18 Mei 2013

Keyakinan

Jika kau mulai lunglai dengan segenap kondisi yang bermain licik di depan mata, yakinilah Allah akan senantiasa menjaga, sekalipun kau merasa akan jatuh. Semua akan baik-baik saja asal kau teguh dengan keyakinan.

Jika kau mulai rapuh dengan segala prahara yang berkelebat membuat ragu, yakinilah Allah akan senantiasa menguatkan, sekalipun kau merasa akan menyerah. Semua akan baik-baik saja asal kau teguh dengan keyakinan.

Jika kau mulai menangis dengan semua hal yang bertabur semu membuat lemah, yakinilah Allah akan senantiasa memberikan yang terbaik, sekalipun kau merasa tak ada apa-apanya. Semua akan baik-baik saja asal kau teguh dengan keyakinan.

Keyakinan bahwa setiap langkah di dunia ini bergantung pada-Nya.
Keyakinan bahwa kepada-Nya lah semua bermuara.
Keyakinan bahwa segala takdir yang dihadapi mengandung hikmah yang luar biasa.

Hanya saja, tidak mudah untuk memegang teguh keyakinan. Setidaknya teruslah berusaha untuk menggigitnya, yakinlah dengan keyakinan.

-Nisrina Naflah-

15 Mei 2013

Ini Jalanku, dengan Jejak Langkahku Sendiri

Hey, apa yang kalian pikirkan dengan omongan orang yang selalu menyangkut pautkan kalian dengan orang lain? Maksudnya seperti ini, setiap apapun yang kalian kerjakan selalu dianggap mengikuti orang lain. Setiap hal yang kalian lakukan dianggap semata-mata karena ingin ngekor orang tersebut. Kalau orang lain yang dimaksud itu orangtua atau saudara atau inspirator seperti Nabi Muhammad, aku pikir gak masalah. Tapi ketika semua hal yang ada pada diri kita selalu dianggap ngekor sama orang lain, seolah hanya ikut melangkah di belakang orang lain, itu keterlaluan.

Mungkin ada yang beranggapan itu bukan masalah, itu hal yang wajar ketika menjadi follower orang lain, selagi itu masih dalah hal positif. Yap, memang benar, bukan masalah. Tetapi bagi orang-orang koleris, hal itu sangat menyebalkan. Bayangkan saja, setiap hal yang kita lakukan, yang kita putuskan, bahkan yang kita rencanakan selalu dikaitkan dengan orang lain. Seakan-akan kita tidak punya pilihan jalan sendiri, tidak dapat melangkah dengan jejak sendiri. Selemah itu kah?

Ini jalanku, dengan jejak langkahku sendiri. Bukan di jalan orang lain, bukan pula dengan jejak langkah orang lain. Aku menjadi seperti ini, karena aku sendiri yang memilih untuk menjadi seperti ini. Aku memilih jalan ini, karena memang hatiku yang ingin melewati jalan ini. Bukan karena orang lain, bukan karena ikut-ikutan, bukan karena terpaku menjadi bayangan yang senantiasa mengikuti di belakang orang lain. Semua yang kulakukan, kuputuskan, bahkan yang baru kurencanakan berasal dari diriku sendiri. Aku adalah master dalam pikiranku sendiri, seperti itu kata-kata yang pernah diberikan murabbiku. Atas kehendak Allah, atas ketetapan dari-Nya. Bukan karena orang lain. Sungguh bukan. Egois? Entahlah. Sampai detik ini, aku heran dengan anggapan-anggapan aneh itu. Aneh kubilang, ya memang aneh. Sesuka hati menyimpulkan sesuatu yang tampak di depan mata, tanpa menelaah yang kasat mata.

Hey, apa yang kalian pikirkan dengan omongan orang yang selalu menyangkut pautkan kalian dengan orang lain? Sudahlah, abaikan saja. Teriakkan dalam hati kalian, "Ini jalanku, dengan jejak langkahku sendiri." Acuhkan, dan buktikan.

-Nisrina Naflah-

13 Mei 2013

Lagi-lagi, Petunjuk dari-Nya...

Alhamdulillah, aku merasa menjadi hamba-Nya yang paling beruntung. Atas segala nikmat yang dilimpahkan-Nya, rahmat yang dibagi secara cuma-cuma, rezeki dalam segala bentuk, dan semuanya yang luar biasa.

Aku selalu merasa Allah memberikan petunjuk setiap aku salah melangkah, salah menduga, salah mempersepsikan sesuatu, dan sebagainya. Walaupun terkadang terlambat menyadarinya. Tapi, itu pun sudah lebih dari cukup untuk menyadarkan, seperti tertampar lembut.

Dan lagi-lagi, petunjuk itu datang saat kelemahan ini semakin mencuat. Sungguh, aku ingin kuat karena kekuatan-Nya. Aku ingin dijaga, karena aku lemah. Aku ingin diarahkan, karena aku senantiasa khilaf.

Segala sesuatu yang tampak baik di mata kita, belum tentu baik di mata-Nya.
Dan semua yang tampak buruk di benak kita, mungkin saja yang terbaik bagi-Nya.
Jangan terlalu cepat menarik kesimpulan, karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan di detik selanjutnya. Mungkin saja semua berubah dari yang diduga, lagipula Allah Maha Membolak-balikan hati hamba-Nya. Lantas, berharaplah petunjuk dari-Nya. Hanya dari Allah, Sang Penguasa Kehidupan.

:)

-Nisrina Naflah-