Hari minggu lalu bisa jadi kuanggap sebagai hari yang membahagiakan sekaligus menyedihkan, kenapa? Untuk pertama kalinya aku sama mamah dan ade-adeku makan di luar rumah tanpa abah. Kami makan siang bareng di d'cost sebelum bersilaturahmi ke Kuin sekaligus ziarah ke kubur abah. Seru? Pasti. Tapi tanpa sadar mataku panas membayangkan sosok yang semestinya juga ada bersama kami saat itu. Bercanda, mengeluarkan guyonan khasnya, dan tertawa. Aku rindu. :')
Dan Sya'ban kali ini pun adalah Sya'ban pertama kami tanpa abah. Dan Ramadhan nanti akan menjadi Ramadhan pertama kami tanpa abah. Berlomba-lomba khatam Al-Qur'an, tarawih panjang, shalat berjama'ah, sahur & buka bareng, beli kue & cemilan bareng, menasihati, memberikan pelajaran bermakna bersama, dll. Yaa Rabb, pasti Ramadhan kali ini akan berbeda, dan membuat rindu dengan Ramdhan-Ramadhan sebelumnya.
Semoga abah di sana selalu tersenyum, ikut berbahagia. Kami sayang abah, karena Allah. :')
-Nisrina Naflah-
26 Juni 2013
Penjelasan
Hari ini duduk bersama kawan, berbicara banyak hal, hingga membawa suatu penjelasan yang akhirnya menyadarkan. Ya, memang kita tak perlu repot-repot, terburu-buru mencari penjelasan dari suatu pertanyaan. Karena penjelasan itu akan datang dengan sendirinya, di waktu yang tepat, dengan pemahaman yang baik. Mengajak untuk menelaah, memahami, menerima, dan menyadari.
Sederhana haja, perbincangan terkadang membuka pemahaman kita akan suatu hal.
Sama seperti hari ini.
Dan saatnya untuk satu kata itu, tak bisa lagi dipungkiri.
*hingga akhirnya hari ini aku memutuskan untuk pulang saja ke Banjarbaru, beruzlah seperti Juni-Juli tahun sebelumnya, memang selalu demikian*
-Nisrina Naflah-
Sederhana haja, perbincangan terkadang membuka pemahaman kita akan suatu hal.
Sama seperti hari ini.
Dan saatnya untuk satu kata itu, tak bisa lagi dipungkiri.
*hingga akhirnya hari ini aku memutuskan untuk pulang saja ke Banjarbaru, beruzlah seperti Juni-Juli tahun sebelumnya, memang selalu demikian*
-Nisrina Naflah-
Label:
abstrak,
berbagi pengalaman,
kehidupan
18 Juni 2013
Ngebut Malam itu Seru
Baru kali ini ngerasain ngebut malam-malam jam 11, dari Banjarmasin-Banjarbaru, nyupirin mamah yang baru kelar acara kantor di swiss bel hotel, di jalanan yang lumayan lenggang, itu ternyata SERU banget ya. Serasa main F1 gitu, hhaha~ *lebayyy*
*mengebutlah selagi jalanan sepi dan mamah gak melarang*
*mengebutlah ketika mata mulai terasa mengantuk hingga hilang kantuknya*
Beneran, malam ini bener2 ngebut yang sesungguhnya, bagi seorang supir imut seperti aku (yang biasanya cuman berani 60 km/jam doang)
:D :D :D
-Nisrina Naflah-
*mengebutlah selagi jalanan sepi dan mamah gak melarang*
*mengebutlah ketika mata mulai terasa mengantuk hingga hilang kantuknya*
Beneran, malam ini bener2 ngebut yang sesungguhnya, bagi seorang supir imut seperti aku (yang biasanya cuman berani 60 km/jam doang)
:D :D :D
-Nisrina Naflah-
Duka di Tengah Momen Bahagia
Pergi ke kondangan itu menyenangkan. Melihat sepasang pengantin yang sudah disahkan agama, yang akan melewati bahtera hidup selanjutnya bersama-sama, so sweet banget kan ya.
Atau serunya melihat dekorasi acara pernikahan/perkawinan yang memanjakan mata. Berpikir dan merancang-rancang mau dekorasi seperti apa untuk pernikahan sendiri nanti. Mau pakai tema apa, kombinasi warna apa, bridenya kaya gimana, dan lain-lain, seru banget kan ya.
Dan asyiknya memperhatikan dua sejoli yang resmi halal itu duduk bersanding berdua di depan, terkadang saling bisik, tersenyum, tertawa berdua. Berfoto dengan orangtua dan para tamu undangan yang menyalami mereka. Tersipu malu saat digoda MC yang menghangatkan suasana, asyik banget kan ya.
Ya, aku selalu senang dengan suasana pernikahan, maupun resepsi perkawinan. Bagiku 2 hal itu merupakan momen spesial yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Apalagi momen saat ijab kabul, itu mengharukan sekali. Ayahmu akan menjabat tangan menantunya, menyerahkan putri cantiknya pada pangeran gagah yang ditakdirkan Allah untuk menjadi pendamping hidup anaknya. Menyerahkan tanggung jawab yang diembannya sebelumnya atas putrinya. Menegaskan bahwa ia sudah mempercayakan putrinya kepada menantunya, mengikhlaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah untuk dialih tangankan kepada menantunya. Itu benar-benar momen spesial yang tak mungkin terlupakan.
Hingga akhirnya aku kembali mengingat mimpi-mimpiku tentang abah. Mimpiku untuk dinikahkan abah dengan seorang pria yang luar biasa, abah menjabat tangan pria itu dan melontarkan kata "saya nikahkan putri saya, Rina Purnama Sari binti H. Agus Mawardi, bla bla bla..." Mimpiku tentang wajah haru abah melepas putri semata wayangnya dan mempercayakannya dengan seorang pria yang luar biasa, penuh haru saat bersimpuh di hadapannya. Mimpiku tentang wajah bahagia abah saat menyambut teman-temannya, para tamu undangan yang menghadiri resepsi perkawinan. Mimpiku bahwa semua kebahagian itu akan kulewati bersama abah dan mamah. Mimpiku yang kini harus kubungkam dengan ketiadaan abah. Mataku entah kenapa memanas saat bayangan mimpi itu muncul. Meleburkan asa.
Ada banyak hal yang kuimpikan, dimana dalam setiap impian itu selalu kuhadirkan wajah abah-mamah. Tersenyum, bahagia, dan bangga. Dan terkadang, menghadiri undangan pernikahan/resepsi perkawinan selalu menimbulkan sedih yang sama. "Apakah aku akan melewati momen bahagia itu nanti tanpa sosok seorang abah yang kusayang?"
Ya, itu sebagian kesedihan yang terbersit di momen bahagia. Yang seraya kuhapus dengan keyakinan bahwa akan datang kebahagiaan yang tiada tara. Aku selalu yakin, dan akan tetap yakin bahwa Allah telah mempersiapkan sebuah kebahagian yang indah, bahkan jauh lebih indah dari apa yang kubayangkan. Meskipun tanpa abah, aku selalu berharap seseorang yang akan menggantikan posisi abah sebagai laki-laki yang akan bertanggung jawab atasku kelak, ialah seorang laki-laki yang luar biasa, yang pastilah disenangi abah jika abah masih ada di dunia ini. Ya, abah pasti senantiasa tersenyum di sana. :')
Siapapun seseorang itu, kuharap kelak ia akan selalu menghadirkan senyum di bibir dan hati kedua orangtuaku. :')
*ini kebawa suasana kawinan, gara-gara kemaren nemenin mamah ke kondangan anaknya temen mamah. Gak tau kenapa, kalo ke kondangan/nikahan orang selalu terbersit hal di atas. Pengen banget rasanya, saat nikah nanti masih ada abah yang menikahkan, gak perlu wali. Saat resepsi perkawinan nanti, masih ada abah di samping mamah yang duduk di samping pelaminan, bersalaman dengan tamu undangan, Pengen banget, tapi Allah punya rencana yang lebih baik bukan? Rencana terindah yang lebih baik dan terbaik :)*
*jangan syok & jangan heran dengan topik postingan ini. Entahlah, ngomongin pernikahan memang sudah jadi santapan sehari-hari para mahasiswa semester akhir (-,-)*
-Nisrina Naflah-
Atau serunya melihat dekorasi acara pernikahan/perkawinan yang memanjakan mata. Berpikir dan merancang-rancang mau dekorasi seperti apa untuk pernikahan sendiri nanti. Mau pakai tema apa, kombinasi warna apa, bridenya kaya gimana, dan lain-lain, seru banget kan ya.
Dan asyiknya memperhatikan dua sejoli yang resmi halal itu duduk bersanding berdua di depan, terkadang saling bisik, tersenyum, tertawa berdua. Berfoto dengan orangtua dan para tamu undangan yang menyalami mereka. Tersipu malu saat digoda MC yang menghangatkan suasana, asyik banget kan ya.
Ya, aku selalu senang dengan suasana pernikahan, maupun resepsi perkawinan. Bagiku 2 hal itu merupakan momen spesial yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Apalagi momen saat ijab kabul, itu mengharukan sekali. Ayahmu akan menjabat tangan menantunya, menyerahkan putri cantiknya pada pangeran gagah yang ditakdirkan Allah untuk menjadi pendamping hidup anaknya. Menyerahkan tanggung jawab yang diembannya sebelumnya atas putrinya. Menegaskan bahwa ia sudah mempercayakan putrinya kepada menantunya, mengikhlaskan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah untuk dialih tangankan kepada menantunya. Itu benar-benar momen spesial yang tak mungkin terlupakan.
Hingga akhirnya aku kembali mengingat mimpi-mimpiku tentang abah. Mimpiku untuk dinikahkan abah dengan seorang pria yang luar biasa, abah menjabat tangan pria itu dan melontarkan kata "saya nikahkan putri saya, Rina Purnama Sari binti H. Agus Mawardi, bla bla bla..." Mimpiku tentang wajah haru abah melepas putri semata wayangnya dan mempercayakannya dengan seorang pria yang luar biasa, penuh haru saat bersimpuh di hadapannya. Mimpiku tentang wajah bahagia abah saat menyambut teman-temannya, para tamu undangan yang menghadiri resepsi perkawinan. Mimpiku bahwa semua kebahagian itu akan kulewati bersama abah dan mamah. Mimpiku yang kini harus kubungkam dengan ketiadaan abah. Mataku entah kenapa memanas saat bayangan mimpi itu muncul. Meleburkan asa.
Ada banyak hal yang kuimpikan, dimana dalam setiap impian itu selalu kuhadirkan wajah abah-mamah. Tersenyum, bahagia, dan bangga. Dan terkadang, menghadiri undangan pernikahan/resepsi perkawinan selalu menimbulkan sedih yang sama. "Apakah aku akan melewati momen bahagia itu nanti tanpa sosok seorang abah yang kusayang?"
Ya, itu sebagian kesedihan yang terbersit di momen bahagia. Yang seraya kuhapus dengan keyakinan bahwa akan datang kebahagiaan yang tiada tara. Aku selalu yakin, dan akan tetap yakin bahwa Allah telah mempersiapkan sebuah kebahagian yang indah, bahkan jauh lebih indah dari apa yang kubayangkan. Meskipun tanpa abah, aku selalu berharap seseorang yang akan menggantikan posisi abah sebagai laki-laki yang akan bertanggung jawab atasku kelak, ialah seorang laki-laki yang luar biasa, yang pastilah disenangi abah jika abah masih ada di dunia ini. Ya, abah pasti senantiasa tersenyum di sana. :')
Siapapun seseorang itu, kuharap kelak ia akan selalu menghadirkan senyum di bibir dan hati kedua orangtuaku. :')
*ini kebawa suasana kawinan, gara-gara kemaren nemenin mamah ke kondangan anaknya temen mamah. Gak tau kenapa, kalo ke kondangan/nikahan orang selalu terbersit hal di atas. Pengen banget rasanya, saat nikah nanti masih ada abah yang menikahkan, gak perlu wali. Saat resepsi perkawinan nanti, masih ada abah di samping mamah yang duduk di samping pelaminan, bersalaman dengan tamu undangan, Pengen banget, tapi Allah punya rencana yang lebih baik bukan? Rencana terindah yang lebih baik dan terbaik :)*
*jangan syok & jangan heran dengan topik postingan ini. Entahlah, ngomongin pernikahan memang sudah jadi santapan sehari-hari para mahasiswa semester akhir (-,-)*
-Nisrina Naflah-
Label:
cerita ulang,
Curahan Hati,
kehidupan,
muslimah,
semangat
Terkadang
Terkadang, saat manusia dihadapkan dengan suatu kesedihan, ia akan berpikir bahwa dialah manusia yang paling malang di dunia ini. Padahal...
Terkadang, saat manusia diberikan ujian berat dari Tuhannya, ia akan menganggap bahwa dialah manusia yang paling menderita di dunia ini. Padahal...
Terkadang, saat manusia dilimpahi masalah bertubi-tubi, ia akan merengek seakan dialah manusia yang paling menyedihkan di dunia ini. Padahal...
Ya, demikian. Padahal, jika kita buka mata hati kita, mencoba melihat sekitar, meresapi setiap momen-momen yang terjadi di depan mata, mendengar cerita hidup teman-teman yang penuh duka, memetik segala hikmah yang terkandung di dalamnya, sungguh tidak ada manusia yang paling malang di dunia ini. Tidak ada manusia yang paling menderita di dunia ini. Tidak ada manusia yang paling menyedihkan di dunia ini.
Setiap manusia punya kesedihan masing-masing, setiap manusia punya ujian, masalah dalam hidupnya. Semua manusia, camkan itu baik-baik. Jangan pernah merasa bahwa dirimu yang paling malang, menderita,dan menyedihkan. Sungguh, Allah memberikan hal itu semua karena Allah sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Sungguh, senantiasa ada hikmah yang tersembul di antara kejadian menyedihkan yang terjadi. Sungguh, masih banyak orang lain yang memiliki kesedihan yang lebih dalam, kompleks, dan berat, namun mereka tetap kuat, tersenyum, seolah selalu yakin Allah akan menguatkan dan memberikan jalan yang terbaik. Suatu kebahagiaan yang lebih indah dari apa yang dibayangkan. Sungguh.
Selalu ada hal yang dapat kita petik dari orang lain, pembelajaran yang menyadarkan,mendewasakan, hingga kita mampu menyadari bahwa setiap manusia punya masalah masing-masing. Jangan pernah merasa bahwa kitalah yang paling malang, menderita,dan menyedihkan di dunia ini. Sungguh, Allah akan selalu menguatkan dengan segala hikmah yang melimpah ruah. Yakinlah.
*Lagi-lagi, ngobrol sama Nyunye menajamkan kembali nurani yang mulai menumpul, you're super girl, Nye. Selalu kagum & salut sama Nye, penuh inspirasi, dan luar biasa! Bangga dan bersyukur sekali bisa dipersaudarakan dengan Nye! Makasih Nye!*
*Lagi-lagi, seperti ditegur Allah. Aku yang merasa tak sebahagia kawan-kawan lain, karena abah sudah berpulang. Merasa bahwa akulah manusia yang paling menyedihkan di dunia ini. Sungguh, picik sekali. Harusnya aku sadar, semua manusia pasti punya masalah & kesedihan masing-masing, yang insyaAllah akan menguatkan. Sabar dan ikhlas, yakini bahwa Allah menyimpan rahasia kebahagian yang luar biasa, untuk kita rasakan kelak.*
-Nisrina Naflah-
Terkadang, saat manusia diberikan ujian berat dari Tuhannya, ia akan menganggap bahwa dialah manusia yang paling menderita di dunia ini. Padahal...
Terkadang, saat manusia dilimpahi masalah bertubi-tubi, ia akan merengek seakan dialah manusia yang paling menyedihkan di dunia ini. Padahal...
Ya, demikian. Padahal, jika kita buka mata hati kita, mencoba melihat sekitar, meresapi setiap momen-momen yang terjadi di depan mata, mendengar cerita hidup teman-teman yang penuh duka, memetik segala hikmah yang terkandung di dalamnya, sungguh tidak ada manusia yang paling malang di dunia ini. Tidak ada manusia yang paling menderita di dunia ini. Tidak ada manusia yang paling menyedihkan di dunia ini.
Setiap manusia punya kesedihan masing-masing, setiap manusia punya ujian, masalah dalam hidupnya. Semua manusia, camkan itu baik-baik. Jangan pernah merasa bahwa dirimu yang paling malang, menderita,dan menyedihkan. Sungguh, Allah memberikan hal itu semua karena Allah sangat menyayangi hamba-hamba-Nya. Sungguh, senantiasa ada hikmah yang tersembul di antara kejadian menyedihkan yang terjadi. Sungguh, masih banyak orang lain yang memiliki kesedihan yang lebih dalam, kompleks, dan berat, namun mereka tetap kuat, tersenyum, seolah selalu yakin Allah akan menguatkan dan memberikan jalan yang terbaik. Suatu kebahagiaan yang lebih indah dari apa yang dibayangkan. Sungguh.
Selalu ada hal yang dapat kita petik dari orang lain, pembelajaran yang menyadarkan,mendewasakan, hingga kita mampu menyadari bahwa setiap manusia punya masalah masing-masing. Jangan pernah merasa bahwa kitalah yang paling malang, menderita,dan menyedihkan di dunia ini. Sungguh, Allah akan selalu menguatkan dengan segala hikmah yang melimpah ruah. Yakinlah.
*Lagi-lagi, ngobrol sama Nyunye menajamkan kembali nurani yang mulai menumpul, you're super girl, Nye. Selalu kagum & salut sama Nye, penuh inspirasi, dan luar biasa! Bangga dan bersyukur sekali bisa dipersaudarakan dengan Nye! Makasih Nye!*
*Lagi-lagi, seperti ditegur Allah. Aku yang merasa tak sebahagia kawan-kawan lain, karena abah sudah berpulang. Merasa bahwa akulah manusia yang paling menyedihkan di dunia ini. Sungguh, picik sekali. Harusnya aku sadar, semua manusia pasti punya masalah & kesedihan masing-masing, yang insyaAllah akan menguatkan. Sabar dan ikhlas, yakini bahwa Allah menyimpan rahasia kebahagian yang luar biasa, untuk kita rasakan kelak.*
-Nisrina Naflah-
Label:
Curahan Hati,
kehidupan,
Sedih Euy,
semangat,
Subhanallah
4 Juni 2013
Tutup Saja Kupingmu
Tutup saja kupingmu,
hingga tak terdengar sedikit pun tanda,
membuat jemu dengan semua.
Tutup saja kupingmu,
hingga tak terbentuk sedikit pun tanya,
menyeruak kemudian ternganga.
Tutup saja kupingmu,
hingga tak tersulut sedikit pun prasangka,
mendera hancurkan segalanya.
Tutup saja kupingmu,
atas segala yang tak menentu,
lantas diam tersedu.
Menyesal telah mendengar?
Tutup saja kupingmu,
lalu acuhkan dan tetap berlalu,
seakan tak pernah mendengar sesuatu.
Hal itu.
-Nisrina Naflah-
hingga tak terdengar sedikit pun tanda,
membuat jemu dengan semua.
Tutup saja kupingmu,
hingga tak terbentuk sedikit pun tanya,
menyeruak kemudian ternganga.
Tutup saja kupingmu,
hingga tak tersulut sedikit pun prasangka,
mendera hancurkan segalanya.
Tutup saja kupingmu,
atas segala yang tak menentu,
lantas diam tersedu.
Menyesal telah mendengar?
Tutup saja kupingmu,
lalu acuhkan dan tetap berlalu,
seakan tak pernah mendengar sesuatu.
Hal itu.
-Nisrina Naflah-
2 Juni 2013
Bagaimana Caranya?
Ingin bertanya, bagaimana caranya?
Agar kuat, senantiasa terjaga, dan kokoh berdiri tanpa goyah.
Minta sama Allah.
Minta dikuatkan oleh kekuatan-Nya.
Minta dijagakan dari segala hal yang menjerumuskan.
Minta dikokohkan dengan segala macam bentuk pemahaman yang baik.
:)
-Nisrina Naflah-
Agar kuat, senantiasa terjaga, dan kokoh berdiri tanpa goyah.
Minta sama Allah.
Minta dikuatkan oleh kekuatan-Nya.
Minta dijagakan dari segala hal yang menjerumuskan.
Minta dikokohkan dengan segala macam bentuk pemahaman yang baik.
:)
-Nisrina Naflah-
Repot
Andai saja, segumpal hal yang dinamakan perasaan ini bisa dicungkil, dikeluarkan, dan dibuang dari hati, mungkin tidak akan repot seperti ini. Repot mengurus rasa, repot menahan gejolak yang sebenarnya tidak perlu, repot mengusir asumsi-asumsi yang kurang ajar bermunculan sendiri. Dan di saat sadar, hanya bisa menggeleng dan meneriaki perasaan, "Woy, kaga usah lebay! Geer banget sih lu! Sadar woy! Jaga diri, jaga hati, jaga iman!"
*didapatkan dari seorang 'teman diri sendiri' yang mulai kerepotan menata hati*
-Nisrina Naflah-
Langganan:
Postingan (Atom)