Handphoneku berbunyi, ringtone tanda sms masuk. Ternyata sms dari acil (tante.red) Atin.
"Rina esok haur kah nak? Kawa lah menukarkan obat kai?"
Aku sebenarnya heran, gak biasanya aku disuruh beli obat kai (kakek.red). Apalagi yang minta tolong Acil Atin. Biasanya mamah selalu meluangkan waktunya untuk beli obat ke Banjarmasin sekalian menjengukku ke kos, lantas minta ditemani ke tempat praktik dokter. Dan kenapa tumben-tumbennya Acil Atin yang nyuruh? Kenapa gak sekalian mamah aja yang nyuruh?
KEGANJILAN YANG PERTAMA.
"Okesip insya Allah, Cil. Kartu obatnya gimana?"
Sebenarnya hari-hari belakangan itu aku sibuk mempersiapkan sidang KTI 2, baru saja selesai konsul revisi KTI 2 pra-sidang. Besok ada ujian blok, terus lyqa, terus mau ngasih undangan & KTI 2 ke pembimbing dan penguji. Dan rencananya aku bakal pulang ke Banjarbaru sorenya. Kebayang capeknya, dan kalau aku beli obat buat kai, dapat dipastikan aku bakalan pulang malam. But, it's okay. Gak masalah lah pulang malam, yang penting enjoy. Kapan pun itu, perjalanan pulang selalu menyenangkan, dan ketika sisi ban motormu sudah bergulir di halaman rumah, semua capek pasti hilang seketika. Trust me. :)
Keganjilan selanjutnya adalah ketika handphoneku berbunyi lagi, kali ini ringtone hape yang menandakan ada panggilan masuk. 'My Lovely Mom" tertera di layar hape. Ah, senangnya dua hari belakangan ini mamah gak ada nelpon, aku cuman smsan sama beliau. Dan setelah kuangkat, yang terdengar adalah suara Acil Atin. Hey, ke mana mamah? Ditanya pun Acil Atin hanya menjawab, "ini ada ay mamah di samping Acil. Sudahlah, Nak. Semoga lancar KTInya? Ujian tadi lancar aja lo? Rina jangan terlalu mikirin macam-macam lah."
KEGANJILAN YANG KEDUA.
Besok harinya, pagi-pagi sekali sebelum berangkat ke kampus, aku baru sadar pulsaku habis dan gak isa nelpon mamah. Alhasil, aku cuma ngesms mamah, seperti biasa minta doakan ujian blok dan segala aktivitasku yang akan kukerjakan hari itu. Lagi-lagi
KEGANJILAN YANG KETIGA. Mamah nggak nelpon balik. Ah, mungkin mamah lagi jogging atau ke pasar pagi dan hapenya ditinggal di rumah. Nanti pasti smsnya dibaca.
Ujian blok pun dilalui dengan sumringah, HEY INI UJIAN BLOK TERAKHIR DALAM 3,5 TAHUN INI, YEAY!
Sorenya aku pergi ke praktik dokter untuk membeli obat kai. Kai kena penyakit sejenis Alzheimer yang memerlukan obat yang harus dikonsumsi jangka panjang. Karena kai ada di Barabai, jadi obatnya selalu dibeli dalam jumlah yang cukup banyak yang cukup untuk 1 bulan. Jenis obat yang digunakan pun banyak sekali, semuanya digerus dan dibagi-bagi dalam kapsul yang cukup besar. Kadang aku sedih lihat kai harus minum obat dengan kondisinya yang sudah mulai melemah, tapi Alhamdulillah kondisi beliau berangsur membaik.
Ternyata keberuntungan berpihak padaku, antriannya pasiennya tidak terlalu banyak. Tapi tetap saja, aku harus duduk menunggu di tempat praktik dokter itu selama 1,5 jam. Waktu yang cukup panjang, membuat bosan. Alhasil, aku baru bisa pulang jam 6 sore saat langit mulai berubah menjadi jingga. Cantik sekali langitnya, adzan Maghrib berkumandang saat aku tiba di Landasan Ulin. Hingga akhirnya, tepat jam 7 kurang 10 menit aku tiba di rumah dengan
KEGANJILAN YANG KEEMPAT yang sudah menanti.
Aku masuk ke garasi dengan perasaan yang bertanya-tanya. Maghrib-Maghrib begini kok motor mamah gak ada? Mamah pergi kemana? Lembur di kantor? Atau ke rumah Acil Atin? Atau ada kerjaaan dadakan? Adie yang membukakan pintu masuk dari garasi langsung kusodori dengan pertanyaan atas kebingunganku.
"Die, Mamah ke mana?"
"Ada ay di rumah."
"Lho, motor mamah di mana?"
"Masih di kantor mamah ka, bekas jatoh kemaren."
Dalam hitungan sepersekian detik aku langsung kaget+marah+kecewa+bingung dan entahlah apa. Jatuh? Siapa yang jatuh? Motornya? Atau motor dan mamah? Kenapa aku gak tau? Kenapa aku baru tau? Ada apa sebenarnya?
"Hah? Jatoh apanya? Kenapa Die? Apa yang jatoh."
"Lho, kakak belum tahu kah?" (plisss, muka Adie polos banget, padahal sebenarnya dia tau kalo aku gak tau)
"Jahat ah, kakak kada dikabari!" (mewek, masuk rumah, lihat mamah masih sholat, langsung ke kamar, nangis)
Fajar, adikku yang pertama menghampiri ke kamar. Aku langsung nanya kejadian sebenarnya apa? -Mamah jatoh sama motornya di deket kantor- Aku langsung marahin dia, kenapa aku nggak dikabarin? -Dia diem, sambil bilang kata mamah gak usah bilang ke kak Rina- NGIK! Rina gak usah dikabarin gitu? Aku tambah nangis, kenapa mamah kecelakaan gak ada satu orang pun yang ngabari aku? HAH? ANEH!
Aku sadar, saat itu perasaan aku udah kaya kena tsunami plus gunung meletus plus badai angin topan. Langsung aku ambil air wudhu, dan sholat Maghrib dengan pintu kamar yang terkunci. Baru aja aku rakaat 2, pintu kamar diketuk dari luar. Mamah!
"Nak, buka pintunya Nak..."
Aku masih sholat, sambil nangis.
"Nak, buka pintunya Nak..."
Berulang-ulang mamah mengetuk pintu dan melontarkan kalimat serupa. Aku mencoba menyaringkan suara agar mamah mendengar kalo aku masih sholat, tapi nggak bisa, suaraku serak.
"Nak... (suara mamah bergetar), buka pintunya Nak, mamah minta maaf Nak, mamah nangis nah, Nak."
Lagi-lagi aku mencoba menyaringkan suara agar mamah mendengar kalo aku masih sholat, tapi nggak bisa. Gak ada suara yang bisa keluar, yang ada malah air mata yang tumpah dalam sujud terakhirku.Ketukan pintu dan suara lirih mamah menghilang, hingga akhirnya salam kulafadzkan. Aku melantunkan doa favoritku sebentar, lantas membuka pintu kamar dan berlari ke ruang tengah dengan mukena yang masih terpasang.
"Mamaaaaah..."
Mamah tersenyum dengan mata berkaca, kupeluk tubuh wanita yang paling kusayang itu, wanita super itu, wanita tegar itu, wanita luar biasa itu. Kupeluk erat sekali, takut kehilangan. Sesekali dalam isakan, kutanya kenapa aku gak tau kabar itu. Kenapa gak cerita. Kenapa gak ada satupun yang ngabarin aku. Kenapa? Rina gak penting? Rina orang lain dalam keluarga ini?
"Nak, dengarkan mamah. Mamah sayaaaaang banar sama Rina. Sayaaaaaaang banar. Kami semua sayang Rina."
Aku semakin terisak. Hey! Aku juga sayang mamah! Sayang banget! Emang enak gitu rasanya gak dikabarin ada berita buruk gini? Mamah kecelakaan, aku gak dikabarin? Hey! Aku sayang banget sama mamah! Aku gak mau mamah kenapa-kenapa! Aku gak mau kejadian itu terulang lagi (peristiwa ketika abah dipanggil Sang Maha Kuasa-nanti akan ada di postingan selanjutnya.red). Kalo sayang aku, harusnya mereka ngabarin aku dong. Ini adalah
KEGANJILAN YANG KELIMA.
"Iya Nak, mamah tau Rina sayang banar jua lawan mamah. Yang penting kita harus bersyukur, Nak. Allah masih ngasih mamah rezeki hidup, umur yang panjang, mamah masih ada di sini kok, mamah kada kemana-mana. Bersyukur lah sayang."
Aku tambah mewek, pelukanku tambah erat.
"Mamah cuman luka-luka, Nak. Kadada yang patah, untung pas mamah jatuh kadada mobil di belakang mamah. Allah masih memanjangkan umur mamah, Nak."
Aku langsung melepas pelukanku dan menyoroti tubuh mamah dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tampak beberapa luka lecet di kedua tangan dan kaki mamah. Dan, hey! Bibir mamah bengkak, mamah masih tersenyum simpul lantas bilang, "Allah cuma ngambil gigi mamah, nih hilang 1." Mamah mengembangkan senyumnya hingga terlihat gigi yang sudah tanggal 1 di depan bagian atas.
Astaghfirullaah, gigi mamah sampai copot ke akar-akarnya! Aku mewek lagi. Meluk lagi. Nanya-nanya masih ada yang sakit gak? Kepala ada kebentur gak? Bagian dada sama perut kena benturan juga gak? Gak ada muntah kan? Di punggung gak ada sakit-sakit kan? Kaki & tangannya bsa digerakin semua kan? Mamah ketawa renyah. SUBHANALLAH! Di saat yang seperti itu, wanita luar biasa ini masih saja bisa tertawa, bersyukur, dan berpikir positif? Sungguh malu aku jadi anaknya, masih banyak sekali hal-hal yang patut kucontoh dan kupelajari dari hidupnya, super mommy!
Mamah kemudian bercerita tentang kronologi kejadian, menceritakan betapa bersyukurnya mamah, menceritakan bagian mana saja yang lecet. Tangan kiri mamah yang masih kaku untuk digerakkan. Bibir tengah mamah yang pecah atas-bawah dan luar-dalam. Dan yang pasti, bercerita tentang gigi yang tercabut sampai ke akarnya, bercerita bahwa dokter gigi bilang kalo gigi yang copot itu jika masih kurang dari 45 menit, masih bisa disterilisasi dan ditanam ke gusinya lagi. Sayangnya, mamah dibawa ke IGD yang notabenenya gak ada dokter gigi di sana, dan akhirnya mamah harus ompong gitu. Mamah tertawa, membuat aku dan adik-adikku ikut tertawa, menggoda.
Hingga akhirnya sampai pada bagian yang sesuai dengan judul postingan kali ini.
Jawaban Atas Lima Keganjilan. Mamah bilang sebenarnya mau nelpon Rina, ngabarin kalo mamah kecelakaan dan masuk IGD. Tapi atas pertimbangan beliau dengan acil Atin, aku gak usah dikabarin dulu, soalnya lagi sibuk nyiapin KTI 2 sama ujian blok. Takut kalo aku jadi panik dan ngebut ke Banjarbaru, dan malah akunya yang kenapa-napa. Iya juga sih, soalnya aku tuh kalo panik+sedih+gugup bisa gak fokus gitu, mana aku ini suka ngebut kalo ke Banjarbaru. Jadinya ya gak dikabarin dulu, biar tau pas pulang ke Banjarbaru aja. Lagian sejak mamah kecelakaan, mamah masih susah banget ngomong karena bibirnya yang pecah dan luka di lidah, jadi gak ada nelpon aku, cuma balas sms doang.
"TAKUT RINA KENAPA-NAPA, TAKUT RINA GAK FOKUS DAN KONSEN SAMA KTI 2 DAN UJIAN BLOKNYA, TAKUT RINA BLA-BLA-BLA."
Masya Allah mamah, gitu doaaaaang. Apalah artinya KTI 2 sama ujian blok kalo dibandingin sama mamah. Detik itu juga aku mewanti-wanti mamah supaya selalu ngabarin aku apapun yang terjadi. Gak peduli aku lagi ujian kek, lagi ngapain kek, pokoknya harus dikabarin! Terlebih dari itu, aku berterima kasih karena udah khawatir minta ampun sama aku. Gak berapa lama kemudian, Acil Atin datang sambil mewek minta maaf sama aku, aku yang baru selesai mewek, jadi mewek lagi. Dan penjelasan Acil Atin melengkapi jawaban dari empat keganjilanku.
"Rin, Fajar-Adie jangan disariki lah. Itu Acil yang mengancam bagiannya supaya kada mesms/menelpon Rina tentang keadaan mamah."
Hahaha. Aku langsung mendorong bahu ade-adeku, dan minta maaf udah marahin mereka di awal. Habisnya kesel banget, mamah kenapa-napa aku gak dikabarin. Gimana sih, bisa jaga mamah gak sih! Hahaha. Mereka akhirnya ngetawain aku. "Serem ah, datang langsung marah-marah, lucu, hhahaha." Oi, anak-anak muda itu tidak tahu takut+sedih+kecewa+campur khawatir itu gimana rasanya. hhaha.
Terkadang, yang perlu kita lakukan dalam menghadapi rentetan mozaik kehidupan, baik ataupun buruk, hanyalah dengan berusaha. Berusaha? Yap, berusaha untuk ikhlas, sabar, dan bersyukur. Terlalu banyak hikmah-hikmah yang berceceran, yang dapat kita pungut satu per satu hingga membentuk senyuman yang tulus, seburuk apapun mozaik kehidupan itu datang. Tetaplah tersenyum, penuhi hatimu dengan ikhlas, sabar, dan syukur. Semua pasti yang terbaik dari-Nya.
Dan untuk beberapa keganjilan yang kita temui dalam hidup, biarkan waktu terbaik yang akan menjelaskannya dengan bijaksana. Menciptakan pemahaman yang tulus, menyadarkan pemikiran yang menyimpang.
Ikhlas. Sabar. Syukur.
Dan satu lagi quote penutup dari Darwis Tere Liye:
"Jika kau tahu sedikit saja apa yang telah seorang ibu lakukan untukmu, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian."
(NB: Cerita ini terjadi pada tanggal 29 November 2013, di saat langit senja yang jingga itu menambah rasa syukur dan kecintaanku pada-Nya, Allah yang Maha Besar)
-
Nisrina Naflah-