25 Desember 2011

Capeee???

Subhanallah, hari ini luar biasa sekali. Di saat teman-teman yang lain pada asyik menikmati liburan natal (di kampus liburnya 3 hari,sampai hari Senin), aku malah nongkrong di kampus dari pagi sampai malam. Ngapain Rin? Nemenin Pak Satpam jaga kampus? ckck.

Alhamdulillah, tadi pagi KSI Asy-Syifa FK UNLAM ngadain musyawarah besar yang notabenenya adalah sidang tertinggi di organisasi, dimana kita kalang kabut mengupas habis tentang AD/ART dan GBHO untuk kepengurusan selanjutnya. Yang namanya musyawarah besar identik dengan yang namanya "presidium", "interupsi", "PK", "sepakat", dan lain sebagainya. Dan itu pulalah yang membuat acara ini benar-benar 'panas' dan memakan waktu yang cukup lama, hhehe. Bayangkan saja, seharusnya mubes kali ini selesai dalam 1 hari, dimana penetapan untuk MS (Majelis Syura.red) dan Ketua Umum periode selanjutnya juga harus ditetapkan hari itu juga, kenyataannya hari ini hanya dihabiskan untuk pembahasan tata tertib sidang, LPJ, AD/ART, dan GBHO. Yaaaa, walaupun sebenarnya aku juga 'ambil andil' dalam memperlama waktu sidang kali ini, hhehe.

Alhasil ketika adzan Maghrib berkumandang, peserta menyepakati untuk menunda sidang di kesempatan lain. Secara refleks semuanya melontarkan kata ALHAMDULILLAAAH!!! Rupanya sudah pegel-pegel ya, duduk seharian ngebahas kumpulan kata-kata yang memegang peranan penting untuk langkah kerja ke depan. Horeeee PULANG!!! Nyatanya, aku masih belum bisa pulang. Yaa Rabb, ini badan udah bau menyan, gak mandi sore. Tapi, masih ada amanah lain yang menanti untuk dijemput. Aku harus mempersiapkan acara "Beauty in Veil", salah satu acara KHUSUS AKHWAT yang diselenggarakan oleh 4 Lembaga Dakwah Kampus Banjarbaru dalam rangka memperingati hari Ibu, di aula gedung depan. Akhirnya, semangatku untuk pulang ke rumah harus didelay dulu. Nyiapin ruangan dan membahas rundown acara utnuk besoknya. Hingga akhirnya handphoneku berteriak-teriak menandakan ada dua orang di rumah sana yang sudah menanti-nanti kedatanganku (ceileeeeh), Mama Abah sudah nelpon berkali-kali, nanyain kapan pulang, sudah makan atau belum, yang INTINYA nyuruh aku buat cepat-cepat pulang, betah amat siiih di kampus seharian suntuk. ckckck. Dan akhirnya jam setengah 10an aku PULAAAANG!!! Rasanya hepiiiii, bisa pulang sebelum jam 10, hehehe. (emang biasanya pulang jam berapa Rin???ckck)

Awalnya aku sempat ingin mengeluh, aaaaahhhh, cape banget! Seharian di kampus, belum ngerjain laporan farmakologi, belum belajar EKG, belum nyicil belajar, belum mandi, belum ini, belum itu. Capeeeeee... Huaaaah, mana besok harus ke kampus lagi jam 7 teng, jadi moderator talkshow, huaaaah.. capeeee capeeee capeee, kapan sih bisa santaiii kayak mahasiswa biasa lainnya??? Di saat libur bisa libur, nyantai gak ada amanah organisasi, gak mikirin dakwah, cuman belajar, kalo bosan ya main atau jalan-jalan ke mall, nongkrong di sana-sini.

Tapi di perjalanan pulang, aku melihat realita yang ada, dan tanpa sadar aku tersenyum sebagai tanda bahwa aku mensyukuri apa yang telah kulalui hari ini. Ya, atas hal-hal positif yang sudah kulakukan hari ini. Di hadapanku, terhambur lautan anak muda di jalan, kebut-kebutan, peluk-pelukan ama orang yang bukan muhrimnya (walaupun terkadang aku mencoba untuk khusnudzan, kali aja mereka-mereka yang kulihat pelukan itu sudah nikah -tapi susah banget buat berpikiran positif di saat ngeliat muka mereka yang masih unyu-unyu-). Di tepi jalan juga banyak yang nongkrong, dengan dandanan metalnya, rokok di tangan dihisap seakan-akan dia JAGOAN, entah apa yang dibicarakan. Cewek-cewek dengan lihainya membuka aurat, memperlihatkan bagian-bagian yang seharusnya mereka jaga untuk 'seseorang' yang sudah Allah siapkan untuk mereka. Aku pun terenyuh, mengucap rasa syukur atas keadaan yang Allah berikan dalam kondisiku sekarang. Biarlah capek, biarlah lelah, biarlah pikiran ini terus terasah, biarlah keringat ini terus mengucur, untuk 1 kata yang dapat membuat hidupku lebih terarah dan bermakna, AMANAH. Amanah yang sejatinya dimiliki oleh tiap-tiap diri, untuk menunjukkan betapa luar biasanya risalah ini. Menuntun hidup ke arah yang semestinya. Memberikan kebermanfaatan untuk sesama.

"Jalan ini masih panjang, memang bukan jalan yang penuh dengan kenyamanan. Dipenuhi kerikil tajam yang sebenarnya menguatkan. Ya, harus kuat. Tetap semangat dan istiqamah, karena keyakinan akan janji itu memang harus senantiasa dijaga. Untuk kebahagian abadi yang ada di ujung jalan ini, percayalah."

Capeeee??? siapa takuuuut...*looooh? hhaha.
'Kan Allah swt. selalu bersama kitaaa, menguatkan kitaaa, meneguhkan kedudukan kitaaa.  :)

"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Q.S. Muhammad: 7)

(postingan yang benar-benar gaje di malam yang larut ini)

-Nisrina Naflah-

16 Desember 2011

IKLAN HIMA PSPD FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM

Assalamu'alaikum...

postingan kali ini khusus nampang yaaaa...mau ngiklan, kali aja ada anak PSPD FK UNLAM yang tiba-tiba nyasar ke blog ini, hhehe *ngarep...



pilih 1, for HIMA BETTER!!! bersama BINA!!! :D

Kekasih...

Alhamdulillah, masih sehat, masih diberi umur panjang, masih berkumpul dengan orang-orang yang kusayang, dan semua nikmat Allah yang gak bisa kuketik satu per satu. Oke, setelah sekian lama gak ngeblog, akhirnya bisa juga.

Well, belakangan ini hidupku penuh lika-liku banget (jadi ingat Mas Nyayo deh, hha). Kayaknya raga ini kagak pernah diem nyantai, ada aja kerjaan yang antri minta dikerjain. Blok IX kemaren grasak-grusuk bikin PKM-P yang nyatanya gak lolos, ditambah dengan beberapa kegiatan organisasi yang bisa dibilang 'lumayan' banyak. Blok X mesti kudu harus nyiapin acara LDKM yang notabenenya harus bener-bener disiapkan, nyatanya banyak poin-poin kecil yang 'gak kesampaian' buat dilakukan di LDKM (perasaan pas persiapan rasanya udah pasti banget pengen ngelakuin, ternyata terlewatkan). Ditambah dengan ngurus pencalonan diri sebagai wakil ketua HIMA PSPD 2012, plus ngerjain KTI buat LKTI yang diadakan ama UNHAS. Dan yang pasti rapat ini itu, selalu mewarnai lembaran hidup semester 3 ini.

Sekarang udah masuk blok XI, masih ribet ngurusin kampanye dan debat caka-cawaka HIMA, waktu ngasdos yang tiba-tiba numpuk, ujian inhal blok X, laporan praktikum, tugas, mikirin GMM, LKTM, de es be. Hwow, kayaknya kalo dipikirin terus nggak bakalan ngasih solusi deh, mending dikerjain yak.

Terkadang di saat-saat penuh aktivitas ini, ada hal yang terlupakan tanpa sengaja.  Rasa rindu pada kekasih, rindu yang gak akan pernah terhapus, hingga saatnya tiba. Rindu, dimana  kita akan senantiasa melantunkan nada-nada indah yang terngiang di telinga. Saat dimana kita ingin selalu menjadi baik dan terus ingin menjadi lebih baik hingga nanti pertemuan itu tiba. Waktu dimana kita selalu membayangkan hal-hal yang telah diberikan lantas tersenyum senang. Ketika kita ingin berteriak bahwa kita amat sangat merindu, berharap didengar, berharap terjamah. Rindu, rindu, rindu, rindu, rindu pada-Nya.

Semoga rindu, kasih, dan sayang selalu tertuang kepada KEKASIH SEJATI KITA... Allah swt, Maha Segalanya.... :)

-Nisrina Naflah-

31 Oktober 2011

Untitled 3

"Subhanallah!!!"

Hanya kata itu yang bisa kupekikkan dalam hati. Bagaimana tidak? Semua yang keluar tampak seperti rentetan pemaknaan hidup yang diambil dalam setiap langkah jejak hidupnya. Menginspirasi, mengulas tawa. Ingin menerobos waktu, kembali. Atau bahkan mematahkan waktu hingga terjamah. Aku rindu dengan nyanyian itu, konyol, membahana mengundang canda. :'D Penuh inspirasi...

24 Oktober 2011

Someday

I don't know how much longer
that I have to put up with everything
I've been hiding all the truth inside my heart
everytime we meet
everytime you turn to face me
though I look indifferent
do you know how much I have to force myself?
can you hear my heart calling for you, loving you?
but I can't open my heart for anyone to know
can you hear it?
my heart keeps waiting there for you
waiting for you to open it
and hope you will realize
someday

Though I love you
Though I feel
but deep down inside, I don't dare to tell you
everytime we meet
everytime you turn to face me
though I look indifferent
do you know how much I have to force myself?
can you hear my heart calling for you, loving you?
but I can't open my heart for anyone to know
can you hear it?
my heart keeps waiting there for you
waiting for you to open it
and hope you will realize
someday

can you hear my heart calling for you, loving you?
but I can't open my heart for anyone to know
can you hear it?
my heart keeps waiting there for you
waiting for you to open it
and hope you will realize
that this person loves you
please I hope you will know
someday


Lagu ini merupakan original soundtrack dari film A Little Thing Called Love. Liriknya ngena banget ya buat mereka-mereka yang 'menahan diri' dan 'menyimpan' cinta hanya dalam hatinya sendiri. Sampai waktu itu tiba, waktu yang memang telah Allah tetapkan untuk membuat semua itu menjadi halal dan lebih indah. Betul gak??? hhoho (Kebawa emosi pas liat ending cerita film ini, manis banget, ngajak nikah, hha~)


Sebenarnya nggak bakalan nonton film ini kalau aja Rifqi gak ngasih filenya + maksa2 nyuruh nonton. "Bagus Rin filmnya, sedih.... Cerita persahabatannya juga rame, lucu....!!!" Alhasil, ditonton juga setelah 3 bulan filenya mengendap di laptop. Ternyata bagus juga, hhe. Thank's buat Rifqi Sang Dayang Sumbi yang udah getol banget nyuruh nonton, hhaha~

27 September 2011

Untitled 2

Tak ada kabar
Bahkan tak ada tanda
Tetap dalam bentuk awalnya
Tiada berubah

Ah, darimana lagi harus kucari
Secuil berita penuh isyarat
Berharap mendapatkan tanda
Barang sedikit saja

Ingin tahu mozaiknya
Ingin merasakan sensasinya
Serpihan gelora ini
Tak pernah padam

Terus mencari dimana
Pikiran ini menderu
Hanya dapat mendengar alunan nada
Yang semakin menggelorakan segalanya

Ah, entah kapan saat itu tiba
Yang pasti, aku yakin
Aku bisa

10 September 2011

Untitled 1

"Do you hear me? I'm talking to you. Across the water across the deep blue ocean, under the open sky. Oh my baby I'm trying."



9 September 2011

Libur itu Aneh (?)

"Horeeee, kita libur 2,5 bulan!!!"

Well, itu teriakan yang membahana di kampus sekitar 2,5 bulan yang lalu. Yap, libur semester genap emang lebih panjang dibandingkan ama libur semester ganjil, apalagi ditambah dengan libur Idul Fitri, dan itulah yang terjadi di PSPD FK UNLAM. Rasanya dapet durian jatoh bertubi-tubi, di penghujung semester genap yang sudah menguras otak kami, yang membentuk 'gyrus-gyrus' baru, yang entahlah akan bertahan atau tidak.

 Ternyata emang bener, semakin tua semakin sedikit liburan yang dipunya. Apalagi kalo kuliah di tempat yang mematikan ini, jangan harap bisa punya banyak hari libur. Nah, kayaknya ini berkah banget ya, bisa dapat liburan sepanjang 2,5 bulan, wah, dalam benakku ini bakal jadi liburan terpanjang yang pernah kudapatkan. Sampai-sampai aku sudah melist buaaanyyyaaak sekali planning yang bakal kukerjain selama liburan ini, nyatanya???

Oke, aku memang benar-benar mengerjakan buaaanyyyaaak sekali hal, bahkan kupikir apalah bedanya liburan ini dengan kuliah? Di awal-awal liburan, hampir setiap kali aku ke kampus. Ngurus kegiatan ini lah, ngurus itu lah. Di awal sampai minggu ketiga Ramadhan pun aku selalu ke kampus, sekali lagi kutekankan, selalu KE KAMPUS! Ini sama sekali bukan liburan, hha.

Dari 2,5  bulan ini, hanya 2 minggu yang bisa kusebut liburan yang benar-benar liburan. Seminggu di Malang ketika kegiatan LKMM Nasional 2011 (walaupun sebenarnya ini juga seperti kuliah, namun sangat menyenangkan). Dan seminggu di Barabai dengan suasana lebaran. Asli puuoool dah, itu tuh yang bener-bener kuanggap liburan. Sisanya??? Kesana-kemari, ngurus ini-itu, ngetik apalah, dsb. Untungnya kegiatan ibadah gak terganggu dan berhasil mencapai beberapa target-target bulan Ramadhan tahun ini.

Dan kini, entah kenapa banyak bisikan-bisikan misterius yang menggugah jiwa *ceileh. "Hoooaaaaah, kok liburnya cuman 2 mingguuuu???!!!"

Dan akupun terenyah, haah betul juga, kenapa cuman 2 minggu??!! Hhaha. ----> Aneeeh puoool!
Tapi di situ letak keistimewaannya, liburan kali ini memang benar-benar terisi dengan kegiatan yang positif dan insyaAllah bermanfaat lah buat orang lain, walopun sebenarnya banyak malesnya juga, hhihi. Yang pasti, Alhamdulillah udah bisa libur dan dapat buaaaanyyyyaaaak sekali pengalaman dan ilmu yang luar biasa. Saatnya menyiapkan pedang, tameng, dan baju besi untuk gebrakan selanjutnya.

Wah, isi postingan bener-bener gak fokus dan gak koheren sama judul yang dibikin. (-_-') hhaha

-mscdub-
(Nisrina Naflah)

*di saat fase 2 kuliah mulai menghadang, dan aku pun siap untuk bertempur melawan dan mengalahkannya, Bismillaah. :)

7 September 2011

Tak Pernah

Tak pernah kutemukan yang seperti itu,
tak pernah sekalipun.


Dan ketika kumenemukannya,
"Apakah ini nyata?"

4 September 2011

Sekadar Angan?

Ini angan tergila yang pernah terbersit di otakku
Semua komponen tubuh meronta mengingatkan
Terlalu tinggi, dan takkan tergapai
Namun hati tetap bersikukuh
Membiarkan otak menyimpan
Mendeskripsikannya
Membuat propaganda bagi jiwa untuk bertahan
Tak ada yang perlu ditakutkan
Angan itu pasti didengar oleh-Nya
Tak ada yang perlu dikhawatirkan
Angan itu akan ranum menjadi nyata
Dan yang diperlukan hanyalah sebongkah kepercayaan
Akan suatu keniscayaan

-Nisrina Naflah-
*mscdub

Pejam

Detak memecah hening
Desah mematah senyap
Diam kini terganggu
Terngiang lagi rangkaian abjad
Yang melukiskan kisah mereka
Mereka dengan keikhlasannya
Mereka dengan ketangguhannya
Mereka dengan idealismenya
Mereka dengan kecintaannya
Ah, rontaan jiwa kembali menderu
Memaksa jiwa untuk segera bermimpi
Ya, kembali bermimpi atas apa yang tertera di ujung mata
Innallaha ma'ana
Bukankan yang demikian menguatkan langkah saat bergerak
Lihatlah mereka dengan kedahsyatannya
Mengapa kau tidak?
Mari pejamkan mata sejenak
Acuhkan detak itu
Acuhkan desah itu

-Nisrina Naflah-
*mscdub

26 Agustus 2011

Mahasiswa Muslim Sejati

Salam Ukhuwah Islamiyah! Lewat ukiran tinta ini mari kita intip sedikit romansa mengenai mahasiswa. Ini tentang mahasiswa, kawan! Siapa sih yang nggak kepingin jadi mahasiswa? Rata-rata semua anak SMA yang baru lulus pasti ngiler pengen jadi mahasiswa. Why not? Secara, gelarnya sudah naik pangkat jadi MAHAsiswa. Nggak main-main loh, kata yang biasanya dipakai untuk menyertai sifat-sifat Tuhan (ex: Maha Besar, Maha Pengasih, Maha Penyayang), digunakan juga dalam kata MAHASISWA. Rasanya bangga banget ya, jadi mahasiswa. Bayangkan saja, mahasiswa itu diibaratkan sebagai orang berpendidikan yang katanya sih terhormat. 

Emang benar gitu ya? Tapi nggak sesederhana itu kawan, semakin tinggi tingkatan yang kita raih, semakin besar pula tanggung jawab yang mesti diemban. Diam-diam penulis nguping pembicaraan mahasiswa-mahasiswa yang kebetulan lagi ngobrol nih.

X : “Super sekali! Aku bener-bener merasakan hal yang luar biasa setelah menjadi mahasiswa. Sekarang aku merasa jauh lebih dewasa dan mandiri. Cara berpikirku juga semakin berkembang loh.  Organisasi juga banyak. Pokoknya jadi mahasiswa itu menyenangkan, iya nggak coy?!”
Y : “Yoi banget. Aku juga merasakan banyak perubahan. Pola pikir, pergaulan, dan kebiasaan. Belum lagi perubahan yang bikin aku tambah mengenal Islam jauh lebih dalam. Super banget deh pokoknya. Banyak hal-hal positif yang bisa aku dapat setelah jadi mahasiswa.”
X : “Kompak deh kita, moga ke depannya bisa jadi mahasiswa muslim yang lebih super lagi yaaaak...”
Y : “Setujuuu... Allahu Akbar!”

***

A : “Hmmm, ternyata aku salah menilai selama ini. Aku kira semua mahasiswa itu pada luar biasa semua. Bisa menyelesaikan masalah dengan matang, belajarnya rajin, dan aktif mengabdi pada masyarakat. Eh, nggak tahunya jauh dari yang aku perkirakan.”
B : “Masa sih? Mungkin perasaan kamu saja, kawan. Banyak juga kok mahasiswa yang rajin belajar, terus terjun ke masyarakat, dan aktif ngaji. Penilaianmu itu nggak bisa dipukul rata begitu saja.”
A : “Benar juga sih. Tapi realita yang ada bikin aku tambah kecewa saja. Masa yang aku lihat banyak mahasiswa-mahasiswa yang kerjaannya pacaran mulu, terus nongkrong sana-sini nggak karuan. Lantas, kapan mereka menjalankan tanggung jawab mereka sebagai mahasiswa dong?”
B : “Ya itulah istimewanya mahasiswa. Di posisinya yang dicap sebagai maha’nya siswa, mahasiswa dituntut untuk mengembangkan pola pikir, pergaulan, kemandirian dan kebiasaannya. Terserah mau ke arah  negatif atau positif, pilihan itu ada di tangan masing-masing, kawan. Mau jadi mahasiswa biasa? Atau mahasiswa luar biasa? Tentukan dari sekarang. Hhehe.
A : “Tentu jadi mahasiswa luar biasa dong, siapa juga yang nggak mau.”
B : “Ada tuh yang nggak mau, yang lagi baca selebaran ini, yang hanya sekadar membaca tanpa meresapi. Ayo penulis, cepat lanjutkan ocehanmu!!!”

Penulis pun kaget, loooooh ketahuan deh nguping. Oke-oke, setelah acara nguping obrolan tadi, mari kita lanjutkan membahas mahasiswa. Sekarang lebih detail lagi ya, tentang Mahasiswa Muslim Sejati. Woooooow, ini lebih keren daripada sekadar mahasiswa. Mahasiswa muslim sejati itu adalah para mahasiswa yang bisa mempertahankan idealismenya dari hal-hal negatif yang bisa menjerumuskannya ke jurang penyesalan. Mahasiswa muslim sejati itu bukanlah mahasiswa yang kuliah tok, nggak ikut organisasi apapun, belajar seadanya, dapat IP pun seadanya, ikut-ikutan arus sana-sini, krisis identitas diri dan banyak omong tanpa aksi. Seorang mahasiswa muslim sejati dengan sendirinya akan mempertunjukkan keluarbiasaannya dengan hal-hal positif sesuai dengan peranannya sebagai seorang mahasiswa yang notabenenya adalah hamba Allah juga. Yaiyalah!

Mahasiswa muslim sejati tidak hanya oke dalam ngajinya, tapi juga super dalam prestasinya. Nggak ada alasan buat menyerah sebelum berperang, buktikan pada semua orang kalau mahasiswa muslim itu luar biasa! Mahasiswa muslim itu super! Buktikan hal itu, kawan!
Well, ada beberapa hal yang kudu mesti wajib dilakukan oleh kalian-kalian yang tertantang untuk jadi mahasiswa muslim sejati. Wah, apa aja tuh??? Cekidot!

1. Niat Sukses
Maksudnya di sini adalah niat awal kuliah untuk sukses dunia akhirat. Artinya, bukan hanya ilmu akademik yang dicari di masa ini, tapi ilmu agama juga. Ngaji ok, prestasi yes! Biar balance, hal tersebut nantinya akan membentuk pribadi yang luar biasa dahsyatnya. Udah pinter, akhlaknya bagus lagi. Pasti banyak deh yang mau ngambil jadi menantu. (lhoooooooh???)

2. Usaha untuk Cerdas
Oke, kita harus cerdas, kawan! Cerdas dalam memilih lingkungan yang membawa pengaruh positif untuk pengembangan pribadi kita. Cerdas dalam memanajemen diri agar dapat mencapai niat awal kita. Cerdas dalam segala hal. Asal jangan cerdas buat ngibulin temen, itu sih cerdas gadungan namanya.

3. Gali Potensi
Rasulullah SAW bersabda, “Seorang mukmin yang  kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah.” (Diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah ra), artinya berbahagialah seseorang yang mampu membaca potensi dirinya. Karena mahasiswa muslim sejati adalah mahasiswa yang tidak akan menyia-nyiakan potensi yang ia miliki. Potensi itu ibarat air, jika dibiarkan menggenang, maka berubahlah warnanya. Jika mengalir akan menyuburkan, jika bergerak akan menghidupkan dan memberi manfaat bagi sekitar. Ayo kawan, lejitkan potensimu! Bergeraklah.

4. Kesadaran Diri
Sadar woy! Sadar! Sekarang kita mahasiswa, bukan mahasiswa biasa. Tapi akan menjadi mahasiswa muslim sejati yang luar biasa. Kesadaran dirinya akan membawanya untuk menata perilakunya menjadi lebih baik lagi. Menyelaraskan segala aspek kehidupan dengan aturan dari Rabb tercinta. Hingga pada akhirnya semua orang sadar bahwa mahasiswa muslim sejati itu memang luar biasa. Joooosssh!

Oke kawan, selamat menjadi mahasiswa muslim sejati yang super dan luar biasa! Segala sesuatunya pasti akan mudah untuk dicapai jika kita memulainya dengan aksi nyata. Terus bermimpi kawan, dan bergeraklah, lakukan perubahan itu. Jangan pernah berhenti menjadi pembelajar sepanjang hayat, untuk dunia dan akhirat. Tunjukkan pada dunia, bahwa Mahasiswa Muslim Sejati itu memang benar-benar LUAR BIASA. Takbir! Allahu Akbar! 
Segala khilaf milik penulis semata, kebenaran hanya datang dari Allah. Wallahu a’lam bishshawwab.

-mscdub-
(Nisrina Naflah)

*nb: ini tulisanku yang sengaja dibikin buat buletin KSI Asy-Syifa kampus buat menyambut MABA, eh gak tawunya diterima en dimuat. yeyeye. (mungkin gak ada yang ngirim tulisan kali ya atau cuma sedikit, jadi punyaku 'terpaksa' dimuat saking gak ada lagi yang lain, hahahaha. Yah, semoga bermanfaat)

16 Agustus 2011

Sepotong Mozaik dari Baksos


"Sini sayang, ke kamar mbah. Mbah sendirian aja di kamar."

Assalamu'alaikum sobat! Hwew, lama tak bersua. Oke seperti biasa, setiap kali postingan ini dimulai marilah kita pekikkan bersama-sama satu kata yang harus selalu terlafadzkan dari mulut kita. Satu, dua, tigaaaaa, ALHAMDULILLAAH!!! Alhamdulillah kepada Rabb kita yang udah ngasih hidup yang super luar biasa ini. Tuh kan, udah super, luar biasa pula. Nggak ada satupun dzat yang bisa ngasih hal yang sesuper dan seluar biasa hidup kita ini selain Dzat yang Maha Dahsyat, Allah SWT. Moga-moga kita senantiasa ingat mengucap syukur pada-Nya baik dalam keadaan lapang ataupun sempit. Amiin yaa Rabb.

Well, ada apa dengan kalimat pembuka di postingan kali ini? Hmm, kali ini ane mau cerita tentang pengalaman ane di sebuah tempat yang hmmmmmm gimana ya mendeskripsikannya. Gini deh, tempat sederhana yang didiami oleh orang-orang yang jiwanya penuh dengan rasa kerinduan yang mendalam. Entah rindu kepada manusia lain, ataupun rindu kepada-Nya.

Nggak usah banyak basa-basi, jadi gini. Beberapa hari yang lalu lagi-lagi Allah ngasih mozaik kehidupan yang luar biasa buat ane. Ane diajakin ikut bakti sosial ke panti jompo. Jujur aja, ini pengalaman pertama ane ke panti jompo. Kalau sebelumnya sih pernahnya ke panti asuhan. Dan kali ini, pas banget momennya lagi bulan Ramadhan, ane diajakin buat baksti sosial di panti jompo. Dan pastinya, tanpa pikir panjang ane terima ajakan itu. Jeng jeng jeng, lumayanlah bisa mengaplikasikan ilmu kedokteran yang sudah ane dapat selama 2 semester ini. Kan bisa bantu-bantu periksa tensi atau bantuin nyiapin obat di depo obat.

Baiklah, mari kita reka ulang kejadian di sana.... ssssssssssstttttttttttt, bleeeebbb, ngik ngok, cekrik...

A: Ahhh, dimana ini?
B: ini adalah khayangan, kisanak.
A: hah??? panti jompo khayangan???
B: Apaan sih, ini khayangan! bukan panti jompo.
A: Lho? kok malah ke sini?
B: Ini rumahmu, kisanak. Kamu 'kan bidadari. Ibunda peri sudah menunggu kepulanganmu.
A: ahahahahaha... iya ya, gue emang bidadari, hhahaha

#plaaaaaaaak!!! Gaje banget!!! Serius Rin!!!

Oke, sepertinya mesin waktunya salah. Ah, ane emang bidadari kok, tapi ntar aja ke khayangannya, mau ke panti jompo dulu, mau baksos, hhaha.

ssssssssssstttttttttttt, bleeeebbb, ngik ngok, cekrik...

Sabtu, 06 Agustus 2011 @Panti Sosial Werdha Budi Sejahtera

Pas ane markir motor di tempat parkir depan kantor panti sama Kak Andita, ane rada bingung kok banyak ibu-ibu dengan pakaian yang glamor ngumpul di sana? Bukannya yang ngajak ane baksos itu kakak-kakak/dokter-dokter dari Salimah??? (Salimah itu kayak kumpulan tenaga medis muslimah gitu, ada dokter+perawat, dll yang notabenenya adalah akhwat - seperti itu yang ane tangkap). Lha, kok ini malah ibu-ibu dengan dandanan mewah yang ngumpul? Ane sempat merasa salah tempat, jangan-jangan ane salah masuk tempat nih? Untungnya ada beberapa kakak yang ada di sana yang 'sedikit' meyakinkan kalo ane berada di tempat yang benar. Hmmm.

Acara dimulai dengan pembukaan. Yaa Rabb, akhirnya ane sadar kalo acara baksos itu diadain sama perkumpulan istri/wanita bla bla bla yang bekerja sama ama Salimah. Oalah. Pantes, rata-rata ibu2 yang ane lihat itu dandanannya pada mewah, kayak mau ke kondangan gitu, serius! (walopun nggak semua sih).

Kira-kira ada 24 orang kakek-nenek yang ikutan acara pembukaan (ane ngitung loh!). Sebenarnya beliau-beliau yang ada di acara pembukaan itu adalah beliau-beliau yang masih kuat jalan. Sisanya ada di kamar masing-masing, nggak ikutan acara pembukaan. Hmmm, ada beberapa hal yang menjadi perhatian ane waktu itu. Lihatlah, di depan ane terlihat sangat jelas perbedaan yang mencolok, kontras! Di sebelah kiri duduk berjejer para ibu-ibu dengan pakaian mewahnya, sendal high heelsnya dan make up glamornya. Sedangkan coba lihat di sebelah kanan, telah duduk berjejer kakek-nenek dengan baju seadanya tanpa alas kaki. Miris ane ngelihatnya, hadududuh.

Pas lagi asyik-asyik duduk di atas tumpukan karpet (ane ma Kak Andita nggak dapat tempat duduk, sodara-sodara!), tiba-tiba ada seorang ibu dengan penampilan yang high class, mendekati seorang nenek tua yang duduk di kursi samping-depan dari tempat ane duduk. Nenek itu terlihat sudah sangat tua, bahkan berdasarkan penglihatan ane, nenek itu sudah nggak punya gigi. Tu kan, sudah tua, kalah sama nenek yang ada di lagu burung kakak tua (halaaaaaah!!!). Ibu itu mencari celah dan duduk di samping nenek tua itu, kemudian meminta seorang temannya untuk memotonya bersama nenek itu. Ah, tanpa mengajak sang nenek ngobrol terlebih dahulu. Untuk apa coba? sekadar foto? Terus dijadiin DP BB? Gitu? Ah,bikin heran! Astaghfirullah, Rina ini sukanya su'udzan aja. hhihi. Masih untung loh, masih banyak yang ingat untuk berbagi kepada sesama. Hmmm.

Acara pembukaan diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah seorang kakek, namanya Kai Amri. Dengarlah sobat, ketika mendengar kata demi kata Kai Amri dari doanya, hati kalian akan tersentuh. Memang, artikulasinya sudah kurang jelas, tapi suaranya tulus dan menggetarkan kalbu, beneran deh. Bisa bikin hati siapa aja jadi tergugah. Hmmm, Yaa Rabb, bahagiakanlah mereka.

Usai acara pembukaan, lanjut acara bagi-bagi bingkisan buat kakek-nenek yang ada di sana. Ane sih nggak ikutan, itu yang bagi bingkisannya para ibu-ibu pelaksana. Ane sama rombongan tim kesehatan (ceileh, gaya betul ane...) langsung aja ke klinik yang ada di panti itu, nyiapin ruangan dan obat-obatan yang dibawa. Ane ma Kak Andita dapat tugas nemenin dokter Irma buat visit ke ruangan-ruangan dimana kakek-neneknya nggak bisa jalan ke klinik. Jadi ada untungnya juga ane bisa keliling2 lihat ruangan2 kakek-nenek di panti itu. Joooos!

Rumah pertama, kami masuk ngucapin salam. Udah ada 2 orang nenek yang nyambut di depan. Nah, ini nih kaitannya ama kalimat pembuka postingan kali ini. Ada seorang nenek yang lumayan tua, beliau jalan udah bungkuk. Awalnya beliau duduk di ruang depan, kemudian ane salaman dan nyapa nenek itu (dan nenek yang satunya, kan ada 2 nenek, hhe). Seperti biasa, ane dengan tampang sok manis nanyain nama nenek itu. "Nama mbah, Sukemi, sayang." Terus ane basa-basi gitu ama mbah Sukemi, terus ane diajakin masuk ke kamar beliau. "Sini sayang, ke kamar mbah. Mbah sendirian aja di kamar." Hmmm, sempat bingung juga, padahal dokter Irma lagi meriksa nenek lain yang ada di dalam kamar (dalam 1 rumah ada beberapa kamar yang masing2 ditempati min 2 orang nenek). Alhasil, karena tangan ane udah dipegangin banget ama mbah Sukemi, jadi ane tuntun beliau sampai kamarnya. Eh, ternyata bener beliau cuma sendirian di kamar. Ranjangnya cuman 1. Terus beliau duduk di atas kasur, ane di lantai, masih pegangan tangan tuh. Terus kami ngobrol. Mbah Sukemi cerita asal beliau darimana, terus kenapa bisa nyampe ke panti itu, ngasih nasehat-nasehat hidup, selalu tersenyum pas ngeliat muka ane (lucu kali ya??? ane emang imut, hahahahaha *plak!). Eh, ternyata mbah Sukemi umurnya udah lebih dari 102 tahun loh! Subhanallah, panjang umur banget! Dan ternyata beliau punya 14 ayam peliharaan! Walopun udah bungkuk banget, mbah Sukemi jago banget piara ayam, gitu cerita penjaga pantinya ke ane. Wuih, salut dah. Dari ayam-ayam itu mbah Sukemi bisa jualan telur loh ke dokter panti/petugas2 yang ada di panti itu. Mantabbbb.

Setelah dokter Irma udah selesai meriksa nenek-nenek yang ada di rumah 1, termasuk Mbah Sukemi, kami pun beranjak ke rumah berikutnya. Waktu ane pamit, mbah Sukemi bilang "Jangan lupain mbah ya, Mbah Sukemi, hehehe." Iya Mbah, pasti!!! :')

Di rumah selanjutnya hati akan jadi lebih sensitif. Gimana nggak, rumah kedua yang kami kunjungi adalah ruang isolasi, ruang dimana tinggalnya kakek-nenek yang udah nggak bisa jalan ke WC lagi (mereka BAK dan BAB ya di lantai ruangan, terus disiram+dibersihin sama petugas pantinya). Bau yang cukup nggak enak menyeruak di dalam ruangan itu. Yaa Rabb, pengen nangis di sana. Sedih banget liat kondisinya. Yang tidur di sana memang rata-rata udah tua banget, rambut penuh uban, ngomongnya sudah 'agak' ngelantur, sistem inderanya juga kurang berfungsi. Dari sekian kakek-nenek, ada yang suka marah-marah, ada yang nggak bisa komunikasi sama sekali (beliau nggak ngerti omongan kita), ada yang pandangannya udah kabur banget, ada yang nggak nyambung kalo diajak ngobrol, ada yang suka ngamuk, dll. Yaa Rabb, di saat itu ane mulai maki-maki nggak jelas di dalam hati. Mana keluarga mereka?! Mana anak-anak mereka?! Cucu-cucu mereka?! DIMANA!!!! Hhuhuhuhu. Di saat kesensitifan hati mulai mencuat, masih ada tawa renyah yang menggema dalam ruangan itu. Mau tau kenapa? Gini, ada seorang nenek yang udah tua (ane beneran lupa namanya) yang udah nggak nyambung kalo diajak ngomong, maklumlah, udah tua banget. Lebih dari 105an mungkin. Jadi gini, setiap ane ajak ngomong pasti jawabnya pake pantun yang nggak nyambung ama omongan ane. Hehehe. Jago banget loh pantunnya, non stop. Habis 1 pantun 4 baris, lanjut ke pantun lain, plus intonasi membacanya, pas bangeeeeet buat baca pantun! Ane sampai berSubhanallah-ria. Yang paling lucu, waktu nenek itu ditanya umur (buat kertas resep obat kan harus ditulis nama, tensi, ama umur), dengan pede dan yakinnya nenek itu bilang, "40 tahun! hehehehe..." sambil ketawa dan ngeliatin gusinya yang udah gak ada giginya sama sekali. Yaa Rabb, kami langsung ketawa bareng waktu itu. Hhahaha. "Wah, nenek masih punya semangat awet muda ya," goda kami. Nenek itu hanya tertawa pelan dan menawari kami makan kue. Hayyyyaaaah, nggak bisa nek! Kami lagi puasaaaaaa, hhihihi. Moga panjang umur ya nek.

Setelah dari ruang isolasi, kami lanjut ke ruangan-ruangan berikutnya. Kondisinya jauh lebih bagus ketimbang ruang isolasi. Ya jelas lah, yang tinggal di ruangan-ruangan berikutnya masih sehat-sehat dan kuat untuk mengurus dirinya sendiri. Hmmm, intinya sama sih. Setiap kali melihat kakek-nenek itu, ada satu hal yang terbersit dari tingkah laku mereka. Mereka kesepian, mereka sedang rindu, rindu keluarga mereka, bahkan rindu dengan orang-orang yang nggak mereka kenal. Ada seorang nenek yang bener-bener hepi banget waktu kami kunjungi, buktinya setiap salaman ama beliau, pasti genggaman tangannya erat banget plus bonus cium pipi kanan-kiri dan usapan lembut tangannya. Beliau bilang seneeeeeeeeeeeeeeeeng banget kalo ada yang jengukin beliau, kelihatan banget dari matanya yang berbinar-binar kayak spongebob *lhooo?

Mereka pun rindu sanak keluarganya. Berkali-kali ane ditanyain "kenal sama bla bla lah? Inya bediam di bla bla." ("Kenal sama bla bla nggak? Dia tinggal di bla bla."). Petugas panti mewanti-wanti kami untuk bilang "nggak." setiap kali ditanya begituan. Yaiyalah bilang nggak, ane kan beneran nggak tau, hhehe. Soalnya kalo kita bilang iya, ntar bisa gawat, bisa-bisa beliau mau ikut pulang minta anterin, padahal belum pasti sanak keluarganya masih ada di sana ato nggak. Yaa Rabb, jadi sedih lagi dengernya.

Dan mereka pun rindu Rabb-Nya (ane jugaaa,hhe). Dengan cara 'berbeda', mereka menunjukkan kerinduan mereka kepada-Nya. Gini nih, kadang beberapa dari mereka bilang, "Di situ nah kuburan, amun aku mati parak haja aku dikubur, tinggal menyubalah." ("Di situ ada pemakaman, kalo aku meninggal dekat aja aku dimakamkan, tinggal ditaroh ke sana."). Ada juga yang bilang gini,"Beapa aku diobati? Hah!!! Kada udah diobati lagi aku nih, 2 hari lagi aku mati! Mati! Tahu kada ikam!" ("Ngapain aku diobati? Hah!!! Nggak perlu diobati lagi aku ini, 2 hari lagi aku meninggal! Meninggal! Tahu nggak kamu!"). Yaa Rabb, lagi-lagi jadi sedih dengernya. Hidup dan mati di tangan Allah, Nek. :'(

Dari baksos ini ane menyadari betapa Allah sangat menyayangi kita semua, tanpa kecuali. Siapa bilang mereka yang ada di panti jompo itu nggak dapat kasih sayang dari Allah, mereka juga mendapatkannya. Itu yang terbaik, di sana mereka bertemu dengan pengurus-pengurus panti yang luar biasa baik+sabar. Mereka mendapatkan hidup yang lebih bermakna di sana, karena di sana mereka dibekali ilmu agama yang benar-benar dapat mereka bawa 'kelak'. Allah sayang kita semua. Pelajaran yang paling penting, selagi napas masih berhembus, selagi Allah masih memberikan kesempatan jantung untuk berdetak, maka cintailah orangtua kalian. Sayangilah mereka sebagaimana mereka mengurus kita waktu kita kecil hingga beranjak dewasa kayak sekarang, bahkan lebih.

Oia, ada satu hal yang bikin ane seneng banget dari baksos di panti jompo ini. DAPAT BANYAK DOA DARI KAKEK-NENEK YANG ADA DI SANA!!! Setiap kali salaman, entah itu salaman pas datang maupun pas pamit, mereka pasti ngedoain yang baik-baik. Mana panjang-panjang pula doanya. Dan ada 1 doa dari mbah Sukemi yang bikin ane girang nggak karuan, "Mudah-mudahan selesai kuliah langsung kawin, dst." AMIIN YAA RABB!!! Hhahaha... Haduh-haduh, kok Mbah Sukemi tahu ya kalo proposal hidup ane nikah setelah selesai kuliah, hhaha. Semoga semua doa yang mereka lafadzkan dikabulkan Yaa Mujiib... Amiiin...

Ada banyak hikmah yang terkandung dalam setiap langkah kecil di kehidupan. Ada banyak nikmat yang terkumpul dalam setiap potongan mozaik kehidupan. Semuanya patut diresapi, semuanya patut disyukuri, tanpa kecuali.

Afwan ya kalo banyak kata yang kurang berkenan. Kesempurnaan hanya milik Allah semata, kekurangan dari diri ane pribadi. Sekarang ane mau balik ke khayangan dulu, mau ngambil selendang hijau ane, tadi ketinggalan, ntar gawat kalo gak ada selendang, ane nggak bisa gelantungan *lho???gak nyambung.

Oke deh, dadah sobat!
-mscdub-

(Nisrina Naflah)

Kepala Melayang


Kepalaku melayaaaaaang!!!

Alhamdulillah,hri ini Allah masih ngasih nafas kehidupan buat aku.

Hmmm, harus mulai darimana yak? Mulai dari kepalaku yang melayang. Eits, tenang kepalaku masih nyambung ke leher kok. Lantas kenapa melayang? AKU BARUSAN POTONG RAMBUT DAN APA YANG TERJADI? Guntingnya salah potong kepala? Bukan, sudah dibilang kalo kepalaku masih di tempatnya. Lalu kenapa? RAMBUTKU PENDEK BANGET, POLWAN AJA KALAH!

Well, udah sekitar 2 tahunan aku nggak potong rambut, alhasil terbentuklah rambut yang indah nian sepanjang pinggangku, panjang banget kan!!! Sebenarnya nggak juga sih, kalo dibandingkan sama rambut terpanjang di dunia. Tapi ini rambut terpanjang yang pernah aku punya, mungkin kalo aku jadi iklan shampoo, pasti shampoonya jadi laris deh (oooooh tidaaaak bisaaaa). Rambut panjangku itu memiliki kemampuan untuk melibas ancaman-ancaman dari luar, gajah aja bisa 'tekipai' (baca:terlempar jauh) gara-gara libasan rambutku (jangan percaya!!!).

Serius, tu rambut udah panjang banget. mba2 di salonnya aja bilang,"Aduuuh, sayang banget mba kalo rambutnya dipotong, udah panjang, lurus lagi." Aku cuma nyahut dalam hati, ini kan rambut gue, suka-suka gue dong mau motong apa kagak! (*plaaaak!)

Alhasil dengan ketajaman hati dan dalam tempo sesingkat-singkatnya (gak nyambung!), dipotonglah rambutku. Pas ditanya, "Potongnya sampai mana?". Aku jawab aja,"Sependek-pendeknya ya. Sampai gak bisa diikat." (yakin deh, aku lagi kerasukan setan rambut SKI 1). Dan akhirnya, jeng jeng jeng, pas udah selesai aku syok! Ini beneran pendek banget! lebih pendek dari potongan rambut anak-anak paskib. jegeeeer.

Awalnya aku masih nyoba buat nyantai sambil nungguin mamahku yang lagi potong rambut juga, aku coba hibur diriku sendiri dan mikir kalo ini belum terlalu pendek. Pas udah nyampe rumah, ke kamar, lihat cermin, Allahu Akbar!!! Aku tambah syooook. serius deh, ini bener-bener pendeeeeeeek, polwan aja kalah. Huaaaaaaa. Mana ade-adeku ngejekin lagi. Halaaaah, galau jadinya, kembalikan rambutkuuuuu.

Hhahaha, tapi aku nggak selebay itu kok (padahal sebenernya lebih parah lebaynya). Toh ni rambut nggak keliatan juga ketutup ama jilbab alias hijab. Lagian setelah potong rambut, kepalaku jadi ringan, kaya melayang gitu, hhoho. Nggak perlu ngikat-ngikat lagi, shampoo juga gak cepet habis, nggak panas, dan sporty, uyeaaaah. hhoho. (*plaaak!) Terus nggak takut keliatan rambut lagi, dulu pas rambutku masih panjang, kadang-kadang jadi ribet sendiri kalo ikatan rambutnya lepas, ntar rambutku keliatan ama yang non muhrim kan berabeee. Sekarang semua aman dan terkendali, hhohoho (ketawa pahlawan bertopeng)

Tapi tetep aja aku harus bersabar dari Fajar en Adi yang ngoceh mulu tentang rambut baruku di rumah. Ggggrrrrrhhhhh. Awas ya anak-anak itu, ntar kusuruh dibotakin aja mereka kalo potong rambut. :P

(Nisrina Naflah)

Saat Mereka Mengira Demikian


Saat Mereka Mengira Demikian


Alkisah, ada seekor kelinci yang bersahabat dengan seekor harimau (yaelah, emang ada? terserah gw dong ngarang cerita). Kok bisa mereka bersahabat dengan baik? Sederhana saja, si kelinci pernah berbaik hati minjemin motor buat si harimau pas motor harimau mogok ketika akan berangkat sekolah (loh, emang kelinci ama harimau bisa naik motor?? sekolah lagi?? wah, gak bener nih yang nulis!!! --- Yeee, protes aja lu, diem aja, yang nulis kan gw, jadi terserah gw dong mau gimana...) Semenjak itu si harimau pun menganggap si kelinci sebagai sahabatnya. Banyak yang heran, kok bisa ya kelinci yang imut, kecil, dan lemah itu bisa temenan ama si harimau yang garang, gede, dan kuat. Itulah keistimewaan dari ukhuwah islamiyah (lhoooh lhoooh?????). Dulu, sebelum si kelinci temenan ama harimau, banyak banget yang gangguin dia.. Mentang-mentang si kelinci ini kecil, jadi sasaran empuk buat digangguin en disiksa (loe kira TKI???). Semenjak temenan ama si harimau, beuuuuh jangan harap ada yang berani gangguin si kelinci, neriakin aja gak berani.. Yaiyalah, siapa coba yang berani gangguin sahabatnya si harimau, itu sih namanya cari mati (lebayyyy). Hidup kelinci pun menjadi aman, damai, tentram, sejahtera, dan sentosa. Setiap kali dia jalan, semuanya langsung menepi sambil nunduk takut. Setiap kali dia ke pasar, semuanya langsung bisik-bisik pelaaaaaan bgt (takut ketahuan kali ya). Pokoknya gak ada deh yang berani gangguin dia kaya dulu lagi. Eh, gak sengaja si kelinci denger bisikan-bisikan mereka,

"Eh eh eh, kelinci lewat tuh... Hati-hati, salah sedikit bisa-bisa ntar kita dibacok ama harimau."

"Ssssstttt, jangan ngomong macem-macem ama kelinci, ntar kalo kita salah ngomong sedikit dia ngadu ke harimau, berabe kita."

"Itu tuh kelinci temennya harimau, jangan macam-macam sama dia, ntar kita disentil ama harimau."

Awalnya kelinci biasa aja sama sikap dari orang-orang sekitarnya. Tapi lama-kelamaan, si kelinci bosan juga. Dia hidup seakan-akan bergantung ama harimau. Seolah-olah dia itu bayangan si harimau dan berlindung penuh ama si harimau. Padahal harimau kan cuman temen dia, bukan emak dia, bukan babeh dia. Tapi kok semua orang jadi mengait-ngaitkan dirinya dengan harimau. Si kelinci jadi gerah, dia ingin dikenal sebagai dirinya sendiri. Dia ingin menjadi kuat karena dirinya sendiri, bukan karena bayang-bayang orang lain. Dia ingin melakukan hal-hal tanpa harus dibayangi oleh keberadaan harimau.

Hingga akhirnya, saat melamun tanpa sadar tubuh kelinci bergetar hebat... Otot-ototnya membesar, telinganya memendek, perutnya membuncit, kukunya menajam, dan eng ing eng... Berubah jogress!!! (loe kira digimon!!!) Semua pun menjagi gelap, dan ketika kelinci membuka mata, cliiiiing!!! Dia berubah jadi BERUANG!!! uwooooow, luar biasa!!! Kemudian diapun menemukan seekor beruang betina yang shalehah, cantik, dan dari kelurga yang baik-baik. Mereka pun menikah dan hidup bahagia di jalan Allah. TAMAT.

Luar biasa! dongeng yang sangat luar biasa! penuh nilai dan pesan moral yang luar biasa! Hahahaha (penulis menghibur diri sendiri)


****

Well, itu tadi cuplikan dongeng seribu gaje. Berhubung gw juga lagi pengen gaje, jadi semuanya harus serba gaje. Sebelum tambah gaje, lebih baik akhiri saja tulisan ini. jiaaaah.

Terkadang tanpa sadar, kita berada di bawah bayang-bayang orang lain. Mungkin banyak hal positif yang dapat kita peroleh, tapi tengoklah hati kecil kalian. Celutukan orang lain awalnya mungkin biasa saja, tapi lama kelamaan jengah juga. Ingin membuktikan kalau kita bisa karena memang kita ingin, bukan karena disuruh orang lain, ataupun takut dengan orang lain. Ingin menunjukkan kalau apa yang kita lakukan semata-mata ikhlas karena-Nya, bukan karenanya. Ingin mereka sadar bahwa tidak ada ketakutan pada manusia, hanya ada ketakutan pada-Nya. Bahwa semua yang dilakukan bukan karena orang lain, bukan karena takut dengan manusia, bukan karena berlindung di bayangan orang tersebut. Tapi sungguh karena NIAT TULUS IKHLAS DARI HATI. Jengah dengan semua penilaian yang 'salah' itu. Hmmmmfff... Semoga semuanya sadar, bahwa nggak selamanya apa yang terlihat dari luar itu seperti yang mereka pikirkan, karena setiap jiwa memiliki kesadaran akan dirinya sendiri. Menjadi diri sendiri, dan melakukan segalanya bukan karena orang lain. Melainkan karena niat tulus yang memang sejak awal telah terikrarkan dalam hati.

(Nisrina Naflah)

Dua Kecendrungan


Angin berhembus sepoi-sepoi, gue lagi duduk dengan santainya di depan laptop. Menghirup udara yang sejuk, subhanallah nikmatnya. Nggak kebayang ya, kalo udara ini gak gratis alias harus bayar kalo mau dipakai buat bernapas, tekor lah yang pasti. Untungnya kita punya Rabb yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, jadi kita bisa bernapas sepuas-puasnya tanpa bayar. Alhamdulillah.

Oke, kembali ke laptop. Kali ini kita akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan laptop. Oleh karena itu, marilah kita kembali ke laptop. Hhihi. Berhubung gue lagi ada urusan di facebook, gue harus buka facebook. Nggak sengaja gue lihat recent updates dari ade kelas gue waktu SMA dulu. Dan gue langsung syok.

Kenapa? Ada apa? What happen? Aye naon? Statusnya galau?
bukaaaaaaan.

Statusnya alay?
bukaaaaaaan.

Terus apa dong?
Itu tuh, lihat profile picturenya....

Emang kenapa ama propicnya? Perasaan nggak ada yang aneh deh. Sama kayak profile picture kebanyakan kaum hawa. Cantik, manis orangnya.
Iye,emang cantik. Tapi gue syoooook....

Alaaaah, apaan sih? syok kenapa coba? Dia tambah cantik?
Iya, emang tambah cantik. Tapi bukan itu, gue syoooook.....

Haduh, syok kenapa? Jangan-jangan loe iri ya dia tambah cantik?
Enak aja, ngapain iri... gue kan udah cantik!!! hha

Ya, lantas kenapa loe syok???
Itu tuh, kok proficnya nggak pake jilbab ya???

jegerrr...

Gue meringis dalam hati. Terkenang lagi sebuah dialog santai namun sakral dengan ade kelasku itu. Ah, itu percakapan yang terjadi 2 tahun yang lalu. Saat gue dengan soknya menasihati dia supaya tetap istiqomah dengan jilbabnya. Saat gue dengan semangat memberi motivasi padanya untuk terus memakai kain penutup kepala itu. "Ya, insyaAllah kak. doakan ya," begitu jawabnya. Dan sekarang yang kulihat adalah foto-foto seorang perempuan cantik dengan gaya manisnya berfose mengumbar aurat. Yaa Rabbi! Perubahan itu membalik segalanya.

Manusia telah diciptakan Allah dalam dua kecenderungan. Ke arah taqwa atau ke arah fasik. Sesuai firman-Nya dalam Q.S. Asy-Syams: 8 yang dengan jelas berisi -> "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya"
Tinggal kitanya aja lagi, mau mengarahkan diri kita kemana. Mudah-mudahan selalu berada di jalan-Nya, mudah-mudahan semua yang tanpa sengaja 'membelok' sedikit (termasuk gw sendiri) bisa kembali mengambil jalan yang lurus. Jalan orang-orang yang Allah beri nikmat, bukan jalan orang yang Allah murkai dan bukan jalan orang yang sesat. amiiin yaa Rabb...

(Nisrina Naflah)

8 Agustus 2011

LKMM Nasional 2011

"Generasi Apel?!!! Bangkit Bersatu, jossh!!!"

Well, itu salah satu jargon yang luar biasa buat mahasiswa-mahasiswi fakultas kedokteran yang beruntung bisa menjadi delegasi universitas masing-masing di kegiatan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Nasional 2011. Kegiatan ini khusus diselenggarakan oleh ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia) dimana tendernya diambil oleh FK Universitas Brawijaya, Malang.



Generasi APEL, Angkatan Pemimpin Excellent Penuh Loyalitas, merupakan nama angkatan yang disepakati bersama dengan musyawarah dari 4 wilayah ISMKI yang ada. Awalnya, banyak sekali nama-nama yang terbersit di pikiran mereka, mulai dari BATU, SALAK, CERIA, dan lain sebagainya. Maklum, delegasi LKMM-Nas 2011 pada kreatif semua, ckckck. Pada akhirnya, nama GENERASI APEL-lah yang jadi pilihan.

Terdiri atas 76 delegasi yang berasal dari 27 Fakultas Kedokteran dari Sabang sampai Merauke, kegiatan LKMM-Nas dapat berjalan dengan lancar. Dinbuka dengan acara welcome party yang sarat akan nilai tradisi. Para delegasi menginap di PSSB MAN 3 Malang dan menjalani kegiatan selama 8 hari. Rangkaian acara yang sangat padat tidak mengurangi semangat pada delegasi, mereka tetap ricuh bersama (ricuh=bergembira?hhe)





Materi-materi yang diberikan pun sangat luar biasa. Di antaranya materi mengenai PSDM, Manajemen Wacana Publik, Manajemen Marketing, Rencana Pengembangan Organisasi II, Advokasi II, Teknik Pengawasam, Nasionalisme Kebangsaan, ISMKI, dan Pergerakan Mahasiswa. Tidak hanya disuguhi dengan materi-materi, delegasi juga diharapkan dapat merealisasikan apa yang telah mereka dapat dalam simulasi-simulasi terkait dengan materi. Ada simulasi PSDM, Marketing with Love, RPO ke puskesmas-puskesmas daerah Malang, Teknik Pengawasan, dan lain-lain. So, bukan hanya teori demi teori yang didapatkan para delegasi, tapi juga pengalaman yang luar biasa.




Di samping itu, LKMM-Nas 2011 ini menjadi ajang silaturahmi bagi mahasiswa kedokteran se-Indonesia. Tempat berkumpulnya teman sejawat dalam satu keluarga. Ini bukan hanya sekadar perkumpulan, ini adalah sebuah keluarga besar dimana kebersamaan akan selalu menyelimutinya, InsyaAllah.

Sebagai hasil dari kegiatan ini, para delegasi mendapatkan amanah (Plan of Action-POA) sebagai salah satu bentuk real dari pemikiran-pemikiran yang telah tertuang. Dan salah satu POA tersebut adalah "Mahasiswa Mengasuh APEL LKMM-Nas 2011". Kegiatan ini merupakan program pengabdian masyarakat yang akan dilaksanakan oleh para delegasi di setiap institusinya. Dimana mereka diharapkan dapat membuktikan pergerakan mahasiswa yang pro masyarakat di tengah keterpurukan bangsa yang tercinta. Program ini dilaksanakan oleh 1 tim yang terdiri dari 10 orang, dimana setiap hari mereka mengumpulkan uang Rp 1.000,00/orang sehingga dalam satu bulan akan terkumpul minimal Rp 300.000,00 yang akan dipergunakan untuk membantu anak-anak jalanan/kurang mampu/yatim piatu. Pemberian tidak hanya berupa materi, namun mahasiswa juga diwajibkan untuk memberi bimbingan belajar baik itu akademik maupun non akademik setiap 2 minggu sekali. Kemudian akan dilakukan checking dan tutoring terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan.Kegiatan ini dilakukan berkesinambungan, hingga pada akhirnya program ini dapat menginisiasi mahasiswa lain untuk ikut ambil andil bersama. Semoga sukses!!!

Eits, ada yang ketinggalan. Selain mendapat ilmu, pengalaman dan keluarga, di sini para delegasi juga mendapatkan berbagai macam jenis gamescoaster dan icebreaking yang seru. Yang jelas, generasi APEL LKMM-Nas angkatan 2011 siap ricuh, ricuh untuk bersatu.

Kegiatan ini ditutup dengan acara farewell party yang dilaksanakan di sebuah villa kawasan Batu, ditemani hawa dingin dan kemeriahan kembang api. Salut untuk FK Universitas Brawijaya AKA panitia pelaksana yang sangat maksimal dalam mempersiapkan acara. Makan enak, tidur enak, segalanya enak. Sangat terlihat bahwa FK UB mampu melaksanakan program kerja nasional ISMKI kali ini dengan totalitas yang tinggi. Sekali lagi, apresiasi yang setinggi-tingginya untuk panitia pelaksana LKMM-Nas 2011, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
G, double O, D, J, O, B! Good Job!!! Good Job!!! 2x




Mudah-mudahan kegiatan ini membawa berkah untuk semua, semakin menyadarkan kita bahwa hidup ini adalah berbagi, berbagi dengan sesama.








(Nisrina Naflah)

nb: sebenarnya ini tulisan buat temenku di PHW III KIK, mau nulis lagi buat blog ini tapi blom selesai, yoweiz lah posting yang ini dulu, hhaha..

13 Juni 2011

Jalan yang Terbaik

"Assalamu'alaikum..." kusapa suara di seberang telepon sana.

"Wa'alaikumussalam... Rin, ading Fajar kada lulus..." suara mamah terdengar jelas, namun tak ada nada kecewa sedikit pun.

Aku diam, entahlah. Rasanya ada sedikit kekecewaan yang mematik rasa sedih di hati. Mamah bercerita di telepon tentang pengumuman tes di SMA itu, adikku bukannya tidak lulus tes, hanya saja tidak lulus syarat. Nilai tesnya bagus, tinggi-tinggi, bahkan aku bangga ketika mamah menyebutkan nilai-nilai hasil tesnya itu. Tapi sayangnya, ada satu nilai UANnya yang kurang dari 7, dan itu yang membuat dia harus 'menikung' sedikit dalam perjalanan meraih mimpinya. Yaa Rabb, aku menangis. Tapi dengar suara mamah, tak ada sedikit pun kecewa, menyalahkan, bahkan marah. Tidak sama sekali. Mamah selalu menerima semuanya, qana'ah.

"Ulun kena handak kuliah di ITB," Fajar menceritakan mimpi besarnya kepada kami saat bersantai di ruang tengah. Abah mamah langsung mengaminkan dan tersenyum bangga, "Lihat, anak-anakku mempunyai mimpi besar dan InsyaAllah akan terwujud!" Begitu yang kulihat dari binar mata mereka. Sama, sama seperti dulu ketika aku berkata, "Rina handak kuliah di Jawa, jadi dokter!"

Yeah, mimpiku itu akan segera terwujud, walaupun aku "BELUM" kuliah di Jawa. Tapi aku yakin, mimpi itu akan terwujud (Amiin yaa Rabb, mudah-mudahan). Sama seperti mimpi yang diungkapkan Fajar, itupun akan terwujud. Hanya saja jalan yang ditempuh mungkin nggak semulus yang dikira, tapi PASTI ADA JALANNYA.

Tersenyum. Fajar hanya tersenyum simpul ketika mendengar obrolanku dengan mamah di telepon. Masya Allah, aku nggak sanggup melihat wajah adikku yang gembul itu. Dengan polosnya, kuhibur dia, kukatakan nilai tesnya luar biasa, hanya gara-gara satu nilai UAN yang entah kenapa kurang dari syarat penerimaan di SMA itu. Dia lagi-lagi tertawa pelan.

"Maka ikam handak masuk ITB, Jar?" tanpa sadar aku mengatakan kalimat itu di hadapannya, sungguh, aku hanya ingin melihat kesungguhannya. "Tenang aja, Kak. Pasti ada jalannya," dia menjawab tenang, dan 'lagi-lagi' tersenyum. Ah, mataku panas. Lihat, adikku sekarang sudah dewasa, dan aku yakin, dia pasti bisa menggapai mimpinya, bahkan lebih. Pasti, InsyaAllah. Karena di setiap doaku, selalu kusebut namanya, selalu kusebut nama adik-adikku yang luar biasa. Hemmm, di saat-saat begini rasanya aku semakin sayang dengan mereka.

Jangan pernah menyerah, Allah pasti memberi jalan yang terbaik. Mungkin nggak sesuai dengan apa yang kita rencanakan, adikku. Tapi pasti itu jalan yang terbaik untuk sampai pada apa yang kita tuju. Ikhlas, niatkan semata-mata karena Allah swt. Pasti ada jalannya. :')

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S. Al-Insyirah : 5-6)

"Setiap satu makhluk BERHAK ats satu HARAPAN"

(Nisrina Naflah)

12 Juni 2011

Ah, Lagi-Lagi...

Ah, lagi-lagi dia menyerang tanpa komando.
Tersudut dan kalah lagi.
Sekuat apapun melawan, akhirnya jatuh lagi.
Hukum alam, begitu alasannya.
Tapi semudah itukah goyah?
Segampang itukah rapuh?
Dimana kekuatan itu?

Ah, lagi-lagi dia datang tanpa tanda.
Terkecoh dan diam lagi.
Seteliti apapun mengawasi, akhirnya tertipu lagi.
Ajaib, begitu katanya.
Tapi sehebat itukah kuasanya?
Sekuat itukah pengaruhnya?
Dimana kekuatan itu?

Kekuatan untuk melawan.
Kekuatan untuk menahan.
Kekuatan untuk menantang.

Ah, lagi-lagi tak berkutik.
Hanya tersudut dan diam.
Merangkai makna entah berantah.

Ah, lagi-lagi aku kalah.
Karena memang tak bisa dilawan.
Takkan pernah bisa.

(Nisrina Naflah)

Kumerindukan-Mu

Selama aku, masih bisa bernafas...
Masih sangguo berjalan...
Kukan slalu memuja-Mu...
Dengarkan aku...
Kumerindukan-Mu...

Rindu, suatu rasa yang tertahan, ingin bertemu, ingin bersua. Yah, ini rindu yang berbeda. Jauh berbeda apabila dibandingkan dengan rindu dunia. Aku benar-benar ingin melepas rindu pada-Nya. Pada Dia yang selama ini telah memberi banyak, pada Dia yang selalu mencurahkan kasih sayang-Nya, pada Dia yang selalu memberikan teguran indah nan bermakna, pada Dia yang telah kulafazhkan janji yang sakral.

Sungguh, ini bukan rindu picisan yang sering dilontarkan untuk merayu. Bukan sekadar rindu yang dibalut dengan rasa yang 'palsu', ini rindu yang nyata. Rindu pada-Nya yang selama ini terlalu baik padaku. Rindu pada-Nya yang selalu mendengarkan kisah-kisah dalam tangisku.

Salahkah merindu? Aku ingin bertemu dengan-Nya, menatap wajah agung-Nya. Bisakah? Pantaskah? Aku hanya manusia yang penuh licak hina dan dosa, lantas memiliki keinginan yang besar untuk bertemu dengan-Nya, kelak.

Kelak? Tidakkah aku sadar bahwa mata ini bisa kapan saja tertutup untuk selamanya. Dan ketika waktu itu tiba, akankah kerinduan ini segera terobati? Rasanya diri ini tidak pantas, sungguh jauh dari kata pantas untuk bertemu dengan-Nya. Tapi, sungguh aku merindukan-Nya.

Semoga aku senantiasa memikirkan-Nya, mengagungkan nama-Nya, memperjuangkan dien-Nya, dan mempersembahkan hati ini hanya pada-Nya. Kepada Allah yang Maha Pemurah. Dan biarkan rindu ini terus tumbuh, mengakar dengan kuat, menjulang tinggi, hingga akhirnya akan memberikan semangat yang luar biasa untuk berjalan bersama mereka, saudara-saudaraku. Agar rindu ini sampai, sampai pada-Nya.

Merindukan-Mu, Yaa Rabb...

(Nisrina Naflah)

Di Batas Waktu

Dia masih duduk di kursi bawah pohon itu, pandangannya lurus ke depan. Walaupun kilau matanya sangat indah, tapi tatapan itu nanar. Kosong hingga tergambar jelas, ada hawa tak nyaman di hatinya. Beberapa detik kemudian, butiran airmata jatuh tanpa komando dari mata indahnya. Menitik satu per satu, beriringan. Memperjelas bahwa di hatinya sedang terlibat satu dilema yang menyakitkan. Perempuan itu terus duduk di kursi bawah pohon itu. Mencoba mengeluarkan emosi yang menguap berbentuk airmata.

Dia masih duduk di atas motornya, kepalanya menunduk, tangannya menopang dahinya dengan bersandar di kemudi motornya. Dia hanya sendiri di parkiran ini. Dari posisinya saja, tergambar jelas ia sedang letih. Tidak hanya fisik, namun perasaan. Sekali-kali ia menegakkan kepalanya dan mengusap dahi hingga ke rambutnya. Laki-laki itu masih saja duduk di atas motornya. Menghembuskan napas berat yang mengandung sejuta beban.

***

Perpisahan itu datang tanpa terelakkan. Di tengah masa SMA yang indah, Dinda harus berpisah dengan teman-temannya. Setelah satu setengah tahun sekolah di SMA Merdeka, tiba-tiba orangtuanya harus pindah kerja. Dan itu sangat berat untuk Dinda, karena ia harus meninggalkan sahabat-sahabatnya, masa kecilnya di kota kecil ini, dan seseorang yang sudah mengambil tempat spesial di hatinya, Dhanu.

Sebenarnya Dhanu dan Dinda tidak memiliki hubungan apa-apa. Hanya saja, seluruh penghuni SMA Merdeka sudah tahu bahwa mereka berdua saling menyukai. Entahlah apa yang menyebabkan mereka mendiamkan perasaannya masing-masing, yang jelas mereka hanya berteman biasa layaknya hubungan adik-kakak kelas. Tidak lebih, walaupun masing-masing dari mereka menyadari ada virus cinta yang mulai menggerogoti hati.

Dhanu adalah kakak kelas Dinda. Entah bagaimana mereka bisa mengenal satu sama lain. Yang jelas, karena sama-sama berada di salah satu ekstrakurikuler yang sama, paskibra, mereka jadi dekat. Akan tetapi, hingga satu setengah tahun bersama, tidak ada sepatah pun kata cinta yang keluar dari mulut mereka.

Tidak heran, masing-masing dari mereka adalah anak rohis. Walaupun hanya sebagai anggota ecek-ecekan di rohis, mereka masih sadar bahwa pacaran itu dilarang. Tapi, bagaimana mungkin mereka menolak rasa cinta yang datang tanpa diundang. Hingga mungkin mereka mendiamkannya hingga menunggu saat yang tepat.

Hingga detik detik perpisahan pun, mereka hanya menyimpan rasa dalam hati masing-masing. Tak perlu diungkapkan, karena ini memang belum pantas diungkapkan. Lagipula untuk apa diungkapkan? Melegakan hati? Ah, pengungkapan itu hanya akan menciptakan rasa malu yang tiada terperi pada-Nya. Teringat pesan murabbinya, memangnya sudah siap untuk menikah? Hal itulah yang ada di benak Dhanu sehingga dia mampu mengunci mulutnya dari rasa yang sebenarnya semakin menggerogoti hatinya. Dan perpisahan ini? Huft, m-e-n-y-a-k-i-t-k-a-n, perempuan yang dikaguminya akan pergi.

Menunggu? Apa yang harus ditunggu? ungkapan semu itukah? Ah, pengungkapan itu hanya akan menggoyahkan iman ini. Lagipula benar kata murabbinya, mungkinkah rasa ini benar-benar berlandaskan karena-Nya? BELUM, sama sekali belum. Jadi tidak ada yang harus ditunggu. Pikiran Dinda bergejolak. Di tengah perdebatan hatinya, hanya satu yang dia tahu pasti, m-e-n-y-e-d-i-h-k-a-n, ia akan pergi meninggalkan laki-laki yang dikaguminya.

***

Satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun. Ya, sudah satu tahun Dinda dan Dhanu tidak bertemu. Apa kabar dengan sesonggok rasa di hati mereka? Mereka sudah menata hati dan mencoba mereduksi kadarnya hingga tak memenuhi alam pikiran. Menyibukkan diri dalam kegiatan-kegiatan. Dhanu yang akan menghadapi ujian kelulusan dan tes masuk perguruan tinggi, sibuk mempersiapkan diri dengan bimbel dan les-les di sekolah.

Sedangkan Dinda yang telah setahun pindah mulai beradaptasi dengan atmosfer barunya, berteman dengan supel, dan aktif di rohis sekolah barunya. Paling tidak, hal-hal itu akan menyirnakan rasa sedih atas perpisahan itu.

***

Kini mereka dipertemukan lagi, sungguh bukan kehendak mereka. Ini takdir dari langit, ini kuasa-Nya. Mereka tak kuasa menolak. Jika rasa fitrah itu dirasa sudah hilang, maka tanpa dikomando mereka muncul lagi. Menggerogoti hati yang seharusnya sudah kebal dengan semua ini. Tidak, rasa itu tidak pernah hilang. Tanpa sadar, mereka masih menyimpannya, jauh di balik jutaan lembaran memori. Ya, rasa itu lebih tepatnya kembali menyeruak keluar, membuka kembali lembaran lalu. Lantas, menciptakan dilema yang sebenarnya tak perlu tercipta.

Kini mereka berada dalam satu kampus, dari keduanya tak pernah menyangka akan jadi begini. Bahkan, mereka terlibat dalam satu organisasi dakwah kampus. Semua memang jelas, sangat jelas bahwa rasa itu masih melingkupi hati mereka. Tapi ada hal lain yang lebih penting, hati mereka hanya untuk-Nya.

Dinda tahu ini tidak bisa dibiarkan. Di setiap sujudnya dia berdoa agar dikokohkan hatinya. Menangisi kelemahan hatinya atas apa yang dia rasakan 'kembali' sekarang. Demikian Dhanu, semakin rajin puasa Senin-Kamisnya. Berharap hati ini terlindungi dari 'ganasnya' rasa.


***

Perempuan itu mengusap butiran-butiran airmatanya. Mengambil tissue dari dalam tasnya, sambil berkata lirih dalam hati, "Yaa Rabb, sungguh airmata ini adalah airmata penyesalan. Penyesalan atas hati yang khilaf ingin menduakan-Mu. Sungguh, rasa ini fitrah, rasa ini anugerah, tapi izinkan hamba-Mu yang lemah ini untuk mengelolanya, hingga takkan menggeser posisi-Mu dari posisi teragung di hatiku. Sungguh, ampuni hamba yang lemah. Kuatkan hamba berjalan dengan mereka, berjalan dengan... dengannya... Untuk memperjuangkan kebenaran di jalan-Mu. Hati ini milik-Mu,Yaa Rabb. Kuatkan hamba, Bismillah." Ia menegakkan kepalanya, menyunggingkan senyuman, lantas berdiri, berjalan meninggalkan taman sepi itu. Mulai detik itu, Dinda berjanji tidak akan kalah dengan rasa.

Laki-laki itu masih terdiam, tatapannya fokus pada satu titik puncak menara yang ada di hadapannya. Berkali-kali ia berdzikir, beristighfar, hingga akhirnya mengusap wajahnya. Dia benar-benar merasa hina dengan rasa yang mulai memenuhi hatinya 6 bulan belakangan ini. Dan kini, ia sadar. "Yaa Rabbi, tak seharusnya hamba kalah, tak seharusnya hamba lemah dengan rasa ini. Engkaulah sumber kekuatan, maka kuatkanlah hamba untuk melawan rasa ini. Sungguh, hanya Kaulah yang mengetahui apa yang terbaik untuk hamba. Hati ini milik-Mu yaa Rabb, maka jagalah hati ini untuk selalu terarah pada-Mu. Bukan padanya, bukan pada yang lain. Kuatkan hamba dalam jalan-Mu, mengobarkan kebenaran dalam dien-Mu. Bismillah." Ia edarkan pandangannya ke sekitar, sepi, lenggang. Hanya ada dia di sini. Ia raih helm yang ada di spion motornya, lantas memasangnya dengan pasti. Suara motornya mulai terdengar, melenggang pergi meninggalkan parkiran. Mulai detik itu, Dhanu berjanji tidak akan kalah dengan rasa.

Semua ini tanpa sadar telah menguatkan mereka. Sungguh menguatkan mereka, hanya saja terlalu rumit untuk diuraikan. Hingga waktu yang akan menjawab, hingga langit memberikan tandanya, di batas waktu.

(Nisrina Naflah)

Sebenarnya ini konsep cerpen yang tersimpan di laptop, baru jadi beberapa paragraf, lantas terdiamkan beberapa bulan. Kemudian tanpa sengaja terbuka kembali, dan aku bingung alur cerita seperti apa yang ingin kubuat dulu, aku lupa. Alhasil aku selesaikan saja dengan seGAJE-GAJEnya. Rasanya cerpen ini terinspirasi dari cerita temanku dan beberapa cerita yang kutemukan di internet. Hhaha. Kalo gak nyambung, ya berelaan. Kan terserah penulis mau bikin cerita kayak gimana. hhehe. ---> pembelaan diri.

10 Juni 2011

Sungguh, Benar-benar Adil... :)



Aku baru aja beli satu novel karya Tere Liye, judulnya Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Sebenarnya itu novel lama, dan akupun sudah lama mau beli. Dan akhirnya setelah penantian panjang, bisa terbeli juga novelnya.

Well, novel itu langsung kulalap habis tanpa penundaan. Dan ini artinya aku suka sama alur ceritanya. Di rumah sudah menumpuk buku-buku dan novel-novel baru yang kubeli yang belum habis kubaca sampai sekarang. Kenapa? Nggak rame? Sebenarnya bukan itu sih alasan utama kenapa aku belum juga membaca buku-buku dan novel-novel itu, tapi lebih karena semangatku untuk membeli buku lebih gede dibandingkan dengan semangat untuk membaca mereka. Jadi, belum habis membaca buku/novel yang baru kubeli, aku sudah membeli buku/novel baru lagi. Dan alhasil, menumpuk lah mereka, menunggu giliran untuk kubaca.

Tapi tidak dengan novel yang satu ini. Benar-benar menyihirku untuk menyelesaikan membacanya. Dan memang mantap sekali alur ceritanya. Seorang laki-laki dengan lima pertanyaan besar dalam hidupnya. Salah satu pertanyaannya adalah, "Apakah hidup ini ADIL?"

Oke, kali ini kita akan membahas satu pertanyaan itu. Apakah hidup ini adil? Kebanyakan manusia yang hidup di dunia ini, sadar ataupun tidak, akan beranggapan bahwa hidup ini tidak adil bagi mereka, apalagi ketika ditimpa satu masalah ataupun mendapatkan suatu hal yang tidak disenanginya.

Misalnya aja nih, ketika ada seseorang yang sudah belajar mati-matian buat ujian, ternyata cuma dapat nilai 85. Sedangkan temannya yang sama sekali nggak belajar, terus nyontek pas ujian ditambah dengan tebak-tebak buah manggis, ternyata dapat nilai 95, nyaris sempurna. Tuh kan, dunia nggak adil. Orang yang belajar kalah nilai sama orang yang nyontek, bener-bener nggak adil 'kan? Tapi, coba deh kita pikir. Emangnya dengan menyontek ilmu itu bisa lekat di otak kita? Malahan nih ya jadi beruntung. Kalo sudah belajar, paling tidak pasti mengerti, lebih baik lagi kalo kita sudah menjadi dari bagian ilmu itu sendiri. Kalau dibandingkan sama orang yang nyontek, jelas lebih beruntung, apalagi apa yang kita pelajari pasti berguna buat masa depan. So, masih berpikiran kalo dunia itu gak adil???

Banyak hal yang menyebabkan seseorang bisa dengan mudah mengutuk kehidupan yang dijalaninya. Mengutuk takdir dari langit dan berkilah bahwa dunia ini gak adil. Tapi cobalah untuk bijak. Ketika mendapatkan suatu hal yang buruk, maka tengoklah ke atas. Pasti ada janji-janji masa depan untuk kebaikan, Dia itu Maha Pemurah. Dan ketika mendapatkan suatu hal yang menyenangkan, maka tengoklah ke bawah, masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung dirimu, dan bersyukurlah pada-Nya.

Apapun yang kita alami dalam perjalan hidup di tempat pencarian bekal ini, itu adalah takdir dari 'langit'. Dan itu pasti yang terbaik dan ADIL untuk kita. Mencoba berpikir bijak akan lebih baik ketimbang mengumpat bahwa hidup ini tidak adil. Hidup ini adil, karena Rabb yang Menghidupkan kita adalah Dzat yang Maha Adil. Percayalah.

Dan ketika kita mulai mengumpulkan mozaik-mozaik kehidupan, dan merangkainya menjadi satu. Maka akan kau lihat betapa hidup ini adalah anugerah, betapa Sang Maha Adil menciptakan hidup yang begitu adil, dengan garis takdir yang adil pula.

-Nisrina Naflah-

4 Juni 2011

Basket itu Berprinsip ;)

"Priiiit...!!!"

Bunyi peluit wasir terdengar, riuh suara penonton masih membahana di lapangan basket. Backball. Kini bola basket pun berpindah ke tangan tim satunya.

"Pelanggaran ya???" tanya temanku yang sedari tadi duduk di sebelahku.

"Yap," jawabku singkat.

"Jadi kalo udah bawa bola setengah lapangan ke arah ring lawan, gak boleh balik lagi ya bolanya???" dia mencoba menyimpulkan apa yang baru saja dia lihat di lapangan.

"Hooh, kalo balik lagi namanya backball. Terus bolanya jadi buangan lawan," aku mencoba sedikit menjelaskan.Maklum, temanku itu bukan seseorang yang berkecimpung dalam basket layaknya aku. Jadi, wajar saja dia bertanya demikian.

Tiba-tiba temanku yang lain ikut mencelutuk, "Ribet banget ya main basket, bolanya gak bebas. Coba kalo sepak bola atau futsal, mau kemana aja bolanya, asalkan masih di dalam lapangan gak masalah tuh."

Tanpa pikir panjang, spontanitas, aku menjawab dengan kata-kata yang mengalir begitu saja.

"Basket itu punya prinsip. Kalo udah di garis tengah lapangan, bolanya gak boleh dibawa balik lagi. Harus terus ke depan, ke ring lawan. Ibaratnya ye, kalo udah putus, ya nggak boleh balikan lagi. Zina kan. Jadi nggak boleh balik, bolehnya nikah, menyambut masa depan dan berjalan bersama-sama di jalan-Nya untuk menggapai kesuksesan dunia dan akhirat. Melangkah bersama dan takbirkan asma-Nya."

Jreeeeng jreeeeeng... Kaga tau lagi kesambet jin apa gue waktu itu, lebay banget yak. Hhehe. Tapi beneran loh, basket itu berprinsip. Sama kayak gue, hhehe. (sekali-sekali narsis kagak ape-ape kan ye???) :))

-Nisrina Naflah-
(di saat tak bisa lepas dengan satu hal)

17 April 2011

Terbenamlah

matahari terbenam, hari mulai malam.

biarkan selamanya malam.

aku malah senang.

dengan begitu, tak perlulah tubuh ini evaporasi lagi karena sinarnya.

tak akan lagi.


(Si Naflah)

20 Februari 2011

Palsu yang Menjadi Nyata

"Jika terhempas di lautan duka, redakan sabarlah tawakkal pada-Nya. Jika berlayar di suka cita, ingatlah 'tuk selalu syukur pada-Nya."

Alunan musik nasyid favoritku melenakan hati. Kutatap wajahku di cermin, hmm aku memang sudah dewasa. Berada di dalam sebuah kamar dengan nuansa coklat muda dan beberapa rangkaian bunga matahari plastik membuat diri ini merasa termanjakan. Coklat muda dan bunga matahari, dua hal kesukaanku. Di ujung ruangan ini tersusun lima tangkai bunga matahari di atas vas tinggi berisi air untuk menjaga kesegarannya. Mataku pun beranjak ke arah sebuah jam dinding berbentuk mesjid, masih pukul 03.30. Aku baru saja menyelesaikan pertemuan rutin dengan Allah dalam sujud panjangku, sengaja aku berqiyamul lail di kamar ini. Mataku sembab, rupanya tadi aku terlalu menghayati curahan hati yang kulantunkan indah dalam desahan doa. Kali ini aku benar-benar bersyukur. Kutatap lagi diriku di pantulan cermin, membawaku pergi kembali menyusuri dimensi ruang dan waktu, hingga sampai pada sepotong episode.


*****

"Hah! Loe suka sama Kak Hasan, Des? Serius?!" Rani yang tadinya serius membaca komik Flame of Recca tiba-tiba terbelalak sambil menutup komik itu dengan cepat.

"Iya deh kayaknya, hhehe," jawabku, singkat.

Rani langsung memasang tampang menggoda dan tersenyum penuh syukur seakan-akan menemukan suatu keajaiban yang lama dia nantikan.

"Serius loe? Ya ampun, akhirnya sohib gue yang satu ini kembali normal, loe bisa naksir makhluk yang predikatnya cowok lagi. Hahaha. Padahal gue sudah mau curiga deh sama loe, habisnya semenjak kejadian itu, loe nggak pernah curhat masalah cowok ke gue," sambil memegang kedua bahu, Rani mengguncang-guncang badanku.

"Sssst. Jangan keras-keras dong, Ran! Ini kantin sekolah, bukan kuburan!" protesku. Aku melirik kiri-kanan dengan khawatir.

"Hahaha. Iya. Iya. Maaf, Tapi serius kan? Loe sudah bisa naksir cowok? Sumpah, gue pengen sujud syukur nih sekarang, akhirnya loe kembali normal!" Rani masih saja lebay.

Aku nggak merasa aneh dengan Rani, wajar! Sudah 2 tahun semenjak kejadian itu, aku menutup diri dari laki-laki. Dan selama 2 tahun itu juga aku yang selalu mendengarkan curhat Rani tentang cowok-cowok yang disukainya maupun pacarnya tanpa pernah aku yang menjadi si pencerita. Terkadang Rani protes denganku, "Des, loe lagi dong yang cerita! Masa gue terus yang curhat. Nggak bosan loe ngedengerin cerita gue?" Kalau Rani sudah berkata demikian, aku hanya tersenyum dan menggeleng. Aku tidak pernah merasa bosan mendengar ceritanya, never. Dan cowok? ah, bagiku itu sama sekali nggak penting.

***

Pak Ngatidjo berdiri di depan kelas sambil menulis deretan angka dihiasi simbol-simbol sebagai pelengkapnya. Ini pelajaran favoritku, matematika, tapi entah kenapa saat ini jiwaku sedang kabur dari ragaku. Kutatap kosong papan tulis putih yang penuh dengan angka-angka, pikiranku melayang. Aku telah membohongi Rani, menipu perasaanku sendiri, mengkhianati  hati. Menyukai Kak Hasan? Sejak kapan? Hahaha. Aku hanya melarikan perasaanku yang buntu ini. Kak Hasan memang sosok yang pantas untuk dikagumi, tapi jujur, aku tidak ada perasaan sedikit pun padanya.

Bertemu dengan bekas jejak langkah lama, membuat hati ini meronta, memberi isyarat pada pikiran untuk lari secepatnya, meninggalkan dan melupakan semuanya.Ya, setelah dua tahun menjauh, tadi pagi aku bertemu dengan orang itu. Orang yang membuatku tak berani menoleh ke belakang. Tapi ada satu hal yang baru kusadari, serpihan rasa itu masih tertinggal di sudut hati. Dan aku takut, aku takut menyadari bahwa aku masih mencintainya. Sekalipun bibir ini merontakan kata TIDAK!

Satu hal yang terlintas di otakku adalah "cepat cari orang lain untuk melupakannya!", tapi tidak semudah yang kubayangkan. Dan hari ini, tampaknya aku harus memaksakan hatiku untuk berlari mencari jejak lain. Entah kenapa yang terlontar dari bibirku adalah Kak Hasan. Setidaknya dia memang pantas untuk sekadar dikagumi. Kulirik Rani yang duduk di bangku sebelahku, tak tega rasanya aku tidak menceritakan yang sebenarnya, bahwa aku hanya berusaha melupakan orang itu dengan memaksa hatiku untuk menyukai yang lain. Aku hanya pura-pura menyukai Kak Hasan. Tak apalah, yang penting dia berhenti menganggapku sebagai remaja yang tidak normal.

"Desy, coba kerjakan soal nomor 5 ke depan," suara Pak Ngatidjo membuyarkan lamunanku.

Aku tersentak seketika. Dengan ragu aku maju menuju papan tulis sambil membaca soal yang tertera di sana. Ah, untungnya soal itu sudah kujawab saat latihan soal di rumah tadi malam. "Bismillah," lirihku.

***

Setelah beberapa hari, aku sudah mulai terbiasa akting di hadapan Rani, seolah-olah aku benar-benar menyukai Kak Hasan. Ternyata aku cukup berbakat menjadi pemain sinetron, Rani terus menggodaku dengan guyon bertema Kak Hasan.

"Des, Sabtu nanti ada acara pembukaan HUT sekolah kita loh," Rani berbicara dengan tampang antusias sambil menepuk bahunku. Aku yang sedang makan risoles kantin sekolah langsung menghentikan kunyahanku.

"Haduh, nggak usah pakai nepuk-nepuk bahu gue dong. Iya lah, gue juga tahu kalau Sabtu ini ada acara, biasa aja kali," timpalku ketus. Untung saja bahu kiriku yang ditepuk olehnya, coba kalau bahu kanan, bisa-bisa risoles yang lezat ini jatuh bebas ke lantai kantin.

"Sorry Des, sorry. Maksud gue,loe sudah tahu belum kalau Kak Hasan bakalan tampil pas acara pembukaan nanti? Kesempatan bagus tuh, Des!" serunya.

"Oh ya? Tahu darimana loe, Ran? Beneran nih?" jawabku sambil memasang wajah seantusias mungkin, padahal gue nggak peduli Kak Hasan mau tampil atau nggak, toh itu bukan urusan gue.

"Masa gue bohong, tadi gue cerita-cerita sama Deya, dia 'kan jadi seksi acara. Deya bilang kalau salah satu acara hiburan di pembukaan HUT sekolah nanti ada penampilan bandnya Kak Hasan, dan itu artinya ..."

"Kak Hasan ngeband juga ya, Ran?" belum sempat Rani selesai, aku langsung memotong. Heran, aku baru tahu kalau Kak Hasan ngeband. Yang kutahu dia itu anak OSIS, ROHIS, dan ikut kelompok KIR di sekolahku. Beberapa kali menjuarai olimpiade-olimpiade fisika. Rasanya aku nggak pernah liat dia ngeband. Ngawur ah si Rani.

"Hmm. Yang jelas tadi gue lihat sendiri susunan acaranya di tempat Deya, terus gue juga lihat daftar pengisi acara hiburannya. Ada nama Kak Hasan, dia ngeband bareng Kak Dira cs. Wah, bakalan seru nih melihat pujaan hati nanti," godanya dengan mata berkedip-kedip. Serasa mau kucongkel saja matanya itu. Hehe.

"Oh Kak Dira? Ya jelas lah disuruh tampil, suaranya bagus banget tuh," kujawab seadanya sambil menghabiskan risoles yang tersisa.

"Yaaaaah, kok loe gak antusias sih, Des? Kak Hasan bakalan tampil nih, itu artinya loe bisa nonton dia ngeband dan kalau perlu direkam," Rani sewot dan memberi sebuah ide gila.

"Haaaah??? Ngerekam??? Buat apa coba??? Ogah gue! Kalau cuma nonton sih nggak masalah," aku menjawab sekenanya.

"Hahaha. Biar entar gue yang ngerekam. Loe pasti malu kan," Rani masih belum berhenti menggodaku.

"Hah? Hahaha," aku hanya tertawa datar, bingung bagaimana agar 'drama'ku tidak terbongkar. Kubersihkan jilbabku yang tak sengaja tertitik petis risoles. Ah, sesuatu hal yang memalukan jika seorang cewek berjilbab sepertiku menunjukkan sikap centil layaknya putri kesetanan. Aku memang berpura-pura menyukai Kak Hasan di depan Rani, ya hanya di depan Rani, semata-mata hanya ingin menyelamatkan hatiku dari serpihan masa lalu. Bukan untuk benar-benar menyukainya, apalagi sampai menunjukkannya. Itu hanya perasaan palsu yang tak perlu ditunjukkan dengan tingkah polah berlebihan.

***

Aku dan Rani duduk di bangku deretan kedua dari depan. Di atas panggung berdiri Kak Hasan dengan gitar listrik, permainannya lumayan. Rani masih memegang handycam-nya, dari tadi dia merengek-rengek mau merekam pertunjukan yang ada di hadapan kami sekarang, tapi kutahan dan aku melotot ke arahnya.

"Buat apa Ran? Nggak penting ah!" ucapku saat menahannya.

"Ya buat loe lah, Des. Biar bisa nonton kapan aja," jawab Rani sekenanya.

"Haduh, itu sih namanya membuka jalan untuk mengotori hati. Sudah gue bilang kan, gue suka dia cuma sebagai tanda kalau gue ini normal. Gue nggak mengharap apa-apa kok. Rasa suka ini sudah lebih dari cukup dan loe tahu kan kalau..."

"Ya ya ya, gue tahu loe bakal bilang apa. Allah pasti ngasih jodoh yang terbaik nantinya, dan sekarang yang penting terus memperbaiki diri, karena lelaki yang baik hanya untuk wanita yang baik, begitu juga sebaliknya 'kan? Gue sudah hapal di luar kepala nasihat loe yang satu itu," potong Rani sambil berlagak layaknya seorang ustadzah.

"Sahabat gue yang satu ini emang pinter, terus kapan nih loe mau belajar pakai jilbab?" sindirku halus.

"Doa'in secepatnya aja," jawabnya pendek.

Rani langsung memusatkan perhatiannya ke depan. Aku jadi merasa tak enak. Tak apalah, yang jelas aku sangat ingin melihat sahabatku yang satu ini bertemu dengan hidayah-Nya dan menutup auratnya. Semoga waktu itu segera tiba.

"Jikalau telah datang waktu yang dinanti, kupasti bahagiakan dirimu seorang."

Lirik merdu menyergap hati yang penuh dengan harap. Semuanya hanyut dalam iringan nada yang indah, seindah cinta Sang Maha Pencinta.

*****

Lamunanku akan episode masa lalu terbuyarkan oleh nada dering handphoneku. Kulihat layarnya, ternyata telepon dari Rani.

"Assalamu'alaykum, Raniiii..." sapaku dengan riang.

"Wa'alaykumussalam, ukh. Gimana nih, sudah siap buat hari ini? Pasti deg-degan banget ya, Des. Hehehe," Rani masih belum berubah, masih saja suka menggodaku.

"Hehehe. Bisa aja. Kapan ke sini, ukh?" tanyaku tanpa basa-basi.

"Nanti habis shalat Shubuh ane langsung ke sana. Pokoknya nanti ane mau ikut merias calon pengantin, hehehe," Rani tertawa renyah.

Mataku tiba-tiba hangat, sungguh indah skenario dari Allah. Sudah 7 tahun berlalu dari episode lampau itu. Kini Rani sudah mengenakan jilbab rapat, dan persahabatan kami semakin erat. Dan hari ini, aku akan melangsungkan pernikahan dengan pemuda yang tak pernah kuduga sebelumnya. Dia meminangku lewat perantara ustadz Ahmad. Setelah beberapa kali shalat istikharah, akhirnya dengan keyakinan hati kuterima pinangannya.

"Kupinang engkau dengan Al-Qur'an. Kokoh dan suci ikatan cinta. Kutambatkan hati penuh marhamah. Arungi bersama samudera dunia."

Lantunan nasyid masih terngiang di telingaku, hingga menghilang di awal seruan adzan Shubuh.

Ya, Muhammad Hasan Rahman, seseorang yang pernah mengisi episode masa laluku di antara kepalsuan rasa yang kubuat sendiri. Dan kini, insyaAllah, dialah lelaki terbaik yang telah disiapkan Allah untukku.

(Nisrina Naflah)