18 Juni 2013

Duka di Tengah Momen Bahagia

Pergi ke kondangan itu menyenangkan. Melihat sepasang pengantin yang sudah disahkan agama, yang akan melewati bahtera hidup selanjutnya bersama-sama, so sweet banget kan ya.

Atau serunya melihat dekorasi acara pernikahan/perkawinan yang memanjakan mata. Berpikir dan merancang-rancang mau dekorasi seperti apa untuk pernikahan sendiri nanti. Mau pakai tema apa, kombinasi warna apa, bridenya kaya gimana, dan lain-lain, seru banget kan ya.

Dan asyiknya memperhatikan dua sejoli yang resmi halal itu duduk bersanding berdua di depan, terkadang saling bisik, tersenyum, tertawa berdua. Berfoto dengan orangtua dan para tamu undangan yang menyalami mereka. Tersipu malu saat digoda MC yang menghangatkan suasana, asyik banget kan ya.

Ya, aku selalu senang dengan suasana pernikahan, maupun resepsi perkawinan. Bagiku 2 hal itu merupakan momen spesial yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Apalagi momen saat ijab kabul, itu mengharukan sekali. Ayahmu akan menjabat tangan menantunya, menyerahkan putri cantiknya pada pangeran gagah yang ditakdirkan Allah untuk menjadi pendamping hidup anaknya. Menyerahkan tanggung jawab yang diembannya sebelumnya atas putrinya. Menegaskan bahwa ia sudah mempercayakan putrinya kepada menantunya, mengikhlaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah untuk dialih tangankan kepada menantunya. Itu benar-benar momen spesial yang tak mungkin terlupakan.

Hingga akhirnya aku kembali mengingat mimpi-mimpiku tentang abah. Mimpiku untuk dinikahkan abah dengan seorang pria yang luar biasa, abah menjabat tangan pria itu dan melontarkan kata "saya nikahkan putri saya, Rina Purnama Sari binti H. Agus Mawardi, bla bla bla..." Mimpiku tentang wajah haru abah melepas putri semata wayangnya dan mempercayakannya dengan seorang pria yang luar biasa, penuh haru saat bersimpuh di hadapannya. Mimpiku tentang wajah bahagia abah saat menyambut teman-temannya, para tamu undangan yang menghadiri resepsi perkawinan. Mimpiku bahwa semua kebahagian itu akan kulewati bersama abah dan mamah. Mimpiku yang kini harus kubungkam dengan ketiadaan abah. Mataku entah kenapa memanas saat bayangan mimpi itu muncul. Meleburkan asa.

Ada banyak hal yang kuimpikan, dimana dalam setiap impian itu selalu kuhadirkan wajah abah-mamah. Tersenyum, bahagia, dan bangga. Dan terkadang, menghadiri undangan pernikahan/resepsi perkawinan selalu menimbulkan sedih yang sama. "Apakah aku akan melewati momen bahagia itu nanti tanpa sosok seorang abah yang kusayang?"

Ya, itu sebagian kesedihan yang terbersit di momen bahagia. Yang seraya kuhapus dengan keyakinan bahwa akan datang kebahagiaan yang tiada tara. Aku selalu yakin, dan akan tetap yakin bahwa Allah telah mempersiapkan sebuah kebahagian yang indah, bahkan jauh lebih indah dari apa yang kubayangkan. Meskipun tanpa abah, aku selalu berharap seseorang yang akan menggantikan posisi abah sebagai laki-laki yang akan bertanggung jawab atasku kelak, ialah seorang laki-laki yang luar biasa, yang pastilah disenangi abah jika abah masih ada di dunia ini. Ya, abah pasti senantiasa tersenyum di sana. :')

Siapapun seseorang itu, kuharap kelak ia akan selalu menghadirkan senyum di bibir dan hati kedua orangtuaku. :')

*ini kebawa suasana kawinan, gara-gara kemaren nemenin mamah ke kondangan anaknya temen mamah. Gak tau kenapa, kalo ke kondangan/nikahan orang selalu terbersit hal di atas. Pengen banget rasanya, saat nikah nanti masih ada abah yang menikahkan, gak perlu wali. Saat resepsi perkawinan nanti, masih ada abah di samping mamah yang duduk di samping pelaminan, bersalaman dengan tamu undangan, Pengen banget, tapi Allah punya rencana yang lebih baik bukan? Rencana terindah yang lebih baik dan terbaik :)*

*jangan syok & jangan heran dengan topik postingan ini. Entahlah, ngomongin pernikahan memang sudah jadi santapan sehari-hari para mahasiswa semester akhir (-,-)*

-Nisrina Naflah-

0 comments:

Posting Komentar

Mohon komentarnya...