Yaa Allah, maafin ya harus nulis di sini, habisnya udah gak tahan lagi, jengkel sama orang2nya yang ngomongnya aja yang gede, tapi gak tanggungjawab sama tugasnya, malah nyalah2in orang lain. Bete sama mereka, kalo bisa gak usah aplusan lagi, gak usah berurusan lagi, bikin jengkel, yaa Raaaabb...
Dulu koar2 kalo aplusan slide harus bener2, jangan diterima kalo slidenya belum lengkap, lhaaa sekarang malah nunda2 bikin slide, bilang nanti aja, ntar dikirim, ntar nyusul, yaaa ujung2nya gak ada juga slidenya. Aplusannya jadi putus2, kita lagi yang disalahin...
Pengen marah lama2 biar ngena, ya gak enak juga, emang saya siapa? Tapi lama2 geregetan juga, hhaha...
Yaudah, para beruang kutub harus tetep semangat, harus tetep tertib bikin slidenya yaaa...
Tuh kan, hampir gila jadinya...
:'(
28 Desember 2014
Curhaaat~
29 November 2014
Rembulan di Matamu (I)
"Gimana? Nanti kalian cari waktu lagi ya, temui saya untuk ujian."
Ucapan dr. Riza terlontar seperti ratusan jarum yang menusuk hati. Seketika mata Desy memanas, kelopak matanya menahan agar tidak menutup hingga menjatuhkan butiran hangat airmata. Bibirnya kelu namun tetap dipaksa tersenyum, palsu.
"Baiklah dokter, terimakasih banyak," lagi-lagi kalimat penuh kepalsuan terlontar begitu saja.
Desy tidak habis pikir, semua terasa begitu menyesakkan. Sejak hari pertama minggu ujian, dia sudah berpikir untuk semangat menyelesaikan ujian agar tidak memanjang hingga minggu liburan. Nihil, sedikitnya pasien baru yang masuk bangsal mengharuskan Desy melanjutkan ujiannya hingga minggu liburan. Pupus sudah angan-angan Desy untuk berlibur menanjak sebuah bukit, mengenang indahnya episode menanjak gunung yang pernah ia lakukan dulu. Minggu ujian pun dilewatinya dengan mengikuti dr. Riza berkeliling rumah sakit, dan ternyata ujiannya pun terpaksa ditunda lagi dan dilanjutkan entah kapan waktu itu tersedia.
Desy berjalan di lorong rumah sakit setelah mengantarkan sang penguji hingga lobby, nafasnya masih terasa berat, pikirannya meronta-ronta meminta petunjuk dari-Nya akan hikmah yang bersembunyi di balik momen menyebalkan ini. Puluhan tanda tanya dan tanda seru terus saja mengiang di telinga, apalagi kata andai. Andai saja begini, andai saja begitu. Ah, dadanya semakin berat menghela nafas.
"Hey Des, gimana ujiannya? Udah kelar kan?" Nisa memanggil dari ujung lorong sambil melambaikan tangan. Tampak teman-teman sekelompok Desy sedang berjalan bersama.
Desy menelan ludah, ia siap melontarkan ribuan kalimat keluh kesah, sumpah serapah, dan segalanya yang membuatnya kecewa. Tapi ia urungkan semua.
"Hhahaha. Ujiannya ditunda lagi. Mungkin ntar habis stase anak," jelas itu tawa yang palsu, nyinyir.
"Hah? Seriusan? Jadi ngapain aja 2 minggu ini? Bukan ujian? Kirain udah ujian," Nisa menimpali dengan penuh empati, entah tulus dari hati atau bagaimana, semua tampak semu.
Desy ikut berjalan di gerombolan itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya menyengir ketika ditanya, kadang menjawab ketus dengan tampang kusut tak bersahabat.
Lagi-lagi, Desy tersadarkan dengan kenyataan yang bermain di hadapannya. Lihatlah orang-orang yang dulunya ia hibur di saat sedih. Orang-orang yang selalu ia perhatikan perasaannya. Kemana mereka? Hilang begitu saja, bersikap acuh seakan tak tahu. Ah, hidup memang penuh fatamorgana. Desy kembali menghela nafas, kali ini lebih panjang daripada sebelumnya.
***
Gadget Desy berbunyi, bergegas Desy meraihnya dan membaca pesan yang masuk.
"Woy, gue lagi galau nih. Jalan-jalan yuk, kemana kek."
"Cup cup cup, jangan galau lagi. Yuk kita jalan, lepaskan semua bebaaaan," jawab Desy tanpa pikir panjang.
Lagi-lagi Desy tak kuasa menolak. Kasihan, kasihan, kasihan, pikirnya. Tak peduli uang bulanan yang semakin menipis gara-gara menemani mereka yang sedang galau, tak peduli berapa banyak buku yang tertunda lagi untuk dibaca demi menemani mereka yang sedang sedih. Yang penting mereka jadi hepi, gak sedih lagi, begitu harapnya.
***
Entahlah, rumah sakit membuat semua orang berubah. Bukan berubah mungkin tepatnya, namun kembali menjadi dirinya yang sebenarnya. Desy semakin acuh dengan sekelilingnya. Tidak ada lagi perhatian saat melihat teman-temannya bersedih. Tidak ada lagi kalimat penghibur yang terlontar dari hati. Kalaupun ada, hanya seperlunya dan tak berempati sama sekali.
Hingga datang peristiwa itu, peristiwa yang akan merubah segalanya. Segalanya tentang Desy.
***
To be continue~
-Nisrina Naflah-
(Nb: semua hanya fiktif belaka. Awal2nya aja yang terinspirasi dari kejadian hari ini, selanjutnya biarkan imajinasi yang bermimpi, hingga terangkai menjadi cerbung yang gaje, hhaha. Rembulan di Matamu? Hhahaha)
21 November 2014
Kenapa Kamu Gak Pacaran?
Picture ini mengingatkan lagi dengan kata2 ini...
"Saya bersyukur diciptakan dengan tampang yang gak cantik2 amat, jadinya gak dapat ujian berupa godaan dari para lelaki yang mencintai indahnya kecantikan seorang wanita. Dan saya sering kali berpikir jika saya ada di posisi wanita2 yang sering diidolakan lelaki itu, mungkin saat ini saya sudah tidak bisa mempertahankan prinsip awal, karena pada dasarnya menjaga hati dan prinsip itu bukan perkara mudah dan sangatlah sulit. Terlebih jika terlalu banyak godaan yang dapat menggoyahkan hati. Dan untuk itu, saya sangat bersyukur sekali dengan apa adanya diri ini."
Well, aku juga gak tau judul postingan ini nyambung atau gak sama kata2 di atas maupun sama picture yg aku upload. Lagi pengen upload aja, dan share kata2 yang pernah aku dapat itu. Ckckck.
-Nisrina Naflah-
13 November 2014
Malam Sendu
Malam ini, karena mimpi malam tadi, aku tiba2 teringat lagi, rindu lagi, sendu lagi...
Abah, kenapa terlalu cepat pergi?
Kami sendiri...
Semoga abah selalu bahagia di sana, sampai nanti, di akhirat nanti, hingga ke surga yang abadi, bersama kami lagi...
:')
-NisrinaNaflah-
Selalu Begini
Sebenarnya pengen banget apatis, acuh, masa bodo, gak peduli, emang gue pikirin dan lain sebagainya. Tapiiiii, emang gini keadaannya dan kebiasaannya. Setiap ada tugas kelompok, aku (merasa) yang paling ngeh buat ngerjain. Pernaaaah, pernah aku masa bodo, pura2 santai seolah males ngerjain, ujung2nya tetep aku yg gelabakan. Gelabakan karena belum ada yg ngerjain. Heran, bener2 heran, berasa dimanfaatin juga kadang2. Capek ah.
Cuman kalimat ini yang bikin aku mau gak mau tetep ngerjain, "Belajar ikhlas dong Rin, kan gak ada ruginya kalo kamu yang ngerjain, malah bagus lagi, kamu nambah ilmu, belajar lebih banyak daripada yang lain." Walaupun kadang geregetannya minta ampun, masalahnya aku juga banyak yang mau dikerjain, yang mau dipelajarin, yang mau dibaca, de es be. Kadang2 merasa rugi waktu harus ngerjain tugas kelompok yang notabenenya punya kelompok, tapi berasa waktu aku yang kebuang gitu aja gara2 ngerjain tugasnya sendirian. Pas aku lagi ngerjain, yang lain pada asik bobo, atau asik jalan sama doinya, atau lagi hang out sama keluarganya, atau malah lagi upgrade ilmu alias baca2 buku buat persiapan minggu ujian. Berasa gak adill gitu kdg2. Tapi sekali lagi, ambil hikmahnya Rin, hikmahnyaaaa~
Selalu begini, kadang2 bad mood gara2 merasa dimanfaatkan, dimanfaatkan, daaaaan dimanfaatkan lagi.
Ikhlas itu susah banget sob!
Yaa Rabb, ampuuuun... :'(
-Nisrina Naflah-
7 November 2014
Menikah
Hei, tadi malam aku tersentak dengan mimpiku sendiri.
Aku melihat abah, bepakaian bagus, serba putih, dengan peci putih pula, di sebuah mesjid dengan suasana putih pula, di sebuah acara pernikahan.
Ya, aku mimpi aku menikah, walaupun aku sama sekali gak tau siapa lelaki yang ada di balik sosok abah yang kulihat, yang jelas aku merasa bahagiaaaaaaaaa banget, abah ada di pernikahanku.
Aku senang, bahagia, terharu. Mimpi yang selalu kuimpikan dahulu. Hingga akhirnya aku terbangun dan sadar, abah hanya ada dalam mimpiku. Tanpa sadar aku meneteskan airmata yang enah kenapa sangat mudah terjatuh. Mataku panas, sembab, terlalu menyakitkan untuk menyadari bahwa aku baru saja terbangun dari tidur dengan mimpi indahku.
Yaa Rabb, aku merindukan abah, sangat merindukannya. Tempatkanlah abah di tempat yang terbaik, di sisi-Mu.
:')
071114
-NisrinaNaflah-
31 Oktober 2014
Seperti...
Seperti embun mengerti pagi...
Seperti ombak paham samudera...
Saling mengerti, saling memahami
Hingga masing2 kekurangan akan diterima
Dan diusahakan untuk menciptakan kelebihan satu sama lain
Seperti embun yang menyejukkan di pagi hari
Seperti ombak yang menenangkan di samudera luas
:)
-Nisrina Naflah-
27 Oktober 2014
J.E.N.G.A.H
Aku ingin tutup kuping
Aku ingin tutup mulut
Aku ingin tutup mata
Jengah jengah jengah
Bosan muak menyebalkan
Ingin cepat saja melewati siklus ini
Ingin cepat saja pergi dari semua ini
Karena semua tampak palsu
Semuanya tampak menjemukan
Mereka penuh dengan topeng
_Nisrina Naflah_
23 Oktober 2014
Terimakasih!
Terimakasih!
You make me feel alive~
Kepercayaan itu, secara gak langsung bikin aku merasa kalo aku ini ternyata ada. Bikin aku merasa kalo aku ini bisa bermanfaat. Bikin aku merasa kalo aku ini masih berguna. Walaupun sedikit, dan gak ada nilainya lah kalo dibandingkan sama yang lain.
Persinggungan tadi pagi, ditambah dengan rangkaian kata yang terlontar begitu saja, bikin aku bingung mau bilang apa, cuman bisa bilang malu dan menutup muka dengan buku. Selalu demikian. Sampai akhirnya aku tampak seperti orang bipolar, yang kena serangan euforia bertubi2.
Terimakasih!
Pagi ini membuat mood yang sendu awalnya, jadi cerah akhirnya. Walaupun sampai detik ini pun aku gak tau akan jadi seperti apa nanti akhirnya.
SMGT!
_Nisrina Naflah_
8 Oktober 2014
Begitu Ternyata Rasanya
Tiba2 aku teringat dengan serangkaian kejadian, di sebuah stase yang dianggap mengerikan~
***
"Jangan manja, jangan nyalahin konsulen kalo kalian gak bisa konsul, menyalahkan konsulen yang sering keluar kota karena ada pendidikan. Banyak cara agar kalian bisa konsul, ada email, ada whats up, apa susahnya. Kalian yang harus lebih berusaha."
Aku hanya diam, mengangguk, membenarkan. Hanya saja aku bingung, kapan aku menyalahkan? Akupun sudah mencoba konsul via email dan whats up. Mungkin sudah takdirnya. Aku pun menghela napas panjang, sambil berusaha menyunggingkan senyum seikhlas-ikhlasnya. Aku terus mengerjakan laporan kasusku dengan kemampuanku sendiri.
***
Siang itu aku sangat mengantuk, super mengantuk. Tapi siang itu juga aku harus pergi ke rumah konsulen untuk mengumpulkan makalah laporan kasusku yang akan kupresentasikan besok harinya. Tadi malam aku jaga tanpa terlelap sedikitpun karena amanah2 dari Allah swt untuk orangtua2 di muka bumi ini selalu berdatangan dengan tangis2 mengharukan hati. Terlebih saat itu aku bertugas menjadi DM substase yang cukup melelahkan, DM bayi. Aku benar2 sangat mengantuk. Di jalan menuju rumah konsulen, aku sudah tak sadar lagi terlelap saat mengedarai motorku, bangun2 aku sudah masuk ke selokan penuh air comberan berwarna hijau kehitaman bersama motor kesayanganku. Aku pikir aku sudah mati. Baju dan rokku kotor dan basah, spion motorku patah dan pecah, motorku terluka sama parahnya dengan lecet di kaki dan tanganku. Aku masih setengah terlelap, karena aku benar2 mengantuk. Orang2 pun berdatangan menghampiri.
"Loh, kenapa mbak kok jatuh sendiri? Ketiduran di motor ya? Gak ada apa2 kok bisa masuk selokan gini? Ayok mbak sini dibantu ngeluarin motornya. Mbak gak apa2?"
"Hhahaha. Iya Pak, jadi malu. Saya ngantuk banget, tadi malam jaga gak bisa tidur sama sekali, lanjut dinas sampai tadi siang. Ketiduran di motor deh."
"Ayok mbak, minum duku biar enakan."
Aku menahan tawa merasa konyol dengan diri sendiri.
"Wah, spionnya ini patah dari dalam mbak. Gak bisa dipasang ini, harus dibongkar dulu. Ini juga bagian bawah motornya pecah gitu. Terus bagian kiri-kanannya lecet. Untung mbaknya gak jatuh ke tengah jalan, bisa kelindas mobil di belakang mbak tadi."
Hooh Pak, aku juga ngira aku udah mati. Untung aja nyebur ke selokan doang, aku menyahut dalam hati.
"Pak, numpang nanya, alamat ini lokasinya dimana ya?"
Beberapa orang yang menghampiriku berdiskusi dan akhirnya memberitahukan lokasi alamat yang kucari. Dengan rasa perih yang masih terasa di telapak tangan, aku coba untuk menggas motorku, sambil berhati2 karena spionku sudah tidak berfungsi. Aku sempat berpikir untuk pulang dulu ke kos, mengganti bajuku yang busuk ini, tapi waktu sudah mengejarku. Setelah keliling sana-sini, akhirnya aku menemukan rumahnya. Dan nihil, konsulen sudah pergi keluar rumah dan hanya ada mbak2 yang membantu di rumah. Aku pun langsung menitipkan makalahku, dan kembali ke kos begadang lagi mengerjakan power point untuk presentasi besok. Aku terus mengerjakan laporan kasusku dengan kemampuanku sendiri.
***
Akhirnya aku maju presentasi laporan kasus, dengan mata pandaku yang membuat mataku semakin terlihat sipit. Menjawab pertanyaan2 pembahas dengan semampuku. Semua tampak lancar, aman, dan terkendali. Walaupun rasa kantuk dan perih di bagian tubuhku yang lecet dan lebam masih sangat menyiksa. Belum lagi tugas dm bayi yang hilir mudik kesana kemari di waktu paginya, membuat kaki ini serasa mau lepas.
"Makalah kamu ini pasti bukan kamu yang bikin. Kamu pasti dibikinkan orang lain. Ketahuan kok."
Kalimat itu yang membuatku terpaku di antara kalimat2 lain yang cukup menghibur atas jerih payahku. Jleb!!! Hasil kerjaku sendiri dibilang sebagai hasil kerja orang lain? Mataku panas, namun enggan untuk mengeluarkan airmata, berkaca2 pun tidak. Mataku sudah terlalu lelah hingga tak mampu mengeluarkan airmata lagi. Aku diam, mencoba menenangkan diri. Toh percuma jika aku melontarkan kalimat pembelaan diri.
"Ah, terserahlah dokter mau bilang apa, yang penting Allah Maha Tahu siapa yang mengerjakan semua ini. Allah tahu perjuanganku, Allah tahu sakitku. Tak penting lah praduga dari manusia lain, yang penting Allah Maha Tahu."
Parahnya, ada saja beberapa temanku yang melontarkan kalimat, "Rin, beneran ngupah ya? Ngupah dimana? Tumben..."
"Enak aja lu, gua ngerjain sendiri, sampai kecebur di selokan tauuu, hhaha."
Tawa pun pecah di antara kami. Kejadian itu benar2 konyol. Tawa itu berhasil mengobati rasa sedihku karena sudah dituduh "tugas dikerjakan oleh orang lain". Ah, dokter. Andai dokter tau, saya hampir mati kelindas mobil pas ngantar makalah ini kemaren. Lagi2 aku berusaha menyunggingkan senyum seikhlas-ikhlasnya. Yang penting aku telah mengerjakan laporan kasusku dengan kemampuanku sendiri. SENDIRI! :)
***
Sudah 8 bulan berlalu, seorang teman yang sedang stase di stase mengerikan itu menghubungi aku untuk meminta contoh makalah laporan kasus, karena konsulen pembimbingnya sama denganku dulu. Dengan ringan hati kuberikan filenya, dan jackpot! Kasusnya sama! Makalahnya pun otomatis akan "hampir sama" (you know what I mean).
Setelah dia maju presentasi, dia mendapat sambutan luar biasa.
"Isi makalah kamu bagus banget dek. Bla bla bla bla."
Semuanya berisi pujian yang berlimpah2. Hahahahahahahahahaha! LUCU!!! Di saat aku yang mengerjakan sendiri, dibilang makalahnya dikerjain orang lain. Giliran dia yang makalahnya "dikerjain" orang lain, dibilang bagus banget. DUNIA EMANG FANA SAUDARA2! Yaa Allah, rasanya gemesssss banget tauuu! Tapi bawa ketawa aja. Hhahaha.
***
Begitulah pandangan manusia, takkan bisa mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya ada dan terjadi. Intinya, yakinlah selalu bahwa ada Allah yang Maha Melihat. Gak usah pedulikan penilaian manusia, jika yang kamu lakukan sudah benar. Jangan pernah kamu menjadi kurang hanya karena memikirkan penilaian orang lain. Teruslah berbuat apa yang menurut hatimu benar dan membuat Allah senang. Acuhkan semua komentar negatif, apalagi komentar yang meluncur hanya berdasarkan perkiraan dari orang lain, yang penting Allah tahu kok gimana yang sebenarnya. Belajar sabar, syukur, ikhlas selalu. Yeayyy!
Semoga konsulen itu gak suka nuduh2 sembarangan lagi yaaaa. Aamiin yaa Rabb.
-Nisrina Naflah-
27 Agustus 2014
Menyadarkan Realita
Lorong ini kerap sekali menjadi saksi bisu...
Dimana persinggungan terjadi tanpa ada tanda sebelumnya...
Menatap tunduk mengiring langkah...
Bertingkah seolah tak tahu...
Semakin mengikis asa, menyadarkan realita...
Persinggungan ini ibarat oase yang tak sempurna...
Kelu...
Hingga iringan musik itu kembali terngiang...
Serupa dengan senandung yang pernah digumamkannya...
Kembali menyadarkan realita...
-Nisrina Naflah-
7 Agustus 2014
Hahahaha Itu Benar Sekali~
Lagi-lagi, aku tersungkur hanya karena penilaian manusia.
Padahal aku tahu, penilaian yang sejati hanyalah penilaian dari-Nya.
Aku sangat tahu, tapi mungkin belum mengerti dan memaknai sepenuhnya.
***
"Wah, Vita cantik banget," seru Sari dari tempat duduknya.
"Ah," Vita menyahut sambil memonyongkan bibirnya.
"Wah, tetep cantik," Sari menimpali.
Vita tersipu sambil menempelkan pipinya yang tirus ke sisi lemari sebelahnya.
Lagi-lagi Sari berkomentar, "Gimana pun posenya, selalu cantik."
Vita tertawa renyah, menunjukkan gigi gingsulnya yang membuat wajahnya semakin manis.
"Iya, selalu cantik. Nggak kayak kamu kan, Sari. Gimanapun posenya selalu jelek, jelek, dan jelek, hahaha," seseorang tiba-tiba menyelutuk spontan dengan tertawa menyindir.
"Hahahaha, kampret lu. Awas lu ya kalo ntar gue jadi model, hhahaha," Sari menjawab sindiran itu dengan wajah ceria dan tawa yang lepas, tanpa tersinggung sedikit pun.
***
Ada masa dimana seseorang akan tersungkur atas keadaan yang ada pada dirinya. Dan akan tersungkur jauh lebih dalam lagi karena celetukan yang menohok yang tanpa dia tahu pasti apakah itu hanya bercanda atau spontan keluar dari mulutnya.
Yang jelas, jadi Sari itu nyelekit banget. Hhaha. Walaupun Sari sadar betul apa yang dikatakan temannya itu kenyataan, teteuppp rasanya gimana gitu ya.
Ikut tertawa tanpa beban, membiarkan semua tertawa, mungkin sudah cukup bagi Sari untuk menebus janjinya ingin menjadi Si Purnama.
Asalkan mereka bahagia, senang, dan tertawa, tak masalah mau dibilang apapun juga.
Tapi, satu hal yang tak disadari, bahwa ada masa dimana seseorang akan tersungkur atas keadaan yang ada pada dirinya. Dan akan tersungkur jauh lebih dalam lagi karena celetukan yang menohok yang tanpa dia tahu pasti apakah itu hanya bercanda atau spontan keluar dari mulutnya.
Membuatnya terjatuh dan merendahkan dirinya sendiri, merasa tak bermakna layaknya batu di tumpukan intan permata.
Mungkin ada tangan yang bersedia memungutnya nanti? Tangan yang bersih dan lembut yang siap mengasahnya menjadi batu yang lebih baik, bahkan terbaik. Membuatnya menjadi lebih bermakna, di mata Tuhan-Nya.
-Nisrina Naflah-
9 Juli 2014
I Don't Wanna Fall Asleep
Langit tanpa bintang
Di depanku sedang berlangsung proyek pembangunan rumah sakit
Para pekerja itu masih bekerja
Dan di sini aku masih terjaga
Sedangkan kaBagas dan Epie sudah terlelap lega
Di ujung lorong sana ada beberapa pasien yang duduk
Menonton alat angkat berat mengangkat besi2
Tontonan yang lumayan menarik di malam tanpa bintang ini
Ini sudah pukul dua malam, tapi aku memutuskan untuk tetap terjaga
Karena malam selalu mengingatkanku pada mereka
Pada momen2 berharga yang terlewat begitu saja
Pada episode2 luar biasa yang berlalu dengan cepatnya
Adakah kesempatan untuk menjejakkan langkah di tempat itu?
Tahun ini, sebelum tanggal 31 Desember 2014 berakhir.
Kuharap ada.
"I don't wanna close my eyes, i don't wanna fall asleep~"
29 Juni 2014
Retoris
Dalam 1 bulan terakhir, 1 kata yang sering banget jadi topik "diskusi" temen2 adalah pengkhianatan. Ditambah lagi ada sinetron baru yang diangkat dari sebuah buku karya penulis yang talented, yang temanya gak jauh2 dari pengkhiatan. Alhasil, semua ngomongin pengkhianatan.
Well, aku sendiri sudah pernah ngerasain hal itu, walaupun dengan level yang tentunya jauh berbeda. Tapi aku benar2 merasakan bagaimana rasanya ketika hati sudah berkomitmen untuk menjaga kepercayaan, lantas kamu tidak mendapatkan balasan yang serupa. It was so hurt, guys~
Beberapa minggu yang lalu, di saat lagi2 topik pengkhianatan menjadi tema obrolan temen2, tanpa sadar aku menyelutuk "Hmm, ntar kalo udah nikah, udah jadi istri/suami orang, masih mungkin ya kita jatuh cinta sama orang lain?"
Temen2 langsung diem sejenak, hingga akhirnya bilang "Itu pasti Rin, pasti bisa terjadi."
Aku protes, "Lho, kok gitu ya. Kan udah nikah. Harusnya gak boleh cinta sama yang lain dong. Terus gimana ya caranya supaya tetep cinta sama istri/suami aja?"
Aku tergelitik dalam hati, sebenarnya itu pertanyaan yang amat sangat retoris. Aku hanya ingin melihat tanggapan mereka gimana. Yah, andai saja semua mengerti, siapa Sang Maha Pencinta.
:)
_Nisrina Naflah_
25 Juni 2014
Hey!!!
Hey!!!
Komen2 ini frontal sekali!!!
Tapi membuat bibir ini menyunggingkan senyum mengarah tawa yang lepas sekali!!!
Hey!!!
Tawa ini lebar sekali!!!
Hhahaha!!!
-Nisrina Naflah-
24 Juni 2014
Beda Tipis
Orang yang terlihat baik dan orang yang hanya ingin memanfaatkan itu beda tipis~
Berhati2lah~
Jangan terlalu senang jika orang itu terlihat baik padamu~
Karena setelah kamu menyadari bahwa kamu hanya dimanfaatkan, maka runtuhlah semua kebaikannya~
Begitu pula hatimu~
11 Juni 2014
Sinetron
Hey, sinetron kali ini bener2 bikin galau milih jodoh ntar.
Semoga dapat jodoh yang terbaik, yang bisa jadi imam yang luar biasa, suami yang luar biasa, ayah yang luar biasa. Semoga bisa sama2 mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah. Aamiin yaa Rabb.
Bersyukur dahulu pernah ditunjukkan peristiwa berjuta hikmah hingga mengerti betapa indahnya kesetiaan dan menjaga kepercayaan. Semoga kelak bisa jadi istri yang luar biasa, ibunda yang luar biasa, madrasah yang luar biasa. Aamiin yaa Rabb.
Adudududuh. Mari senantiasa memperbaiki diri, lebih baik, lebih baik, dan lebih baik lagi.
-Nisrina Naflah-
7 Juni 2014
Aku Sedih
Aku sedih, pergi dari stase kukel yang horror tapi menyenangkan.
Aku sedih, pergi dari konsulen yang bikin tegang tapi sebenarnya sayang.
Aku sedih, berpisah dengan beliau yang penuh inspirasi, selalu memotivasi, dan menegur dengan cara yang tepat.
Memerintahkan diri ini untuk yakin dengan kemampuan yang ada dan terus haus dan rakus akan ilmu.
Aku sedih, karena pada akhirnya aku gak bisa membuktikan.
Tapi setelah ini, aku berjanji akan mencoba melatih diri untuk melakukan seperti apa yang beliau ajarkan.
Terima kasih dr. Sani Widjaja, Sp.KK atas semuanya.
Terima kasih dr. Robiana, Sp.KK, dr. Sukses Hadi, Sp.KK, mbak Murni, mbak Yessi, dan kk2 perawat poli dan bangsal kukel.
Terimakasih saudara2ku XXIV-C atas ceria yang selalu menggema di kukel.
Tiga minggu yang super.
:')
-Nisrina Naflah-
26 Mei 2014
Ayo Rina, Kembali....
Malang
Malang
Malang
Malang
Malang
Malangnya nasib~
Berdoa agar ditempatkan di tengah orang2 yang bisa mendekatkan diri pada-Nya,
Eh malah dapat yang sebaliknya...
Semoga ini hanya anggapan yang salah...
Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik kok...
Hanya saja, merasa suntuk berada di suasana yang 'pengap' itu...
Dan merasa semakin jauh dari jalan yang harusnya ditempuh...
Ah, berasa hilang semua kekuatan...
Ayo Rina, kembali...
:'(
23 Mei 2014
Atmosfer yang Sudah Lama Hilang
Sudah lama bgt gak ketemu sama atmosfer ini, atmosfer persaingan, kira2 udah 6,5 tahun yang lalu. Kangen juga, gimana rasanya tertantang, penuh gairah, semangat, untuk membuktikan aku bisa. Dan inilah saatnya, atmosfer itu muncul lagi, dengan suasana yang sangat berbeda, dengan kepercayaan diri yang mulai mereda. Entahlah, bersemangat namun sadar, semua sangat berbeda.
Semua sangat berbeda.
22 Mei 2014
Ketinggian dan Empat Mata
Malam ini, di kamar kk perawat bangsal kukel, aku berbincang bersama Anya, teman jagaku malam ini. Awalnya hanya membahas tentang apa yang ada sekarang, hingga bernostalgia tentang masa lalu. Yeah, akhirnya berceritalah tentang semua analogi yang ada. Dan aku sadari, ketinggian dan empat mata itu memang lebih menarik. Selalu, sampai sekarang, walaupun sudah berbeda.
:)
-Nisrina Naflah-
21 Mei 2014
Gerhana
Dan gerhana itu pun terjadi, mentari bertemu dengan rembulan, dan bunga matahari pun kehilangan sinarnya.
Sayonara.
Dimana awan putih? Tolong teduhkan hatinya.
:)
-Nisrina Naflah-
20 Mei 2014
Makna Sesungguhnya
Hari ini, Selasa, 20 Mei 2014, pukul 14.45 WITA, saat rinai hujan turun, di sebuah ruangan bersekat di dalam Poliklinik Kulit Kelamin RSUD ULIN Banjarmasin, 7 dokter muda yang sedang menjalani masa pendidikan koass tahun pertama berbincang bersama konsulen super mereka di stase kukel, dr. Sani Widjaja, Sp.KK, tentang etika seorang dokter. Sudah bertahun2 kami mendapatkan materi tentang etika kedokteran, sudah berkali2 kami mendengar dan membaca isi dari sumpah dokter, dan ternyata kami keliru memahami makna dari etika seorang dokter. Ya, tak bisa ditawar, namun tidak boleh menerima di saat 'ditawar'. Terima kasih dr. Sani atas pencerahannya. Semoga kelak setelah disumpah menjadi dokter, bahkan berpuluh2 tahun ke depan saat menjalani profesi mulia ini, kami selalu ingat makna sesungguhnya dari etika seorang dokter.
:)
-Nisrina Naflah-
9 Mei 2014
Seharusnya
Seharusnya marah, kesel, bete, pengen jutek, dan lain sebagainya.
Di saat kamu harus mengalah demi kepentingan teman-teman dengan alasan setia kawan, harus baik, daaaaaaan tidak sombong.
Sering, sering banget malahan, kita udah cape2 begadang, ngerjain tugas, mengorbankan kesenangan2 lain, daaaaaan penuh perjuangan, eh esoknya dengan gampangnya temen2 kita bilang, "pinjem tugasnya dong Rin."
Yaaa sebenarnya gak masalah, kita seneng sih bisa bantu, bisa meringankan beban temen2, tapi kalo udah kita merasa dirugikan itu loh, seharusnya marah, kesel, bete, pengen jutek, dan lain sebagainya.
Cape looooh ngerjain, terus mereka dengan entengnya nyalin, ngopy, nebeng nama, dan lain sebagainya. Dan gak tahu kenapa, semenjak koas ini rasanya semuanya numpukkk, sudah full sebelnya, sudah merasa bener2 dimanfaatkan. Sebenarnya gak masalah sih kalo nyalin dikit2, soalnya aku juga sering minta jawaban tugas yg gak sempat nyari atau yg gak bisa kukerjain ke temen2 aku. Tapi bukan berarti nyalin semua dong ya. Ada usaha lah sedikit. Pertanyaannya itu, kalo sekarang baru ngerjain, tadi malam ngapaiiiiin??? Mending kalo lagi jadwal jaga. Lha, kalo gak juga? Hayyooo. -_-
Parahnya itu, biasanya hasil akhirnya itu lebih rapi dan lebih bagus punya mereka yang tinggal nyalin ketimbang punya kita yg dikerjain sampai tengah malam ngantuk2, gak rapi, penuh tipeX dan sebagainya. Nah, bisa dipastikan dog yang mana yang lebih bagus hasilnya di mata dosen/konsulen??? Gak tau ya, rasanya kesel aja gitu, jadinya ujung-ujungnya malah gak ikhlas ngasih bantuan.
Seharusnya marah, kesel, bete, pengen jutek, dan lain sebagainya. Tapi seharusnya bisa dong ya tetap jadi temen yang baik, ikhlas, sabar, senyum. Seharusnya bisa, tapi susah. Apalagi kalo kalian diamanahkan sebuah tanggung jawab, terus kalian harus mengalah demiiiiiiiiiii teman2, hadoh dilema, pengen marah tapi gak bisa, eh pas bisa marah malah gak enak. Hadududududuh, seharusnya bisa dong ya tetap jadi temen yang baik, ikhlas, sabar, senyum. Seharusnya. :)
-Nisrina Naflah-
27 April 2014
Hingga Ujung Waktu
Dalem banget yaa liriknya...
"Akhirnya aku menemukanmu,
Saat kubergelut dengan waktu...
Beruntung aku menemukanmu,
Jangan pernah berhenti memilikiku...
Hingga ujung waktu...
Jika kau menjadi istriku nanti,
Pahami aku saat menangis...
Saat kau menjadi istriku nanti,
Jangan pernah berhenti memiliku...
Hingga ujung waktu..."
:')
Malam Ini...
Malam ini aku dapat kabar buruk, hmm kabar baik mungkin lebih tepatnya...
Alhamdulillaah, sama2 suka bersyukur, sama2 percaya janji Allah, sama2 suka kerja keras...
Dan sama sepertiku, telah ditinggalkan ayahanda sebelum bisa membanggakannya. Yang membedakan adalah serupa sosok bidadari yang selalu mengiringi...
Hey, ini kabar baik, sama sekali bukan kabar buruk. Tapi gak tau kenapa, ada beberapa bagian yang menyesakkan, di sini, di dalam dada.
Yaa Rabb, entah apalagi, entah bagaimana lagi, entah kenapa lagi. Selalu begini~
-Nisrina Naflah-
25 April 2014
Kebahagiaan Sederhana
Aku sedang duduk di beranda suatu tempat yang akan menjadi tempatku 3 minggu ke depan.
Menunggu partner2 dalam kelompok kecilku yang belum satupun menunjukkan batang hidungnya.
Dari kejauhan terdengar suara benda yang digerek, kutoleh, dan ternyata benar.
Bapak pembawa bak sampah yang sering keliling rumah sakit, berjalan bersama anaknya.
Anak yang selama ini kulihat selalu mengiringi ayahnya.
Bernyanyi riang gembira, tanpa beban, dan selalu ringan langkah mengikuti derap kaki ayahnya.
Tidak sekolah? Entahlah.
Yang jelas aku melihat kebahagiaan yang sangat amat sederhana.
Langkah kaki yang ringan, alunan suara yang riang, senyum yang lapang.
Tanpa beban.
Dan satu hal lagi, pemandangan ini membuat aku rindu dia.
Ya, merindukan abah.
Sama seperti dulu, berjalan bersama ayah adalah salah satu kebahagiaan yang sederhana, sangat sederhana, dan melapangkan segalanya.
:)
-Nisrina Naflah-
13 April 2014
19 Februari 2014
Beruntung
Mamah harus tetap kuat, seperti yang kulihat selama 22 tahun ini.
Tegar, sabar, penuh senyuman keikhlasan.
Sungguh, cobaan yang datang bertubi2 akan menghapuskan segala dosamu di dunia Mah. Allah sayang mamah, dan kami selalu berdoa agar Allah senantiasa menyayangi mamah.
Moga mamah disayang Allah.
:')
Lagi dan lagi, lagi-lagi mamah dapat cobaan, dan lagi-lagi mamah menunjukkan rasa syukurnya atas setiap cobaan yang diterimanya, tak pernah menggerutu, tak pernah protes dengan ketetapan-Nya. Selalu sabar, ikhlas, dan bersyukur. Aku ingin menjadi sepertinya, bahkan lebih. Terima kasih mamah atas teladannya. Semoga anakmu yang penuh dosa ini bisa menjadi wanita luar biasa sepertimu. Sungguh benar kata abah, "kita beruntung dikasih Allah mamah dalam hidup ini."
:')
-Nisrina Naflah-
16 Februari 2014
Tak terduga
Persinggungan itu kadang muncul tak terduga...
Tiba2 saja ada, lantas membentuk 1 titik pertemuan yang tidak ingin membentuk persudutan berikutnya...
Dan persudutan itu pun kadang muncul tanpa disangka...
Tiba2 saja ada, lantas membentuk 2 garis panjang yang tak akan membentuk persinggungan selanjutnya...
Mungkin saat ini ada, tapi siapa yang bisa menduga nantinya semua akan tiada...
-Renungan di RSUD Ulin Banjarmasin, di sudut lorong gelap, tersadar, 15 Februari 2014-
-Nisrina Naflah-
6 Februari 2014
Susah
Susah meyakinkan diri
Susah menetapkan hati
Susah menjejakkan langkah
Di jalan yang baru saja 'terpilih'
Berlari sajalah
Persimpangan itu lupakan saja
Ada Allah yang senantiasa bersama
Untuk meyakinkan diri
Untuk menetapkan hati
Untuk menjejakkan langkah
Di jalan yang insyaAllah 'terpilih'
Berlari sajalah
Tinggalkan semua~
-Nisrina Naflah-
30 Januari 2014
Sudah Kubayangkan
Hey, hey, hey. Semangat untuk belajar sabar, sykur, ikhlas ya.. *ngomong sama diri sendiri*
Di tengah grasak-grusuk aku di 2 hari belakangan ini, aku sempatin posting pendek nih.
Stase pertamaku di tahun pertama koas adalah ANAK! Dan kami masuk 2 hari lebih awal ketimbang yang lain, tanggal 08 Februari 2014 saudara2. Ngapain? Selain mau lapor ke bagian SMF Anak, kami juga bakalan PRE TEST tanggal segitu. Yeah, ini kabar gembira. Hectic yang pastinya lah.
Bayangkan, buat ujian blok aja perlu review+nyicil dari 2-3 minggu sebelum ujian blok diadakan, lha sekarang? 9 hari waktu yang tersisa untuk nyiapin senjata buat pretest ANAK nanati. Perbandingannya itu loh, ujian blok cuman fokus sama materi2 terkait blok itu, dan ini ANAK bro! Semua blok harus direview, dan harus bisa dalam 9 hari. Yaaaak, insya Allah dimudahkan Allah kalo kita yakin, Allah pasti bantu kan yaaaa. Bismillaah.
Oh ya sedikit intermezzo, rata2 tanggapan dari orang2 pas aku hectic pasca pembagian kelompok koas kena stase anak adalah:
"Wah, bagus dong Rin."
"Kam pasti senang, Rin."
"Huwooo, cocok sama cita2 Rina."
"Alhamdulillah, pas kalo Rin sama kesukaan km."
Can I say, "Huwooooooo!!!"?
Aku bingung harus bilang apa, hhaha. Ini gak ada panum rek. Dan kamu, belum apa2 sudah harus berhadapan dengan anak2 di Rumah Sakit. Yaa Rabbi, semoga lancar semua ya.
Oh ya aku dapat kelompok XXIV C... C for Cantik Cakep Ceria!!! Hhaha. Anaknya seru2 loh.. Ada kaBagas, Ali, Dita, Teteh, Miranti, sama Putri. Kami udah berikrar bersama untuk solid, kompak, dan selalu bersama sampai sumpah dokter nanti, semoga Allah menyayangi kami semua. Aamiin yaa Rabb.
Well, berhubung besok mau aplusan jam 8 pagi dan aku dari Bjb, jadi aku bobo dulu ya. Hey, buku Matondang baru 1/5nya kubaca, semoga hari Sabtu bisa selesai. Semangat Rina, pasti bisa, mampu, luar biasa, karena Allah. Innallaha ma'ana. Yeyeyeyeyyyy.
-Nisrina Naflah-
27 Januari 2014
Susah Banget Loh
Hey hey hey...
Susah banget loh kalo mau ikhlas yg pure seikhlas2nya, kudu banyak latihan, kudu banyak merenung, kudu belajar terus.
Ini baru hal kecil, tapi susaaaaaaaaaaaaaaaaah banget buat ikhlas sepenuh hati, apalagi kalo hal gede.
Yaa Allah, kadang malu sama diri sendiri. Dimana2 nulis "sabar, syukur, ikhlas". Udah gitu udah janji sama diri sendiri untuk terus belajar "sabar, syukur, ikhlas", tapi kadang gak bisa ngelakuinnya. Masih aja hati nyesek, kadang merasa dirugikan, kecewa, atau apalah itu. Padahal udah jelas kan, belajar "sabar, syukur, ikhlas", Rin!
Tapi gak boleh nyerah dong ya, namanya juga belajar, pasti susah di awal. Harus selalu berlatih dan membiasakan diri. Semoga gak berkurang ya semangat buat "sabar, syukur, ikhlas"nya, Rin.
Huks. Syedih.
-Nisrina Naflah-
19 Januari 2014
Padahal
Yaa Allah, hari ini makin kerasa betenya koas dimajuin. Sebenarnya sih seneng kalo koas dimajuin, bisa cepet lulus, de es te. Tapiiii, GAK BISA IKUTAN KE SOLO BUAT SMC! SMCnya tanggal 14-24 Februari, ya iyalah aku lagi koas tanggal segitu. Mau izin gimana coba? Huks. Sedihnya asli banget loh, 100% sedih.
Sebenarnya aku udah lamaaa bangeeet gak pegang bola basket, hampir 3 tahunan kayaknya. Tapi gak tahu kenapa, aku seneng kalo megang bola basket. Walaupun drible ele banget, shooting jarang banget masuk, rebound keteteran, de es be. Tapi aku suka banget sama basket. Dan tahun ini ketika kupikir ada kesempatan untuk nostalgia sama basket, ternyata terhalang saudara2.
Aku kangen ngasih semangat temen2 yang lagi tanding di lapangan, aku kangen ngasih minum ke mereka waktu break, aku kangen ngasih semangat dan pujian ke mereka waktu tanding, aku kangen teriak2 di lapangan minta bola, aku kangen rebutan bola pas mau rebound, aku kangen pengen pake kostum, aku kangen dengerin arahan dari pelatih waktu tanding, aku kangen diteriakin pelatih waktu tanding, aku kangen diteriakin sama kapten waktu tanding, aku kangen dengan suasana penuh kebersamaan itu. KANGEN BANGET, SERIUS!
Apalagi kalo tandingnya dalam satu jangka waktu, pergi bareng, nginap bareng, cari makan bareng, tanding bareng, menang bareng, pulang bareng. THAT'S SO SWEET!!! Awalnya aku pikir SMC tahun ini bakalan jadi momen nostalgiaku waktu ikutan POPDA dulu, seruuu banget, asliii. Ternyata, koas dimajukan jadwalnya saudara2, 10 Februari! Syediiiiiih banget, gak bisa ikutan mereka SMC. Huks~
Tadi aku masih ikut latihan, walaupun nama aku udah fix dicoret dari tim cewek FK Unlam. Yah, hitung2 refreshing sebelum koas. Basket itu menyenangkan saudara2, sangat menyenangkan, walaupun sekali lagi aku tekankan aku gak jago sama sekalipun. Tapi aku senaaaang. Aku senang lihat mereka game, lihat mereka three point, lihat mereka lay up nyusup2 gitu, lihat mereka gagah banget pas rebound, ahhh keren lihatnya. Apalagi kalo ikutan kan, lihat aja seneng. Huaaa.
Oia, tadi aku ngobrol2 sama Bang Hajri, pelatih tercinta kami, pelatihku sejak SMP. Beliau bilang kalo aku habis DBL 2009 kemaren seakan2 hilang ditelan bumi, terus belakangan ini tiba2 muncul kayak bangkit dari kubur! Hhahaha. Lucu juga istilahnya, ditelan bumi terus bangkit dari kubur, jadi ingat yaumil akhir nanti, semua akan dibangkitkan lagi untuk ditimbang amalan2 semasa di dunia. Eh, kembali ke laptop. Kalo dipikir2 bener juga perkataan Bang Hajri, aku kayak mayat hidup gitu, tiba2 ngongol, terus ikut latihan lagi, dan bisa ditebak betapa jeleknya permainanku sekarang. Shooting susah banget masuk, pas defense bingung, pas nyerang apalagi, hhaha. Tapi gak tahu kenapa, ada kerinduan yg mendalam gitu sama basket (oke, aku akui ini alay dan lebay, hhaha)
Dulu itu memang janjinya DBL itu kali terakhir aku main basket, soalnya sudah diwanti2 sama ortu buat fokus sama sekolah dan harus mengurangi 1 ekskul yang aku ikuti. Sebenarnya aku ini orangnya berprinsip, artinya ketika aku memilih untuk masuk di suatu komunitas, maka aku setidaknya harus memberikan sumbangsihku ke komunitas itu, dan harus bener2 serius di dalamnya. Misalnya, waktu SMA aku ikut pramuka, ya aku harus terpilih jadi regu andalan sekolah, ikut lomba2, ikut jambore, nyumbangin piala dan penghargaan buat sekolah. Sama juga halnya dengan basket, sejelek apapun aku main, tapi aku punya prinsip kalo aku harus bisa memberikan sesuatu untuk basket sekolah. Paskib juga gitu. Aku tipikal orang yang gak mau setengah2, alhasil jadi anak yang aktif banget di 3 ekskul itu. Masuk SMA, ortu ngasih saran ke aku supaya ngurangin 1 ekskul dari 3 ekskul yang bener2 aku minati itu. Pramuka? Udah gak minat lagi sebenarnya, karena ada masalah besar yg bisa dibilang bikin aku down banget di pramuka, tapiiii tahun pertama SMA itu wajib ikut pramuka, otomatis itu gak bisa dimasukkin hitungan. Sebagai gantinya, aku pilih ekskul ROHIS, emang udah niatan dari lulus SMP, mau ikut rohis, memperluas wawasan agama, soalnya waktu itu lagi di puncak2nya kesadaran bahwa Allah itu sayang banget sama aku, hiks. Paskib? Ini apalagi, ada target yang harus aku capai pas SMA, aku pengen jadi PASKIBRAKA, tingkat kota sekalipun gak masalah, maklum aku termasuk hitungan "orang yang pendek dan bantat" kalo di paskibra. Hhaha. Jadi, paskib pun gak bisa dilepas. Dan pilihan akhirnya jatuh ke basket, akhirnya aku vakum basket setelah ikutan tanding basket HUT Smansa dulu sebelumnya.
Syedih sih, tapi gak tau juga kenapa bisa memutuskan untuk bener2 vakum dari basket. Sebenarnya alasannya juga terkait dengan satu momen yang bener2 mengubah diri aku waktu itu, momen yang bisa diibaratkan gini:
"Saat aku terjatuh, bukan terjatuh, tetapi menjatuhkan diri sendiri ke dalam jurang yang dalam, yang di bawahnya sudah menanti batu2 tajam dan serigala. Saat aku tanpa sadar menjatuhkan diri, di tengah tebih jurang, tiba2 aku tersangkut di dahan kecil nan rapuh. Setengah jalan lagi, aku mungkin akan bersimbah darah karena batu2 tajam dan menjadi santapan serigala itu. Tetapi Allah itu Maha Baik, kawan. Tiba2 saja terjuntai tali dari atas jurang, terjuntai dari seberkas cahaya terang dan menyilaukan, membuatku akhirnya menggenggamnya, hingga akhirnya aku ditarik keluar dari jurang itu. Tali cinta dari Allah, menyelamatkanku dari dasar jurang yang gelap itu."
Secara gak langsung, momen itu terkait sama basket. Dan WAKTU ITU (waktu itu loh ya), setiap kali main basket, ya teringat dengan momen itu. Jadi, akhirnya vakum dari basket jadi pilihan utama waktu itu, sekalian melupakan segalanya.
Tapi, yang namanya cinta itu, emang gak bakalan lama, pasti balik lagi. Setelah 1,5 tahun vakum, pertengahan tahun 2009 aku diajakin main lagi di DBL. Waktu itu aku nolak, karena aku sebenarnya pengen teguh gitu sama keputusanku buat vakum basket (aneh kan yaaa), terus pelatih waktu itu ngejanjiin gak bakalan ngajak tanding lagi setelah DBL, ini yang terakhir, kata beliau. Okeh, tapi aku masih nolak, soalnya gak ada temen di tim yang kerudungan. Hingga akhirnya temen2 yang lain ngejanjiin bakalan nyari 1 orang lagi yg kerudungan buat dimasukkin tim. Oke, akhirnya aku main lagi. Pasca DBL, aku bener2 menghilang lagi dari basket. Sampai masuk kuliah di FK, palingan cuman disuruh tanding basket antar prodi pas diesna, terus MBL 2011, udah, habis itu gak ada lagi main, bener2 vakum, hingga akhirnya kerinduan itu muncul lagi. Ikut latihan lagi, ikut seleksi SMC, dan aku pikir ini akan menjadi momen yang sangat menyenangkan. Ternyataaa...
Well, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Toh, ikutan latihan basket aja iu udah lebih dari cukup, bisa mengobati kerinduanku sama basket. Tapi, ya itu tadiiii, gak tahu kenapa nyesek aja gak bisa ikut SMC. Suasana pertandingan, kebersamaan, kekeluargaannya itu loh yang dicari2. Hiks, belum rezeki tampaknya. Tapi kalo dipikir2, kapan ya bisa merasakan momen2 seperti itu lagi. :')
Kebersamaan, satu kata yang terlihat simpel, tapi maknanya daleeeeemmmm banget. Satu kata yang selalu kutulis dalam kolom "Hal yang paling disukai" di biodata2 alay zaman dahulu. Satu kata yang selalu kucari dalam setiap komunitas yang aku masuki. Satu kata yang memiliki berjuta makna, hingga membentuk sebuah keluarga baru yang menyenangkan. Yeah, kebersamaan. Bahkan dalam bait doaku terkait koas, aku selalu memohon sama Allah supaya dikasih kelompok koas yang punya rasa kebersamaan yang super, tak terkalahkan sama duka2 di koas, gitu deh, hhaha.
Kayaknya postingan kali ini bener2 campur aduk ya, dari batalnya ikut SMC, nostalgia ekskul sama sekolah dulu, jadwal koas yang dimajukan, momen bersejarah yang mengubah cara pandang hidupku, indahnya kebersamaan, dan semuanya.
Menulis memang melegakan ya. Sebagai penutup, aku doain semoga tim cowok-cewek FK Unlam bisa jadi juara ya di SMC 2014 ini!!! Harus juara!!! Insya Allah, aamiin.
Mangat! :')
Oh ya, seneng juga bisa ikut latihan basketnya, bisa dapat kenalan2 baru dari berbagai prodi dan angkatan, adik2 yang menyenangkan... :D
Yeeeeaaaaayyy...
-Nisrina Naflah-
18 Januari 2014
Pasca Daurah
Assalamu'alaikum.
Salam sabar, syukur, ikhlas selaluuuuu.
Hey, tadi aku ikutan daurah pernikahan loooh. Harusnya sih tadi itu jadwal lyqa, tapi tiba2 tadi pagi jadwalnya diganti jadi ikutan daurah pernikahan. Mana di sms'nya itu ditulis, "khususnya yang belum menikah." Aku langsung merasa terpanggil, hhaha.
Sayangnya pas tiba di sana, udah kelewat 3 materi. Jadi cuman sempat dengerin materi terakhir tentang apa saja yang harus disiapkan untuk menikah? (hayyoooo, yang ngebet nikah pasti kebelet banget pengen tau, hhaha)
1. Kekuatan ruhiyah
Yaaa, udah tau kan ya.. Up grading keimanan itu wajib kudu harus dijalanin, apalagi buat persiapan nikah. Bagaimana cara menjadi istri yang luar biasa, ibunda yang oke punya. Cara membangun rumah tangga, mendidik anak, menyenangkan hati suami, semuanya memerlukan kekuatan ruhiyah yang super.
2. Kekuatan pikiran
Ustadznya sih merekomendasikan buku Tamannya Orang2 yang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu. Dimana ya beli bukunya? Hhaha. Kata beliau sih, kelar baca buku ini langsung ngebet nikah dan merealisasikannya, gak sekadar ngebet doang. Kekuatan pikiran ini terkait bagaimana kita menyusun rencana2 untuk pernikahan kelak. Kapan mau menikah? Tanggal berapa? Mau membangun keluarga yang bagaimana? Mau punya anak berapa? Kalo aku sih pengen punya anak minimal 4 orang, wkwkwk. Terus pengen nikah kapan? 2015! Hhahaha. Tanggal? Hmm. November-Desember lah ya, habis koas, hhahaha.
3. Kekuatan emosi
Emosi harus stabil, gak boleh cepet marah, cepet ngambek, cepet cemburu buta, cepet frustasi, cepet bla bla bla.
4. Kekuatan fisik Kalo ini terkait dengan kesehatan, harus banyak makan buah+sayur. Penting banget supaya keadaan hormonal dalam tubuh normal dan bisa cepet punya keturunan. Keturunan yang insya Allah akan menjadi generasi Islam yang luar biasa. Alhamdulillaah ya, dulu aku keki banget kalo disuruh makan sayur, sekarang malah nyari2 sayur terus. Akhirnya mamah aku lega, anaknya yang satu ini udah bisa makan sayur seperti waktu bayi dulu (apaan coba).
5. Kekuatan ekonomi
Berbisnis lah, ujar si ustadz. Yaa Rabbi, ini nih yang entah kenapa belum nongol juga di diriku. Sebenarnya aku punya banyak banget ide ataupun rencana mau bisnis kecil2an ini lah, itu lah, tapi gak pernah bisa memulai. Jiwaku emang bukan jiwa bisnis, lah gimana dong. Jadi buat kekuatan ekonomi, aku nyoba nabung sedikit demi sedikit aja lah, semoga ntar jiwa bisnisnya bisa muncul. Pengen punya usaha wedding decoration, butik busana muslimah, agrowisata kebun bunga dan buah, kolam renang khusus akhwat, dan banyak sekaliii lainnya. Huwowwwwwwww.
6. Kekuatan sosial
Harus belajar hidup bermasyarakat, interaksi sosial, dan adaptasi. Menikah itu berarti merperluas hubungan keluarga dengan banyak orang. Mertua, kaka ipar, ade ipar, om ipar, tante ipar, sepupu ipar, ponakan ipar, kakek ipar, nenek ipar, segala macam lah, hhaha. Satu kuncinya, berusahalah untuk selalu mencari PERSAMAAN dalam PERBEDAAN, ihhiyyy..
Well, untuk penutup ada sebuah kisah yang diceritakan oleh sang ustadz, cekidot.
Di suatu negara, ada toko yang jualan suami. Peraturan tokonya: ada 5 lantai, di setiap lantai akan ditawarkan para ikhwan2, tetapi setiap berada di satu lantai, tidak boleh lagi turun ke lantai sebelumnya.
Kemudian ada akhwat yg masuk ke toko itu, di lantai pertama akhwat sdah mau masuk ke sebuah ruangan, ternyata ada tulisan, "Di dalam sini ada ikhwan2 yang gagah, tampan, dan rupawan" Si akhwat berpikir, "Wah pasti di lantai selanjutnya lebih keren lagi."
Naik ke lantai 2, di depan ruangan ada tulisan, "Di dalam sini ada ikhwan2 yang gagah, tampan, rupawan, dan sholeh."
Berpikir hal serupa, si akhwat nyoba naik ke lantai berikutnya lagi.
Di lantai 3, "Di dalam sini ada ikhwan2 yang gagah, tampan, rupawan, sholeh, dan perhatian dgn istri."
Si akhwat semakin yakin kalo di lantai selanjutnya ada ikhwan2 yang jauh lebih keren, ternyata benar.
Di lantai 4, "Di dalam sini ada ikhwan2 yang gagah, tampan, rupawan, sholeh, perhatian dengan istri, dan sayang dengan anak2."
"Ihhhh woooooowwww, pasti di lantai 5 ada ikhwan yang lebih sempurna," pikir si akhwat.
Hingga akhirnya tiba di lantai 5, tetoooooot, maaf anda kurang beruntung, di sini gak ada ikhwan sama sekali, silakan pulang dgn helikopter..
Yah, pelajarannya gak ada ikhwan/akhwat yg sempurna di dunia ini, justru ketika bersatu di tali suci pernikahan itulah yg akan menyempurnakan keduanya. Up grading diri selalu~
Jreng jreng jreng.
Kalimat seorang sahabat setelah daurah ini, "Kita sih gak terlalu perlu motivasi ginian, kita sudah termotivasi banget buat nikah. Yang perlu motivasi ini ikhwan2nya tuh. Kita perlunya motivasi untuk memperbaiki diri aja lagi, ya kan?"
Hahahaha. Bisa jadi bisa jadi bisa jadi.
Kuncinya saat ini: "MEMPERBAIKI DIRI"
Wallaahu a'lam.
-Nisrina Naflah-
9 Januari 2014
Aku Juga Ingin
Salam.. sabar, syukur, ikhlas selalu... belajar belajar belajar...
Hey, postingan kali ini singkat saja..
Tentang sebuah keinginan, salah satu keinginan dari ratusan keinginan yang ada. Kelak, aku ingin menjadi ibunda yang luar biasa seperti mamah yang selalu masak buat suami dan anak2nya, sesibuk apapun beliau. Salah satu hal yang kukagumi dari sekian ribu hal yg kukagumi. Hal sederhana yang sangat berarti, yang membuat abah bilang, "Rin, kita beruntung punya mamah kayak mamah. Abah merasa beruntung dan bersyukur banar sama Allah," beberapa minggu sebelum kepergian beliau.
Yeah, aku juga ingin seperti itu kelak. Menjadi ibunda yang luar biasa.
:)
-Nisrina Naflah-
5 Januari 2014
Muslimah itu Bermacam-macam Karakternya
Tulisan kali ini sengaja dicopas dari dakwatuna.com, membuka pandangan mengenai seorang muslimah. 'Kembali' memastikan jawaban dari pertanyaanku ketika masih menjadi newbie di rohis sekolah, pertanyaan yang cukup dahsyat membuat seorang Nisrina Naflah bingung dengan jati dirinya sendiri. Pertanyaan yang sempat membuat seorang Nisrina Naflah disangka lagi sakit/lagi punya problem dalam 2 hari full. Pertanyaan yang akhirnya terjawab ketika murabbi menyampaikan materi melalui diskusi yang seru dan mencengangkan. Cekidot.
dakwatuna.com - Saya tiba-tiba teringat dengan percakapan bersama adik kelas, laki-laki, waktu di kampus dulu. Tak seperti biasanya, dia yang memulai awal diskusi. Biasanya dia lebih banyak diam mendengarkan. Tampak sekali raut penasaran pada wajahnya.
“Bang, jadi akhwat muslimah berjilbab lebar tu, kalau jalan harus nunduk gitu ya bang? Trus klo disapa gitu ‘cool’ banget. Blum lagi kalau ditanya, jawabnya dikit-dikit, ditanya satu-jawabnya satu,” cerocosnya penasaran memulai diskusi kami.
“Hehehe…nasib ente aje bro, baru ketemu yang begituan. Muslimah itu sama kayak kita-kita ini. Ada yang melankolis, plegmatis, koleris bahkan sanguinis sejati yang bikin ente satu kelas senyam senyum mulu,” terang saya.
“Nah, kebetulan aja,” lanjut saya, “ente baru ketemu dengan para melankolis,”
“Oo, gitu ya bang? Tapi masak sih ada yang beda dari itu. Perasaan sama semua deh,” ujarnya.
“Ente sih, kurang baca sirah (sejarah) nabi dan sahabat. Dari dulu dah ada bro, emang beda-beda gitu, sama kayak kita,” jawab saya
“Dulu itu,” jelas saya mengisahkan, “sudah ada muslimah yang jago bela diri seperti Nusaibah binti Ka’ab yang melindungi Rasulullah ke manapun beliau bergerak dalam perang… mhhmm, koleris banget gak neh? Dan ane pun pernah ketemu dengan yang beginian, karena hobby karate sejak SMP, setiap dia maen volley dan dapat giliran service, tu bola biasanya gak balek lagi, karena sangking kenceng mukulnya… hehe”.
“Baru dengar yang beginian bang…” jawabnya dengan mata membulat (serius dengar atau shock kale ya, wkwk)
“Juga ada yang ketika rapat, klo dah dikasih giliran ngômong, teruusss aja ngomong ngasih pendapat. Hingga lebih dari dua orang bilang ‘cukup…cukup…cukup’, baru berhenti. Itu pun dari awal ngomong suaranya tenor mulu… ckckck… bayangin…tu stamina dari mana coba?” (Hahaha…)
“Atau ente jangan-jangan juga belum pernah dengar ada akhwat muslimah yang pulang mudik sendirian pake motor, lewat pesawangan tengah malam? (soalnya masih single gitu… qiqiqi). Sesungguhnya dia memiliki kepribadian kuat dan pemberani seperti seorang shahabiyah Hani’ binti Abu Thalib.”
“Juga ada yang sanguinis, bawaannya ceria seperti bunda ‘Aisyah RA. Humornya, humor cerdas, tak pernah nyakitin dan merendahkan orang lain, apalagi merendahkan dirinya,”
“Juga ada yang doyan membentak (mungkin juga dengan mata melotot… ini mungkin ya, sebab belum pernah lihat yang sampai melotot… tapi klo membentak ada banyak… hehe), bahkan tertawa terbahak (bukan terbahak-bahak ya) seperti Hafshah Ra…”
“Tentunya, tak ketinggalan yang berkarakter lembut dan keibuan seperti Khadijah RA” terang saya.
“Wahhhh, jadi gak semuanya nunduk dan pemalu gitu ternyata ya bang?” tanyanya dengan wajah berbinar (heran, kok bisa senang gini neh anak? Qiqiqi)
“Ya betul gitu,” jawab saya. “Tapi perlu diingat bro, karakter mereka emang beda-beda, namun memiliki satu kesamaan,”
“Apa tu bang?” tanyanya penuh semangat.
“Apapun karakternya, muslimah yang baik itu, jika kau coba-coba menggodanya, apalagi iseng-iseng menyentuh tangannya… yang pandai bela diri akan langsung pasang kuda-kuda untuk menghantammu bro… atau yang gak pandai bela diri… akan langsung jongkok ambil batu, siap nimpukin kepalamu (reaksi fitrah batu gilingan cabe :p), hahahaha,” tukas saya dengan jenaka.
“Ahh, abang ne ada-ada aja,” jawabnya nyengir.
Ya, begitulah Islam. Islam tak kan menghapus warna-warni nan indah. Ia bahkan memadukannya bersama syariat agar semakin teduh dan sedap di pandang mata.
Saudariku, banggalah jadi muslimah berjilbab syar’i…
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/03/22/29742/saudariku-banggalah-berjilbab-syari/#ixzz2pWUIf356 Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Yeahhhh, karakter manusia memang beda2, dan di situlah letak keindahannya. Siapa bilang muslimah sejati itu harus pendiam, kalem, lemah lembut, dan anggun? Aahhh, kalo aku gitu, ntar bakalan dikira sakit/punya problem lagi kayak kejadian 5 tahun yang lalu, hhaha. Emang yang paling enak itu jadi diri sendiri, tapi harus dalam batasan syar'i. Dan itulah yang sedang kupelajari. Menjadi lebih baik dan lebih baik lagi.
-Nisrina Naflah-