Alhamdulillaah, pagi ini masih bisa buka mata, menghirup napas, dan bahagia. Thanks yaa Rabb..
Oke, kali ini entah kenapa pengen cuap2 tentang waktu. Yap, waktu. Sesuatu yang tak berwujud, yang selalu menjadi obat penawar dari setiap kesedihan. Entah itu kehilangan, rasa sakit dan kecewa, semuanya.
Aku pernah baca sebuah buku yg berjudul Genap, isinya sebenarnya tentang curahan hati seorang istri gitu di awal2 kehidupan rumah tangga. Di salah satu bab, diceritakan bahwa sebelum dia akhirnya menikah dengan suaminya yang sekarang, ia pernah berproses dengan seorang laki2 yang mengkhitbah dia, dimana mereka berdua saling mencintai satu sama lain. Di mata si cewek ini, laki2 itu bener2 sosok yang ia harapkan menjadi suaminya, dan ia sangat yakin kala itu. Namun, realita gak sejalan dengan harapan guys, proses yang mereka jalani harus kandas di tengah/bahkan nyaris di ujung jalan persiapan pernikahan. Dan gak usah ditanya lagi, betapa sedihnya si cewek itu. Kehilangan sosok yang, well selama ini udah ia harapkan bisa bersanding dengannya di pelaminan, yg bisa menggenapi kehidupannya. Jujur, dulu pas baca bagian ini aku terkesima dan membayangkan "Gilaaa, gimana rasanya ya udah khitbahan gitu, udah oke, trus tiba2 batal? Sedih bgt pasti ni cewek, mana umurnya udah mateng dan memang udh siap buat nikah. Kasiaaaaan banget." Dan waktu itu, aku lanjutkan kembali membaca. Lagi2 aku terkesima sama sosok peran utama dalam buku ini. Dia bener2 terpuruk, yg awalnya semangat buat melatih diri jadi "IRT" yang luar biasa, jadi gak ada minat gitu. Dalam bab itu diceritakan cewek itu akhirnya sadar dia gak mungkin terus2an melarutkan diri dalam kesedihan gitu, akhirnya dia menetapkan waktu, sampai kapan dia boleh menikmati kesedihannya itu, dan ketika waktunya udah habis, dia akan melawan segalanya untuk MOVE ON dan membuka lembaran baru lagi. MasyaAllah, kebayang gak sih betapa strugglenya dia. Awalnya aku pikir, lebay banget ni cewek, cuman batal nikah gitu doang sedihnya berlarut2. Ya bagus lah dia batal nikah, akhirnya kan dia dapat sosok suami yang sekarang, yang MasyaAllah banget karakter dan personalianya. Iyaaa waktu itu kan aku udah tau ceritanya si cewek setelah kejadian itu, lhaaaa aku gak mikir kalo waktu si cewek itu batal nikah, dia masih gak tau kebahagiaan apa yang menantinya selepas dari kesedihannya itu. Ya wajaaaaar lah sedih, hhaha. Di bab itu diceritain si cewek netapin waktu buat sedih2 kalo gak salah selama 1 bulan, setelah itu dia kembali berusaha menemukan jodohnya yang sejati. Wuiiiih..
Dan emang bener, aku ngerasain apa yang dirasain cewek dalam buku Genap itu. Aku jadi ngerasa lucu sendiri kalo ingat komentarku dulu pas baca bagian itu. Sok2an banget bilangin si cewek itu lebay sedihnya sampai 1 bulan. Ternyata, emang perlu waktu. Lagian ini menyangkut pernikahan guys, bukan hubungan main2 ala anak alay yang gak jelas keseriusannya. Otomatis, sedih banget laaah kalo batal. Dan ternyata memang semua kesedihan perlu penawar berupa waktu. Karena waktu yang akan menyembuhkan, menguatkan, dan yang terpenting waktu yang akan membiasakan.
Simply, kita semua memang perlu waktu guys. Jangan pernah menghujat diri sendiri ketika merasa lemah, berikan ketegasan pada hati, and let's enjoy the scene from Allah. Believe in Allah, believe that Allah always give everything the best for you!
-Nisrina Naflah-
0 comments:
Posting Komentar
Mohon komentarnya...