Apa pikiran yang langsung terlintas usai membaca novel Hafalan Shalat Delisa?
Subhanallah, aku CEMBURU ama Delisa!
Well, mungkin ini novel yang sudah lama keluar, akupun sering mendengar komentar-komentar dari orang-orang yang sudah membacanya.
"Sedih, Rin."
"Luar biasa ceritanya, Rin."
"Tentang anak yang jadi korban Tsunami, Rin."
Dan beberapa teman juga sudah menceritakan sedikit banyak tentang alur kisahnya.
Well, aku salah satu pencinta novel-novel Tere Liye. Bagiku, novel-novelnya amazing banget. Penuh dengan inspirasi. Kebanyakan bercerita tentang 'sesuatu yang wah' dari anak-anak, dan aku sangat setuju dengan pemikirannya. Anak-anak itu dapat menjadi cermin bagi kita buat membenahi diri, betapa apa adanya mereka, betapa tulusnya mereka, betapa ikhlasnya mereka.
Nah, sebenarnya Hafalan Shalat Delisa ini sudah ada filmnya, tapi aku belum sempat nonton. Alhasil, pas aku beli buku di Toko Hamdi, aku liat ada 3 judul novel Tere Liye yang ada, Burlian, Ayahku (Bukan) Pembohong, sama Hafalan Shalat Delisa. Nah lo, Burlian aku sudah punya. Aku sempat galau setengah mati (lebay!) mau beli Ayahku (Bukan) Pembohong atau Hafalan Shalat Delisa. Berhubung covernya lebih manis dan cantik, akhirnya aku beli Hafalan Shalat Delisa.
Dan ternyata memang benar-benar mengharukan. Dari halaman 67 sampai selesai aku lebih banyak menangis daripada menguap. Dan terbukti novel ini tidak membosankan sama sekali. Ada hikmah di setiap bagiannya, terlebih footnote dari penulis sendiri. Menghipnotis tanganku buat ngelipat lembaran-lembaran yang berisi kata-kata penggugah jiwa, luar biasa!
Yap, aku CEMBURU ama Delisa!
Cemburu atas keikhlasannya, ketulusannya, ketabahannya, keqana'ahannya, keimanannya, kepolosannya, kekuatannya, dan NIKMAT YANG IA TERIMA.
Dan aku lebih CEMBURU dengan Ummi Salamah!
Cemburu atas keberhasilannya menjadi seorang ibu, seorang sahabat, seorang teladan bagi keempat anaknya. Cemburu atas kesetiaannya menjadi seorang istri yang shalehah, sabar, penuh pengertian, dan menyenangkan bagi suaminya.
Sungguh, novel ini sukses membuat cemburu, cemburu yang kuharap mampu menjadi cambuk bagiku untuk terus memperbaiki diri, untuk terus membina diri, menjadi sosok yang mampu bersujud takzim kepada-Nya, sosok yang kelak berkesempatan bertemu dengan-Nya dan utusan-Nya. Amiin.
(Nisrina Naflah)
0 comments:
Posting Komentar
Mohon komentarnya...