Pas jemput di bandara, kami bertiga sama Rifqi. Pas ngantar pulang ke bandara, kami bertiga sama Ardi. Awalnya sempet ketar-ketir juga sih, datang-datang Bang Tere langsung jalan cepet sambil bilang, "Ayo, bergegas. Di mana mobilnya?" Seremmm, eh gak tahunya beliau BAIK BANGET! Ramah, supel, enak diajak ngobrol. Beliau cuman mau menuhin janji ke panitia aja kalo jam 9 acaranya mulai. Bang Tere orangnya asyik banget kalo ngobrol, terus lembut banget sama istri dan anaknya. SUBHANALLAAH! Pengennya punya suami kayak gitu. "Sabar ya Nak, banyakin minum air dan istirahat, nanti sore Bapak pulang kok. Yang sabar ya, Nak. Insya Allah pasti sembuh." Ulalala, maknyus langsung dengernya.
Acara seminarnya juga terbilang cukup seru, walaupun tanpa slide ataupun media seminar lainnya. Hanyar bermodalkan microphone dan kursi, beliau bercerita tentang kepenulisan, pun juga tentang dongeng-dongen kehidupan yang super. Baiklah, kali ini aku akan berbagi tips menulis dari Bang Tere Liye.
1. Topik tulisan bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu punya SUDUT PANDANG SPESIAL.
Udah jelas ya kayaknya, intinya kita harus berpikir di luar kebiasaan orang lain berpikir. Jika kita diminta untuk menuliskan sebuah paragraf tentang hitam, maka apa yang terbayang di otak kebanyakan orang? Hanya kegelapan, duka, kesedihan, dan lain sebagainya. Mengapa tidak kau katakan saja bahwa hitam adalah si putih yang disiram dengan tinta abadi dari negeri antah-berantah oleh teman-temannya yang tak mampu dibersihkan dengan pemutih manapun di dunia ini. Jadilah dia si hitam yang tak pernah putih. Jangankan putih, membentuk warna-warni lain pun dia tak mampu. (Hey, ini hitam versi Nisrina Naflah. Ini lagi mempraktikkan tips pertama dari beliau. Tampaknya belum sesuai ya, hhaha)
2. Menulis membutuhkan AMUNISI, tidak punya AMUNISI tidak akan pernah jadi tulisan.
Amunisi apakah yang dimaksud? Yaitu banyak membaca buku-buku positif yang bermanfaat, banyak mengamati peristiwa sekitar, banyak memahami kejadian yang terjadi, banyak mengerti akan hikmah dari setiap kejadian, riset kecil-kecilan, dan lain sebagainya. Menurutku hal ini berkaitan dengan istilah yang menyebutkan bahwa guru itu bisa siapa saja, dan dimana pun itu bisa menjadi sekolah bagi kita. Selain itu, amunisi berupa makanan itu juga penting loh, buat energi saat kita menulis. Kan kalo loyo, laper, dan lai-lain, mikir jadi lambat, nulis jadi gak semangat dong, kapan kelarnya coba. Hhaha. (Jangan diikutin, ini mah Nisrina Naflah yang bilang).
3. Kalimat pertama itu mudah, gaya bahasa adalah kebiasaan, menyelesaikannya lebih gampang.
Simply, maksudnya ini jangan dibawa ribet, jangan dibawa susah. Kalo udah mentok mau nyusun ending dari suatu tulisan, tinggal tulis aja TAMAT. Kalo bingung bikin kalimat yang indah, TABRAK AJA, yang penting kalimat efektif & bisa dimengerti. Kalo bingung bikin kalimat pertama, ENTER AJA sampai nemu ide untuk kalimat ke-sekian, hhaha. SIMPEL woy! Hidup gak usah dibuat susah. Gitu ya katanya? Katanya katanya. hhaha.
4. Ala karena terbiasa.
Penjelasan Bang Tere untuk bagian ini persis banget dengan apa yang aku alami. Setiap kali aku nanya cara bikin masakan mamah yang yahud, mamah selalu bilang, "Yaaa dimasak-masak aja." Ketika aku lanjutkan perhitungan bahan-bahan masakan untuk resepnya gimana, mamah selalu jawab, "Yaaa difeeling-feeling aja." NGIK! Hahaha. Yakinlah, beberapa tahun yang akan datang, kalian wahai para calon istri dan ibunda yang luar biasa akan menjawab dengan jawaban yang sama ketika suami atau anak kalian menanyakan hal seruma. Yaaa dimasak-masak aja. Hahaha. Seperti itu juga dengan menulis, "Yaaa ditulis-tulis aja." Biasakan untuk menulis hal-hal kecil hingga akhirnya terbiasa untuk menulis hal yang besar. Yeah!
Well, hari ini menyenangkan banget. Percakapan yang hangat tentang sekitar, tentang kehidupan, tentang segalanya di mobil Yeni semakin membuka wawasan dan pemikiran bahwa dunia ini gak hanya selebar daun pisang. Hahaha. Hey, Bang Tere saat di perjalanan pulang, ketika hampir tiba di bandara bertanya pada kami, "Apa perlu ya saya belajar naik motor? Perlu gak ya kira-kira?" Nisrina Naflah menjawab, "Perlu Bang, kali aja ntar mobil jadi langka, bahkan punah sekalipun. Karena ada virus yang mampu menyerang dan melumpuhkan mobil-mobil itu hingga hancur seketika. Bang Tere harus belajar naik motor, Bang!"
Hahahaha. pemikiran yang aneh, tapi cukup membuktikan bahwa tips menulis nomor 1 dari Bang Tere sebelumnya sudah kucamkan dalam hati, berpikir dengan SUDUT PANDANG SPESIAL. Hahaha. Itu sih bukan spesial, tapi absurd!
Sampai bertemu lagi, Bang Tere. Suatu pengalaman yang luar biasa bisa menjemput dan mengantar anda, berbincang hangat dalam waktu 1 jam penuh. Salam untuk istri dan anak anda yang pastinya luar biasa juga, Mba Kiki dan Pasai. Oi, semoga Pasai cepat sembuh. :))
Dan penutup tulisan kali ini,
Terlalu banyak kejutan indah yang diberikan Allah, bahkan lebih indah dari apa yang kita bayangkan. Masihkah kau sering lupa bersyukur pada-Nya? Bahkan atas nikmat iman, Islam, dan ihsan yang masih ditetapkan-Nya dalam hatimu hingga detik ini. Bersyukurlah selalu.
Gak nyambung? Peduli amat, suka-suka gue yang nulis. :p
15 Desember 2013
NB: sayangnya Bang Tere emang anti banget diajak foto bareng, hanya foto beliau saat seminar dan foto kue yang dikasih beliau buat aku dan Yeni yang bisa diabadikan. hhaha.
-Nisrina Naflah-
0 comments:
Posting Komentar
Mohon komentarnya...