Gurat senyum itu datar,
tampak seperti dipaksakan.
Alunan suaranya pun tak kalah datar,
tampak disengajakan.
Berperan layaknya bintang film handal.
Mungkin paradigma itu yang hendak dibangun.
Sayangnya, aku telah dulu menghancurkan pondasinya.
Ya, setidaknya kerlingan mata membuktikan.
Aura itu menutupi segalanya.
Namun sekali lagi, semua kartu sudah kupegang.
As!
-Nisrina Naflah-
29 Juni 2012
18 Juni 2012
Berbeda
Berbeda...
Sedikit berbeda...
Lebih kuat...
Lebih sadar...
Dan lebih menjaga...
-Nisrina Naflah-
Sedikit berbeda...
Lebih kuat...
Lebih sadar...
Dan lebih menjaga...
-Nisrina Naflah-
Label:
coret2 gak karuan,
cuap2,
gaje
17 Juni 2012
Ejekan vs Pujian
Assalamu'alaikum wr. wb.
Alhamdulillah, milyaran syukur atas segala nikmat Allah yang masih dikasih ke aku. Atas segala anugerah, hikmah, dan segalanya.
Well,kali ini mau ngebahas tentang ejekan dan pujian. Mungkin kalo disuruh milih, pasti lebih banyak yang suka pujian ketimbang ejekan. Secara, pujian itu bisa bikin orang tambah pede, serasa terbang ke langit ke tujuh, dan bangga dengan dirinya. Tapi riskan banget ya, bisa mencetuskan takkabur. Sedangkan ejekan? Wah, jarang ada orang yang senang diejek, tapi untungnya aku termasuk dalam tipe yang 'santai' kalo diejek. Aku malah happy, seru lah bisa bikin orang lain ketawa.
Yap, banyak sekali hal-hal yang mengabu-abukan antara pujian dan ejekan. Terkadang ada pujian yang seperti udang di balik batu, pujian yang dilontarkan karena maksud terselubung. Ada pula ejekan yang maksud sebenarnya bukan mengejek, tapi hanya bercanda untuk mencairkan suasana. Nah lo, jadi abu-abu kan. Bikin bingung aja.
Pengalaman di kampus, temen2ku selalu melontarkan pujian bertubi-tubi ketika mereka ada perlu sama aku. Misalnya nih, pas mereka mau minta duit gaji. Pasti beberapa orang di antara mereka akan menggunakan jurus mereka dengan pujian-pujian maut yang bisa bikin klepek-klepek. Hhaha. Untungnya aku sudah tahu maksud dan tujuan mereka, jadi aku cuma ketawa-ketawa kecil dan nyerang mereka dengan pernyataan yang menohok. Gak jarang sekalian kuterusin pujian mereka jadi sindrom GEER akut, hha. Atau gak jarang mereka muji-muji gitu, ujungnya malah menohok, atau maksudnya malah sebaliknya. Gaje banget yak jadi orang.
Di samping itu, banyak juga temen-temen yang ngolok-ngolok membabi buta. Gak peduli orang yang diolokin ini lagi good mood atau bad mood, yang penting 'behapakan'. hhaha. Sebenarnya becanda gaya ejekan itu rame, seru lah. Tapi sayangnya terkadang kurang dapat melihat sikon yang pas untuk itu. Ya, kalo berada di posisi korban, perlu pengertian yang sedalam-dalamnya bahwa itu hanya guyonan. Hmm, walaupun sebenarnya kita gak bakalan tahu sebenarnya ejekan itu murni guyonan atau pernyataan refleks yang keluar dari pihak pengolok??? hhaha, entahlah. Ada juga yang ngejek-ngejek, padahal dalam hatinya muji, sekadar cari perhatian atau efek gengsi belaka kalo muji.
Abu-abu banget yakkk. Bisa jadi sebuah pujian itu ejekan, dan sebaliknya. So, ejekan vs pujian? Yang jelas, penilaian Allah lah yang terbukti paling benar, kalau memang ada yang ngejek, jadikan itu sebagai suatu motivasi untuk terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih menyenangkan. Yang jelas, ridha Allah lah yang harus dijadikan sebagai satu-satunya pengharapan, bukannya pujian dari manusia lain.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah, 2:21)
-Nisrina Naflah-
Alhamdulillah, milyaran syukur atas segala nikmat Allah yang masih dikasih ke aku. Atas segala anugerah, hikmah, dan segalanya.
Well,kali ini mau ngebahas tentang ejekan dan pujian. Mungkin kalo disuruh milih, pasti lebih banyak yang suka pujian ketimbang ejekan. Secara, pujian itu bisa bikin orang tambah pede, serasa terbang ke langit ke tujuh, dan bangga dengan dirinya. Tapi riskan banget ya, bisa mencetuskan takkabur. Sedangkan ejekan? Wah, jarang ada orang yang senang diejek, tapi untungnya aku termasuk dalam tipe yang 'santai' kalo diejek. Aku malah happy, seru lah bisa bikin orang lain ketawa.
Yap, banyak sekali hal-hal yang mengabu-abukan antara pujian dan ejekan. Terkadang ada pujian yang seperti udang di balik batu, pujian yang dilontarkan karena maksud terselubung. Ada pula ejekan yang maksud sebenarnya bukan mengejek, tapi hanya bercanda untuk mencairkan suasana. Nah lo, jadi abu-abu kan. Bikin bingung aja.
Pengalaman di kampus, temen2ku selalu melontarkan pujian bertubi-tubi ketika mereka ada perlu sama aku. Misalnya nih, pas mereka mau minta duit gaji. Pasti beberapa orang di antara mereka akan menggunakan jurus mereka dengan pujian-pujian maut yang bisa bikin klepek-klepek. Hhaha. Untungnya aku sudah tahu maksud dan tujuan mereka, jadi aku cuma ketawa-ketawa kecil dan nyerang mereka dengan pernyataan yang menohok. Gak jarang sekalian kuterusin pujian mereka jadi sindrom GEER akut, hha. Atau gak jarang mereka muji-muji gitu, ujungnya malah menohok, atau maksudnya malah sebaliknya. Gaje banget yak jadi orang.
Di samping itu, banyak juga temen-temen yang ngolok-ngolok membabi buta. Gak peduli orang yang diolokin ini lagi good mood atau bad mood, yang penting 'behapakan'. hhaha. Sebenarnya becanda gaya ejekan itu rame, seru lah. Tapi sayangnya terkadang kurang dapat melihat sikon yang pas untuk itu. Ya, kalo berada di posisi korban, perlu pengertian yang sedalam-dalamnya bahwa itu hanya guyonan. Hmm, walaupun sebenarnya kita gak bakalan tahu sebenarnya ejekan itu murni guyonan atau pernyataan refleks yang keluar dari pihak pengolok??? hhaha, entahlah. Ada juga yang ngejek-ngejek, padahal dalam hatinya muji, sekadar cari perhatian atau efek gengsi belaka kalo muji.
Abu-abu banget yakkk. Bisa jadi sebuah pujian itu ejekan, dan sebaliknya. So, ejekan vs pujian? Yang jelas, penilaian Allah lah yang terbukti paling benar, kalau memang ada yang ngejek, jadikan itu sebagai suatu motivasi untuk terus memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih menyenangkan. Yang jelas, ridha Allah lah yang harus dijadikan sebagai satu-satunya pengharapan, bukannya pujian dari manusia lain.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS Al Baqarah, 2:21)
-Nisrina Naflah-
Label:
Alhamdulillah,
cuap2,
kehidupan
8 Juni 2012
Bukan Bintang, Bukan Pula Pelangi
"Tak seperti bintang di langit, tak seperti indah pelangi, karena diriku bukanlah mereka..."
Alhamdulillah, sampai detik ini Allah masih memberikan jutaan nikmat-Nya dalam hidupku. Suatu rasa syukur yang tak terlukiskan. Luas, dalam, besar, dan kuharap rasa syukur ini selalu mengiringi langkah-langkah dalam hidupku. Jangan sampai jadi hamba-Nya yang kufur nikmat.
Oke, hari ini aku terinisiasi untuk menuliskan sesuatu yang sedikit banyak mempengaruhi otak dan pikiranku. Seseorang dengan blak-blakan bilang ke aku, "Kamu itu paling beda di antara temen-temen dekat kamu yang lain, Rin. Kamu itu punya bakat untuk 'diejekin', soalnya kamu yang beda sendiri. Kamu yang lebih gendut,dll. Lebih banyak memiliki hal yang memang bisa dijadikan bahan guyonan." Yakkk, kira-kira seperti itulah kalau dibahasa Indonesiakan. JLEBBBB!!! Aku cuma bisa tertawa renyah sambil protes-protes becanda. Sebisa mungkin menutupi ekspresi hati yang sebenarnya sudah kena panah bertubi-tubi. Aaaaaaah, aku memang gak seLUAR BIASA teman-teman dekatku, aku memang gak seBRILIANT mereka, dan aku memang orang yang paling sering 'dibawa-bawa' sebagai bahan guyonan dibanding yang lain. Dan ternyata itu alasannya, aku memang punya 'bakat' untuk itu. Hahaha. Rasanya benar-benar seperti bahasa yang sengaja diperhalus, "BAKAT". Setelah mendengar ungkapan orang itu, aku merasa bahwa aku berada di antara bintang-bintang di langit, aku berada di antara warna-warni pelangi yang indah, dan aku tidak sama layaknya mereka. Well, mungkin itu terdengar menyakitkan, ini sama saja seperti "kamu itu batu di antara berlian!!!" Hhaha, konyol sekali.
"Tak seperti bintang di langit, tak seperti indah pelangi, karena diriku bukanlah mereka..."
Sebaris lirik di atas merupakan kutipan dari sebuah lagu yang sangat kusuka. Menjadi Diriku by EdCoustic. Jujur aja, lagu ini jadi penyemangat khusus kalau aku lagi gak semangat. Sama seperti saat ini. Ketika aku merasa direndahkan, merasa disudutkan, dan merasa dianggap gak berarti oleh seseorang/beberapa orang, maka dengarkan lagu ini dan semuanya akan menjadi terang kembali.
Yeah, mungkin aku memang berbeda. Mungkin aku memang bukan bintang-bintang di langit, tapi aku adalah purnama di antara bintang-bintang di langit itu. Mungkin aku memang bukan warna-warni pelangi di antara awan itu, tapi aku adalah sinar matahari yang membiaskan warna-warni pelangi itu. Hhaha, suatu anggapan yang menyelamatkan krisis dalam diri, bukan berarti aku merasa lebih loh ya. Ini hanya jurus diri yang mencoba untuk mengUPkan kembali diri yang sudah tersudut di awal tadi.
"Menjadi diriku, dengan segala kekurangan. Menjadi diriku atas kelebihanku..."
Yap, setiap individu dititipkan kelebihan dan kekurang masing-masing oleh Allah. Tak ada yang sempurna, walaupun terkadang manusia memiliki 'indikator' sendiri dalam menilai kesempurnaan. Padahal yang sempurna itu hanya Allah semata. "Setiap yang ada pada dirimu adalah ISTIMEWA," satu statement yang diucapkan oleh dosenku, yang meaningful banget! Sudah layaknya kita senantiasa bersyukur, dan gak semestinya ucapan orang lain yang mengkrisiskan diri itu 'dipikirkan' berlebihan. Yang penting gak merugikan orang lain, gak menimbulkan mudharat, dan menjalani segala sesuatunya berlandaskan atas pengharapan ridha Allah.
"Terimalah aku seperti apa adanya, aku hanya insan biasa tak mungkin sempurna. Tetap kubangga atas apa yang kupunya. Setiap waktu kumiliki, anugerah hidup yang kumiliki..."
Okeeeeh, aku selalu bangga dengan segala hal yang kupunya dalam diriku. Karena semua itu pemberian dari-Nya. Dan anugerah itu, sungguh nikmat yang LUAR BIASA. :)
So, mau dikata apa kek. Aku tetaplah seorang muslimah yang LUAR BIASA, karena-Nya. hhoho.
"Yaa Rabb, kuatkan aku dengan kekuatan-Mu. Sungguh, hamba hanyalah seorang hamba-Mu yang sangat lemah."
Nisrina Naflah
Alhamdulillah, sampai detik ini Allah masih memberikan jutaan nikmat-Nya dalam hidupku. Suatu rasa syukur yang tak terlukiskan. Luas, dalam, besar, dan kuharap rasa syukur ini selalu mengiringi langkah-langkah dalam hidupku. Jangan sampai jadi hamba-Nya yang kufur nikmat.
Oke, hari ini aku terinisiasi untuk menuliskan sesuatu yang sedikit banyak mempengaruhi otak dan pikiranku. Seseorang dengan blak-blakan bilang ke aku, "Kamu itu paling beda di antara temen-temen dekat kamu yang lain, Rin. Kamu itu punya bakat untuk 'diejekin', soalnya kamu yang beda sendiri. Kamu yang lebih gendut,dll. Lebih banyak memiliki hal yang memang bisa dijadikan bahan guyonan." Yakkk, kira-kira seperti itulah kalau dibahasa Indonesiakan. JLEBBBB!!! Aku cuma bisa tertawa renyah sambil protes-protes becanda. Sebisa mungkin menutupi ekspresi hati yang sebenarnya sudah kena panah bertubi-tubi. Aaaaaaah, aku memang gak seLUAR BIASA teman-teman dekatku, aku memang gak seBRILIANT mereka, dan aku memang orang yang paling sering 'dibawa-bawa' sebagai bahan guyonan dibanding yang lain. Dan ternyata itu alasannya, aku memang punya 'bakat' untuk itu. Hahaha. Rasanya benar-benar seperti bahasa yang sengaja diperhalus, "BAKAT". Setelah mendengar ungkapan orang itu, aku merasa bahwa aku berada di antara bintang-bintang di langit, aku berada di antara warna-warni pelangi yang indah, dan aku tidak sama layaknya mereka. Well, mungkin itu terdengar menyakitkan, ini sama saja seperti "kamu itu batu di antara berlian!!!" Hhaha, konyol sekali.
"Tak seperti bintang di langit, tak seperti indah pelangi, karena diriku bukanlah mereka..."
Sebaris lirik di atas merupakan kutipan dari sebuah lagu yang sangat kusuka. Menjadi Diriku by EdCoustic. Jujur aja, lagu ini jadi penyemangat khusus kalau aku lagi gak semangat. Sama seperti saat ini. Ketika aku merasa direndahkan, merasa disudutkan, dan merasa dianggap gak berarti oleh seseorang/beberapa orang, maka dengarkan lagu ini dan semuanya akan menjadi terang kembali.
Yeah, mungkin aku memang berbeda. Mungkin aku memang bukan bintang-bintang di langit, tapi aku adalah purnama di antara bintang-bintang di langit itu. Mungkin aku memang bukan warna-warni pelangi di antara awan itu, tapi aku adalah sinar matahari yang membiaskan warna-warni pelangi itu. Hhaha, suatu anggapan yang menyelamatkan krisis dalam diri, bukan berarti aku merasa lebih loh ya. Ini hanya jurus diri yang mencoba untuk mengUPkan kembali diri yang sudah tersudut di awal tadi.
"Menjadi diriku, dengan segala kekurangan. Menjadi diriku atas kelebihanku..."
Yap, setiap individu dititipkan kelebihan dan kekurang masing-masing oleh Allah. Tak ada yang sempurna, walaupun terkadang manusia memiliki 'indikator' sendiri dalam menilai kesempurnaan. Padahal yang sempurna itu hanya Allah semata. "Setiap yang ada pada dirimu adalah ISTIMEWA," satu statement yang diucapkan oleh dosenku, yang meaningful banget! Sudah layaknya kita senantiasa bersyukur, dan gak semestinya ucapan orang lain yang mengkrisiskan diri itu 'dipikirkan' berlebihan. Yang penting gak merugikan orang lain, gak menimbulkan mudharat, dan menjalani segala sesuatunya berlandaskan atas pengharapan ridha Allah.
"Terimalah aku seperti apa adanya, aku hanya insan biasa tak mungkin sempurna. Tetap kubangga atas apa yang kupunya. Setiap waktu kumiliki, anugerah hidup yang kumiliki..."
Okeeeeh, aku selalu bangga dengan segala hal yang kupunya dalam diriku. Karena semua itu pemberian dari-Nya. Dan anugerah itu, sungguh nikmat yang LUAR BIASA. :)
So, mau dikata apa kek. Aku tetaplah seorang muslimah yang LUAR BIASA, karena-Nya. hhoho.
"Yaa Rabb, kuatkan aku dengan kekuatan-Mu. Sungguh, hamba hanyalah seorang hamba-Mu yang sangat lemah."
Nisrina Naflah
Label:
Alhamdulillah,
cerita ulang,
Curahan Hati,
jilbaber,
kehidupan,
semangat
Langganan:
Postingan (Atom)