudaraan yang 'sebenarnya' sudah terikat, hanya saja belum semuanya menyadarinya.


_purnama_

0 comments:

Posting Komentar

Mohon komentarnya...