8 Desember 2016

Seharusnya

Seharusnya, minggu ini adalah minggu2 bahagia..
Sekaligus minggu2 mendebarkan..
Dan minggu2 sibuk menyiapkan..

Seharusnya..

Dan gak tau kenapa, hari ini rasanya sedih..

Seharusnya besok bersama..
Nyatanya besok saya jaga IGD puskesmas..

Duh, takdir hidup siapa yang tahu..

Seharusnya..

Kenyataannya..

:')

25 September 2016

Untitled sekian

❤❤❤

23 September 2016

Minimal 4

"Rin, ntar kamu mau punya anak berapa?"

"Hemmm, aku pengen punya anak minimal 4 orang, hhehe.."

"Wuih, banyak juga ya... Kenapa minimal 4?"

"Aku aja 3 bersaudara mamah ngerasa kesepian, aku kuliah-koas di Banjarmasin, Fajar di Malang. Mamah berdua aja sama Adie di rumah. Kata mamah, bersyukur banget udah dikasih 3 orang anak, rasanya sih dulu 3 anak itu udah cukup banyak, ternyata pas udah gede2 3 itu berasa kurang. Jadi aku mikir, aku mau punya anak lebih dari 3, ya minimal 4 lah. Selain itu, aku juga terinspirasi dari novel serial anak mamaknya Tere Liye yang ada 4 buku, menceritakan 4 orang anak dengan keunggulan dan karakter masing2 yang luar biasa. Aku pengeeeeeen banget jadi ibu dari anak2 yang luar biasa."

Perbincangan yang penuh dengan antusiasme seorang Rina yang selalu punya harapan & target masa depan. Kalo ingat target ini, jadi sedih sendiri, membayangkan kondisi sekarang. Walaupun sebenarnya sudah jelas, keyakinan tentang takdir dan janji Allah. Allah yang menggenggam rezeki, Allah pula yang berkuasa membagikannya kepada setiap hamba-Nya.

Semoga selalu berbaik sangka, tawakal, serta ikhtiar sebaik2nya.

Love of my lifeeeeee... Senandung indah ini selalu terngiang, merdu.

:)

-Nisrina Naflah-

11 September 2016

Cobaan itu Selalu Datang Nggak Pernah Pergi

Shabr
Shabr
Shabr

InsyaAllah setelah kesulitan, ada kemudahan..
Di setiap kesulitan, ada kemudahan..

Semoga semuanya baik2 saja..
Semoga harapan itu dapat terus terjaga, hingga akhirnya terasa..
Semoga akan ada "dia" yang selalu berjalan di samping dan menguatkan..

Dan semoga semuanya akan baik2 saja..

-Nisrina Naflah-

10 September 2016

Waktu

Alhamdulillaah, pagi ini masih bisa buka mata, menghirup napas, dan bahagia. Thanks yaa Rabb..

Oke, kali ini entah kenapa pengen cuap2 tentang waktu. Yap, waktu. Sesuatu yang tak berwujud, yang selalu menjadi obat penawar dari setiap kesedihan. Entah itu kehilangan, rasa sakit dan kecewa, semuanya.

Aku pernah baca sebuah buku yg berjudul Genap, isinya sebenarnya tentang curahan hati seorang istri gitu di awal2 kehidupan rumah tangga. Di salah satu bab, diceritakan bahwa sebelum dia akhirnya menikah dengan suaminya yang sekarang, ia pernah berproses dengan seorang laki2 yang mengkhitbah dia, dimana mereka berdua saling mencintai satu sama lain. Di mata si cewek ini, laki2 itu bener2 sosok yang ia harapkan menjadi suaminya, dan ia sangat yakin kala itu. Namun, realita gak sejalan dengan harapan guys, proses yang mereka jalani harus kandas di tengah/bahkan nyaris di ujung jalan persiapan pernikahan. Dan gak usah ditanya lagi, betapa sedihnya si cewek itu. Kehilangan sosok yang, well selama ini udah ia harapkan bisa bersanding dengannya di pelaminan, yg bisa menggenapi kehidupannya. Jujur, dulu pas baca bagian ini aku terkesima dan membayangkan "Gilaaa, gimana rasanya ya udah khitbahan gitu, udah oke, trus tiba2 batal? Sedih bgt pasti ni cewek, mana umurnya udah mateng dan memang udh siap buat nikah. Kasiaaaaan banget." Dan waktu itu, aku lanjutkan kembali membaca. Lagi2 aku terkesima sama sosok peran utama dalam buku ini. Dia bener2 terpuruk, yg awalnya semangat buat melatih diri jadi "IRT" yang luar biasa, jadi gak ada minat gitu. Dalam bab itu diceritakan cewek itu akhirnya sadar dia gak mungkin terus2an melarutkan diri dalam kesedihan gitu, akhirnya dia menetapkan waktu, sampai kapan dia boleh menikmati kesedihannya itu, dan ketika waktunya udah habis, dia akan melawan segalanya untuk MOVE ON dan membuka lembaran baru lagi. MasyaAllah, kebayang gak sih betapa strugglenya dia. Awalnya aku pikir, lebay banget ni cewek, cuman batal nikah gitu doang sedihnya berlarut2. Ya bagus lah dia batal nikah, akhirnya kan dia dapat sosok suami yang sekarang, yang MasyaAllah banget karakter dan personalianya. Iyaaa waktu itu kan aku udah tau ceritanya si cewek setelah kejadian itu, lhaaaa aku gak mikir kalo waktu si cewek itu batal nikah, dia masih gak tau kebahagiaan apa yang menantinya selepas dari kesedihannya itu. Ya wajaaaaar lah sedih, hhaha. Di bab itu diceritain si cewek netapin waktu buat sedih2 kalo gak salah selama 1 bulan, setelah itu dia kembali berusaha menemukan jodohnya yang sejati. Wuiiiih..

Dan emang bener, aku ngerasain apa yang dirasain cewek dalam buku Genap itu. Aku jadi ngerasa lucu sendiri kalo ingat komentarku dulu pas baca bagian itu. Sok2an banget bilangin si cewek itu lebay sedihnya sampai 1 bulan. Ternyata, emang perlu waktu. Lagian ini menyangkut pernikahan guys, bukan hubungan main2 ala anak alay yang gak jelas keseriusannya. Otomatis, sedih banget laaah kalo batal. Dan ternyata memang semua kesedihan perlu penawar berupa waktu. Karena waktu yang akan menyembuhkan, menguatkan, dan yang terpenting waktu yang akan membiasakan.

Simply, kita semua memang perlu waktu guys. Jangan pernah menghujat diri sendiri ketika merasa lemah, berikan ketegasan pada hati, and let's enjoy the scene from Allah. Believe in Allah, believe that Allah always give everything the best for you!

-Nisrina Naflah-

5 September 2016

Sekilas Info Tentang Pembatalan Khitbah

Rangga - Surabaya

Asalamualaikum.
Ustadz, mau tanya seputar penolakan pihak akhwat kepada lamaran seorang ikhwan.

Saya pernah dengar kajian bahwa orang tua (wali) jika sudah didatangi jodoh bagi anak perempuannya yg mana jodoh tsb baik dari agama dan akhlaknya, maka orang tua tsb disuruh menerimanya. Atau kalaupun menolak harus berhubungan dr dua ini (agama dan akhlak).. Saya samar2 jg mendengarnya, tp itu berasal dr hadits klo tidak salah.

*Pertanyaannya* adalah, "Apakah benar begitu ustadz?" Adapun para ikhwan jika ditolak dan  penjelasan alasan ditolakny bukan karena 2 hal tersebut bagaimana ustadz apakah masih bisa diperjuangkan?

Itu klo dr sudut pandang ikhwan ya ustadz. Nah ini ad jg dr sudu pandang akhwatnya (cerita nyata dr teman saya sendiri soalnya). Begini..

Temen akhwat saya dekat dg seorang ikhwan (sebut saja si A). Mereka sudah dekat dan "terlihat" mau berkomitmen untuk segera menikah. Nah, karena takdir Allah, si A ini mendapat kerja di luar pulau nan jauh dr si akhwat ini. Sekitar 2 thnan LDR dan belum "dikhitbah", ada ikhwan lain (si B) yg insya Allah baik agama dan akhlaknya datang mengkhitbah si akhwat. Akhir cerita saat ini mereka pun menikah.
Si A, pada dasarnya baik agama dan akhlaknya (menurut saya) namun sedang berikhtiar menyiapkan maisyah masa depannya. Namun pihak si akhwat menerima si B.

*Pertanyaannya* adalah "Apakah si akhwat tsb boleh menolak si B ketika dtg khibah yg dinanti segera itu? Kalau boleh menolak, apakah karena alasannya adalah si akhwat dan si A sudah saling cocok?
Mohon penjelasannya y ustadz.

Afwan jika panjang.�
Jazakallah khoir katsir

Salam

Jawaban :

Wa'alaikummussalaam warahmatullah wabarakaatuh

Bilal melamar seorang wanita Quraisy (suku terhormat) untuk dinikahkan dengan saudaranya. Ia berkata kepada keluarga wanita Quraisy, “Kalian telah mengetahui keberadaan kami. Dahulu kami adalah para hamba sahaya, lalu kami dimerdekakan Allah. Kami dahulu adalah orang-orang tersesat, lalu kami diberikan hidayah oleh Allah. Kami dulunya fakir, lalu kami dijadikan kaya oleh-Nya. Kini, kami akan melamar wanita Fulanah ini untuk dijodohkan dengan saudaraku. Jika kalian menerimanya, maka alhamdulillah (segala puji bagi Allah). Dan, bila kalian menolak, maka Allahu Akbar (Allah Maha Besar).”

Anggota keluarga wanita itu tampak saling memandang satu dengan yang lainnya. Mereka lalu berkata, “Bilal termasuk orang yang kita kenal kepeloporan, kepahlawanan, dan kedudukannya di sisi Rasulullah n. Maka, nikahkanlah saudaranya dengan putri kita.” Mereka lalu menikahkan saudara Bilal dengan wanita Quraisy tersebut. Usai itu, saudara Bilal berkata kepada Bilal, “Mudah-mudahan Allah l mengampuni. Apa engkau menuturkan kepeloporan dan kepahlawanan kami bersama dengan Rasulullah, sedang engkau tidak menuturkan hal-hal selain itu?”

Bilal menjawab, “Diamlah saudaraku, kamu jujur, dan kejujuran itulah yang menjadikan kamu menikah dengannnya.” (Al Mustathraf, I : 356).

Tidak mudah memang mengambil langkah besar melamar seorang wanita. Di manapun lelaki biasanya merasa deg-degan untuk memulainya. Ada perasaan takut ditolak serta harapan untuk diterima membuat langkah jadi maju-mundur. Tapi, memang harus ada keberanian untuk mencoba agar jelas dan tak mati penasaran dibuatnya. Mungkin, perasaan ini mewakili mayoritas perasaan kaum laki-laki.

Maklum, dalam proses mewujudkan harapan berumah tangga banyak rintangan dan tantangan yang menghadang seseorang. Salah satunya adalah masalah khitbah (melamar calon istri). Banyak pernik-pernik yang menghiasi perjalanan seseorang dalam proses lamarannya.

Namun, tidak selamanya pinangan berujung pada pernikahan. Kadang kala, pinangan harus berhenti sebelum dilangsungkannya ijab qabul, dalam arti tidak selamanya pinangan harus diterima oleh yang pihak yang meminang, atau orang yang meminang mengurunkan niatannya untuk melangkah lebih jauh, yakni pernikahan.

Hukum meminang

Khitbah atau meminang bukanlah syarat sahnya sebuah pernikahan. Seandainya sebuah pernikahan dilaksanakan tanpa khitbah sekalipun, pernikahan tersebut tetap sah. Pada umumnya, khitbah merupakan jalan menuju pernikahan. Menurut jumhur ulama, khitbah itu diperbolehkan, sesuai dengan firman Allah swt, “Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu…” (Al-Baqarah [2] : 235)

Pendapat yang dipercaya oleh para pengikut mazhab Syafi‘i adalah khitbah hukumnya sunnah, sesuai dengan perbuatan Rasulullah n, di mana beliau meminang Aisyah binti Abu Bakar dan Hafshah binti Umar c. Hal ini boleh dilakukan jika pada diri wanita tersebut tidak ada penghalang yang membuatnya tidak boleh dinikahi. Jika ada penghalang, maka khitbah tidak boleh dilakukan.

Dalam kitab Hasyiyah ‘alal Muhalla, Syaikh Syihabuddin Al-Qalyubi berkata, “Sesungguhnya khitbah itu memiliki hukum yang sama dengan hukum pernikahan, yaitu; wajib, sunnah, makruh, haram, ataupun mubah. Sunnah jika pria yang akan meminang termasuk orang yang disunnahkan untuk menikah. Contohnya, orang yang telah memiliki kemampuan untuk menikah, dan ia tidak merasa khawatir dirinya akan terjerumus dalam perzinaan. Makruh, jika pria yang akan meminang termasuk orang yang dimakruhkan baginya untuk menikah. Sebab, hukum sarana itu mengikuti hukum tujuan.

Khitbah yang hukumnya diharamkan menurut ijma‘ adalah mengkhitbah wanita yang sudah menikah, mengkhitbah wanita yang ditalak dengan talak raj‘i sebelum selesai masa iddahnya, sebab statusnya masih sebagai wanita yang telah menikah.

Sedangkan, khitbah juga diharamkan bagi orang yang memiliki empat istri, termasuk khitbah terhadap wanita yang antara dirinya dan istri si peminang diharamkan untuk disatukan sebagai istri, mengkhitbah wanita yang sudah dikhitbah oleh orang lain dan lain-lain yang akan dijelaskan nanti.

Khitbah hukumnya wajib bagi orang yang merasa khawatir akan terjerumus dalam perzinaan jika tidak segera meminang dan menikah. Sedangkan, khitbah hukumnya mubah dan halal jika wanita tersebut dalam kondisi kosong dari pernikahan, serta tidak ada suatu halangan hukum yang menghalangi untuk dilamar.

Membatalkan Pinangan

Perlu dipahami sebelumnya bahwa pinangan itu bukanlah ikatan. Ia hanyalah janji untuk mengikat suatu. Sedangkan janji untuk mengikat suatu itu tidak selalu harus terlaksana, menurut jumhur ulama. Sehingga, sang wali tidak salah bila menarik kembali jawabannya bila ia melihat adanya suatu maslahat bagi wanita yang dipinang.

Wanita yang dipinang itu sendiri tidak ada salahnya bila ia menarik kembali janjinya bila tidak menyukai si peminang. Sebab, nikah merupakan ikatan seumur hidup, di mana kekhawatiran akan terus-menerus ada di dalamnya. Karena itu, wanita yang hendak menikah harus berhati-hati dengan dirinya sendiri dan memperhatikan keberuntungannya.

Akan tetapi, apabila wali atau tunangan menarik kembali janji tersebut tanpa tujuan apa pun, hal itu tidak dibenarkan. Karena itu termasuk pengingkaran janji dan menjilat ludah sendiri. Namun, hukumnya tidak sampai haram, karena sebenarnya itu belum wajib baginya. Ini seperti seseorang yang menawar suatu barang kemudian muncul niat pada dirinya untuk tidak jadi membelinya.

Seorang peminang juga makruh meninggalkan wanita yang telah dilamarnya, bila sang wanita telah cenderung kepadanya, sementara para peminang yang lain telah tertutup jalannya untuk meminangnya, karena ia hanya tertarik kepada si peminang itu.

Atas dasar inilah, hukum membatalkan lamaran sesudah adanya kecenderungan masing-masing pihak itu berbeda-beda, menurut perbedaan penyebabnya :

1. Bila pembatalan tersebut karena tujuan yang benar, maka hal itu tidak makruh.

2. Bila pembatalan tersebut tidak ada sebabnya, maka hal itu makruh, karena itu dapat membuat hati orang lain hancur. Bahkan, pembatalan tersebut bisa sampai ke tingkatan haram, yaitu apabila si wanita telah menaruh kecenderungan kepada si peminang, sementara para peminang yang lain telah tertutup jalannya untuk meminang dirinya, kemudian si peminang itu membatalkan pinangannya. Allah l berfirman, “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (Ash-Shaff [61] : 3).

Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari hadits Abu Hurairah, bahwa Nabi n bersabda:

آيَةُ اْلمُنَافِقِ ثَلاَثٌ، إِذَا حَدَثَ كَذَبَ، وَإِذَا أؤْتُمِنَ خَانَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ

”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berbicara ia berdusta, bila dipercaya ia khianat, dan bila berjanji ia menyelisihi.”

3. Bila pembatalan tersebut disebabkan adanya peminang lain yang datang kepadanya, maka hal ini adalah haram, berdasarkan apa yang telah kita bahas sebelumnya.

Etika Menolak Pinangan

Sebagai agama yang menekankan kasih sayang di tengah-tengah umatnya, Islam memerintahkan agar kita menghargai perasaan orang lain. Tak ketinggalan, dalam masalah pinangan, Islam memberikan suri tauladan yang baik bagaimana kode etik dalam menolak sebuah pinangan, bilamana jalan tersebut adalah pilihan terbaik bagi seseorang.

Dalam Islam, seorang wanita juga boleh menawarkan dirinya sendiri kepada seorang laki-laki shalih agar menikahinya, jika aman dari fitnah. Hal ini pernah terjadi dalam kisah seorang wanita yang menawarkan dirinya kepada Nabi n. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, bab ‘Ardhil Mar‘ati Nafsaha ‘alar Rajulish Shalih, dari hadits Sahl bin Sa‘ad, bahwa ada seorang wanita yang menawarkan dirinya kepada Nabi n. Kemudian ada seseorang yang berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah, nikahkanlah saya dengannya.” “Apa yang kamu miliki (sebagai maharnya)?” tanya beliau. “Saya tidak memiliki apa-apa.” “Pergi dan carilah walaupun hanya cincin yang terbuat dari besi.”

Orang itu pun pergi lalu kembali lagi seraya berkata, “Demi Allah, saya tidak mendapatkan sesuatu walaupun hanya sebuah cincin yang terbuat dari besi. Namun, saya memiliki sarung ini, dan wanita tersebut berhak atas setengah sarung ini.” Sahl menambahkan, “Orang tersebut tidak memiliki pakaian sama sekali (kecuali sarungnya).” Maka Rasulullah bersabda, ‘Apa yang dapat engkau perbuat dengan setengah sarungmu itu, saat engkau memakainya?” Setelah duduk lama, orang itu pun beranjak pergi.

Saat beliau melihatnya, beliau pun memanggilnya—atau dipanggil untuk menghadap beliau–. Beliau bertanya kepadanya, “Apakah engkau memiliki hafalan Al-Quran?” “Saya hafal surat ini dan itu—yaitu beberapa surat–.” Nabi n lalu bersabda, “Aku menjadikan wanita itu sebagai milik (istri) mu dengan mahar hafalan Al-Quran yang ada padamu.”

Demikian pula, seorang wali boleh menawarkan wanita yang perwaliannya ada di tangannya kepada orang-orang yang memiliki kebaikan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Umar bin Khaththab ketika menawarkan putrinya, Hafshah x, kepada Utsman bin Affan, lalu kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq c.

Bukhari telah meriwayatkan dalam hadits no. 5122, kitab An-Nikah, dari Abdullah bin Umar c bahwa ia berkata, “Tatkala Hafshah binti Umar menjadi janda setelah bercerai dengan Khunais bin Hudzafah As-Sahmi—salah seorang sahabat Rasulullah n yang wafat di Madinah–, maka Umar bin Khaththab berkata, ‘Aku mendatangi Utsman bin Affan dan aku tawarkan Hafshah kepadanya. Utsman menjawab, ‘Saya akan mempertimbangkannya.’ Aku menunggu selama beberapa malam. Kemudian ia menemuiku seraya berkata, ‘Saya pikir, pada waktu ini aku belum berminat untuk menikah.’”

Umar melanjutkan, “Aku lalu menemui Abu Bakar Ash-Shiddiq dan berkata, ‘Jika engkau mau, aku akan menikahkanmu dengan Hafshah binti Umar.’ Abu Bakar hanya diam dan tidak memberi jawaban kepadaku. Maka, aku pun tahu bahwa ia akan menjawab sebagaimana jawaban Utsman. Lantas, aku pun berdiam diri selama beberapa malam. Beberapa malam kemudian, Rasulullah n meminang Hafshah, maka aku pun menikahkannya untuk beliau. Setelah itu, Abu Bakar menemuiku seraya berkata, ‘Barangkali engkau marah kepadaku saat engkau menawarkan Hafshah dan aku tidak memberi jawaban kepadamu?’ Aku pun menjawab, ‘Benar.’

Abu Bakar berkata, ‘Tidak ada yang mencegahku untuk memberikan jawaban kepadamu atas sesuatu yang engkau tawarkan kepadaku, melainkan karena aku telah mendengar bahwa Rasulullah n telah menyebut-nyebut namanya (Hafshah). Dan, aku tidak mau membuka rahasia beliau. Seandainya beliau tidak menikahinya, tentu aku akan menerimanya’.”

Dalam Fathul Bari, IX : 178, Al-Hafizh Ibnu Hajar memberikan ulasan hadits ini dengan pernyataannya, “Dalam hadits tersebut terdapat dalil mengenai bolehnya seseorang untuk menawarkan anak perempuannya atau wanita-wanita lain yang menjadi tanggung jawabnya kepada seseorang yang dipercaya kebaikan dan keshalihannya. Sebab, dalam hal ini ada manfaat bagi orang yang ditawarkan dan ia tidak merasa malu dalam hal tersebut.

Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa menawarkan seorang wanita kepada orang yang telah beristri tidak ada salahnya. Sebab, pada saat itu, Abu Bakar pun telah beristri. Bahkan, persoalan semacam ini juga telah berlaku dalam syari‘at umat sebelum kita. Yaitu, Nabi Syu‘aib, orang shalih, yang telah berkata kepada Musa q seperti yang disebutkan dalam al-Quran, “Dia (Syu’aib) berkata, ‘Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun.” (Al-Qashash [28] : 178). Riwayat-riwayat di atas juga menunjukkan dibolehkannya menolak tawaran. Tapi, tentunya harus dengan cara yang baik.

Secara khusus, seorang wanita dibolehkan menolak sebuah pinangan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Seorang janda tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai izin. Seorang gadis tidak boleh dinikahkan sebelum dimintai persetujuan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulallah, bagaimana tanda persetujuan seorang gadis?” Beliau menjawab, “Tanda persetujuannya adalah diamnya.” (HR. Bukhari, Muslim dan selainnya)

Hadits di atas secara jelas menunjukkan bahwa bila seorang laki-laki ingin menikahi seorang wanita, baik janda ataupun gadis, maka harus dengan izin atau persetujuan wanita itu terlebih dahulu. Itu berarti seorang wanita mempunyai hak untuk menerima atau menolak lamaran seseorang. Karena pembatalan juga menunjukkan ketidaksetujuan untuk dinikahi, dan cukuplah hadits di atas sebagai dalilnya.

Ada sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa ada seorang gadis menemui Rasulullah lalu bercerita tentang ayahnya yang menikahkannya dengan laki-laki yang tidak ia sukai. Maka, Rasulullah memberi hak kepadanya untuk memilih.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Dalam riwayat Ahmad dan Nasa’i disebutkan bahwa wanita tersebut, lalu ia berkata, “Aku telah mengizinkan apa yg dilakukan bapakku itu. Hanya saja, aku ingin kaum wanita tahu bahwa seorang ayah itu tidak berhak memaksa anaknya kawin dengan seseorang.”

Dengan demikian, maka membatalkan pinangan itu dibolehkan, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan, dengan tetap melihat kemashlahatan kedua belah pihak. Sehingga, kalaupun pinangan harus pupus di tengah jalan, namun ukhuwah islamiyah tetap terjalan dan tidak sampai tali silaturrahmi terputus. Hal tersebut dapat terwujud bilamana setiap muslim menyadari bahwa permasalahan jodoh adalah salah satu bagian dari takdir dari Allah Ta’ala.

Allahu A'lam

Sumber: KIPRAH ONLINE

4 September 2016

Mainan Masak2an Kue

Alhamdulillaah alhamdulillaah alhamdulillaah.
Nikmat Allah itu luar biasa yak.
Semoga segala sakit yang dirasakan, bisa jadi penghapus dosa2 yang berserakan (saking banyaknya).

Gak banyak cincong, postingan kali ini hanya untuk mengabadikan salah satu mozaik kehidupan yang terlewatkan bersama para acil2 awesome ini (Febri, Krisna, Tiya.red)

Tadi kami bikin kue.. Red velvet mocaf brownies sama strawberry cheese cake.. Seruuu banget.. Penuh eksperimen, DIYan, daaaan hemat segala bahan yang ada manfaatkan, wkwkwk..

Dan beginilah keseruan kita..

NB: pas lagi bikin2 adonan dan lain sebagainya, kita sempat ngobrol2 tentang pandangan laki2 kalo liat perempuan2 lagi ribut masak/bikin kue, kira2 apa ya komentarnya?
"Ah, ni cewek ribet amat, mending beli aja sekalian kuenya."
"Behhh, cewek2 ini kalo bikin kue rempong banget, lama lagi, buang2 waktu."

Dan aku mikirnya, apa ada ya cowok yang gini?
"Wah, kerennya istriku bikin kue, pasti enak."

Wkwkwkwkwk, baper lagi baper lagi..

Hey jodohku, lagi baca postingan ini? Ntar kalo aku lama di dapur atau sok sibuk di dapur, jangan protes yak.. Yaaa minimal dikasih semangat, kalo bisa bantuin sekalian.. Hhahaha..

Thanks for today my acil2 tersayang, Febri, Krisna, dan Tiyaaa!!!

Next time, kue2 asin lagi yah..

-Nisrina Naflah-

29 Agustus 2016

Someone there

Help me, someone there..
Whoever you are..
Help me to go out from this place..
This place where makes me feel "dont have any way to go"..
Stuck..
Confused..
And still focus on something wrong..
Something that brings me into sad feeling..

Hey, someone there..
Please take me out from here..
:'(

-Nisrina Naflah-

Senja by Nazrul Anwar

Senja...

Tolong ajari aku menjadi bermakna. Sebagaimana dirimu slalu bermakna di singkatnya waktumu. Menenangkan, menentramkan. Membuat banyak orang merindukanmu, berharap bertemu denganmu.

#menatahati #nazrulanwar
ㅤㅤ

6 Agustus 2016

Lebih Menyakitkan

Disakiti itu memang menyakitkan..
Tapi lebih menyakitkan lagi ketika kita terpaksa menyakiti seseorang yang sama sekali tidak pantas untuk disakiti..
Seseorang yang tak mungkin kita sakiti, namun terpaksa harus kita sakiti..
Dan ini benar2 menyakitkan, lebih sakit daripada disakiti..
Menghujam hati dengan ribuan panah rasa bersalah..
Mau tidak mau, suka tidak suka..

Tahukah wahai kau yang tersakiti, rasa ini jauh lebih menyakitkan..
Ya, seandainya kau tahu..
Rasa bersalah ini menikamku tanpa ampun, sakit..
Tanpa kutahu apalah yang bisa jadi penawar..
Mungkin maafmu, mungkin relamu, mungkin senyummu, mungkin ikhlasmu..
Atau mungkin, kebahagianmu yang kau dapatkan setelah sakit hati terobati..

Semoga segera terobati..
Agar rasa bersalah ini perlahan berubah..
Menjadi kebahagiaan atas kebahagiaanmu..
Yang hakiki..

Dari hati yang benar2 tersakiti dengan keadaan yg tak kuasa dihindari..
:')

-menjelang 07 Agustus 2016-

Believe

Yeah, thats really really really true...

:')

31 Juli 2016

Mimpi, Harapan, Impian

Ayoook bersyukur, ALHAMDULILLAAH.

Sebenernya bingung juga perbedaan definisi 3 kata yg jadi judul di atas, yang jelas beda lah. Walaupun sebenernya sama. Yaelah, diplomatis banget ya aku.

Well, langsung aja. Kenapa tiba2 aku buka blog dan pengen posting dengan judul 3 kata di atas? Entah kenapa tiba2 ingat memori saat koas di stase anestesi. Dan yang paling menyenangkan adalah ketika tindakan pembiusan pasien yang mau operasi. Entah itu waktu nyuntik obat induksi, face mask, pasang ETT atau LMA, ngatur MAC, iiiih seru seru seru pake banget.

Aku ingat bener kalo lagi jaga, trus ada pasien mau op cito, aku udah semangat aja tuh nyiapin alat intubasi, trus ngerayu2 residen buat diizinin intubasi pasien, syukurnya waktu aku koas di stase anestesi, residennya super duper baik ngajarin, ngasih ilmu, dan kesempatan buat si "ratik wara" ini, Bang Fariiiiz, bravooo bang! (btw jadi keingetan, kira2 Bang Fariz udah kelar gak ya nyusun tesisnya, ckck)

Dan stase anestesi merupakan stase penutup masa koasku yang gado2. Dan aku bener2 ngerasa sayaaaaang pake banget sama anestesi. Suka banget sama ilmunya, suka banget sama tindakannya, suka banget sama suasana kekeluargaan di OKnya, wonderfuuuuul!

Sayangnya stase anestesi di kampus aku gak ada jaga ICU sama IGDnya, cuman di OK doang. Jadi kurang tau gregetnya jaga anestesi di ICU sama IGD gimana, tapi kayaknya seru ya.

Ya intinya, I feel I'm in love with anestesi. Sampai2 di hari terakhir stase anestesi, aku memilih untuk tidur di kamar DM anestesi (kalo ini sih emang ada pengaruh di sisi lain, soalnya kamar DM Anestesi "waktu zaman saya" merupakan kamar DM TERNYAMAN TERENAK TER TER TERBIKIN BETAH selama saya koas, kalo sekarang mah adek2 DM udah pada dapat kamar yg enak2)

Usai koas, sibuk persiapan UKMPPD. Usai UKMPPD, sibuk persiapan Sumpah Dokter. Usai Sumpah Dokter, sibuk cari kerjaan magang sana sini nunggu wahana internship dibuka. Dan selama beberapa bulan terakhir, emang gak pernah melakukan tindakan2 seperti di stase anestesi, alhasil jadi rinduuuuu.

Sp. A atau Sp. An... Dua2nya bener2 mencuri hati aku... Tapi dua2nya juga membuat bimbang aku, bentrok dengan cita2 lain, menjadi istri dan ibu yang luar biasa untuk suami dan anak2 kelak.

Karena sekarang, aku memang bisa bermimpi, berharap, dan menggantungkan impian setinggi2nya.
Namun nanti, pertimbangan2 selalu datang menghampiri.

Let's see, akan dapat jodoh seperti apakah aku nanti?
:)

NB: ini kenapa closingnya tiba2 ke jodoh yak? Aku juga heran -_-

-Nisrina Naflah-

17 Juli 2016

Lubang yang Sama

Hanya keledai yang bodoh, yang akan jatuh ke lubang yang sama.

Pelajaran yang sangat bermakna, teguran yang sangat indah, hikmah yang luar biasa, 9 tahun yang lalu, membentuk satu titik balik, perubahan penuh kesadaran. Betapa Allah mencintaiku.

Bertahun2 menetapkan hati, mencoba menjaga dan bertahan. Tak iri melihat yang lain? Ah, bohong. Rasa ingin, penasaran, dan "baper" itu ada, dan selalu ada. Tapi, harapan akan sebuah kebahagiaan hakiki itu selalu muncul, menguatkan.

Setelah 9 tahun, pertahanan mulai goyah, terbawa arus euforia semu, untaian harapan yang entah akan bermuara kemana, terlupa, dan nyaris jatuh lagi ke lubang yang sama.

Allah mengingatkan lagi, entah bagaimana indahnya teguran-Nya, menyapa melalui episode yang terlihat menyakitkan, namun nyatanya sangat manis, walaupun hikmah-Nya belum terasa.

Hey, aku gak mau jadi keledai bodoh. Cukup di masa koas saja umpatan kasar berupa "kalian lebih bodoh daripada keledai" terlontar ke telinga kami. Selebihnya, jangan sampai.

9 tahun berlalu, hingga waktu terbaik itu tiba, tolong jaga selalu hamba yaa Allah...

-Nisrina Naflah-

24 Juni 2016

Fix You

Semoga sabar syukur ikhlas selalu menghiasi hari demi hari, meskipun harus berkali2 terlupa hingga tersadar.

Malam ini aku lagi2 menghabiskan waktu di RSUD Ulin Banjarmasin. Berbeda dengan tahun2 sebelumnya dimana aku menghabiskan malam bersama pasien2 di bangsal saat masih menjalani pendidikan sebagai dokter muda. Kali ini, aku menghabiskan waktu bersama seorang pasien yang notabenenya adalah wanita yang paling aku sayangi di dunia ini. Yap, ini sudah kali ke-12 aku menghabiskan malam di RSUD Ulin Banjarmasin dengan kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Dengan status aku yang sudah disumpah menjadi seorang dokter.

Bukan. Postingan ini bukan berisi tentang cerita bagaimana dan mengapa aku -sudah kali ke 12- ada di rumah sakit ini. Bukan pula berisi tentang siapa wanita yang paling aku sayangi. Bukan.

Postingan kali ini hanya berisi huruf demi huruf yang terangkai begitu saja, mengikuti syahdunya malam, dengan suasana kamar yang gelap, dan iringan musik instrumen Fix You Coldplay dari Music Lab Collective. Aku terenyuh.

Fix You. Apakah benar kamu? Seberapa yakin aku? Bahagia kah aku dan kamu? Nanti?

Gak nyambung sih sama liriknya Fix You, tapi dengerin instrumennya ini bikin aku mikir. Ya itu, mikir pertanyaan2 itu.

Karena saat kita akan memFIXkan hati kepada satu pilihan, maka sampai kapanpun kita harus bertanggungjawab dengan keputusan itu.

Tegas, sebelum konsisten.
Memutuskan, kemudian menjalani.

Apakah kamu/aku akan menjadi seseorang yang dapat membantu aku/kamu bebas dari keterpurukan masa lalu?
Seperti makna lagu Fix You.

Ya, kamu. Siapapun kamu yang telah ditetapkan Allah akan menjadi pendamping hidupku di dunia dan akhirat, yang namanya telah tertulis dalam kitab kehidupanku di Lauhl Mahfuzh.

* Kamar B502, Aster lt. 5, RSUD Ulin Banjarmasin. Lagi gak puasa. Lagi gak buka puasa. Lagi gak sholat. Lagi gak tarawih. Lagi "sendu"

-Nisrina Naflah-

19 Juni 2016

Onet Antara Mamah dan Abah

Alhamdulillaah Alhamdulillaah Alhamdulillaah..
Tahun ini masih dipanjangkan umur sama Allah, bisa ketemu Ramadhan dan hari ini udah hari ke-14.  Gak kerasa, bentar lagi Ramadhan berakhir.. Masih banyak target2 yang belum direalisasikan sepenuhnya..

Malam ini seseorang mengingatkan aku tentang game pc yang cukup terkenal dulunya, ONET, kayaknya hampir semua orang tahu dan pernah main game ini. Gak ada yang spesial sih dari Onet, gamenya bisa dimainkan semua umur, bahkan bayi pun bisa main game ini (seriusan lo??? Hha). Kita tinggal memicingkan mata mencari gambar yang sama, yg bisa dihubungkan dengan maksimal 3 garis lurus, lakukan itu berulang2 hingga semua kotak habis. Semakin naik levelnya, tantangan semakin berat. Hhaha.

Sebentar, aku ralat lagi pernyataanku di atas. Onet ini game yang SPESIAL BANGET!
Salah satu game favorit mamah sama abah dulu (ya, dulu pas abah masih ada). Game ini diinstall di komputer rumah yang udah "tua", di ruang keluarga. Game yang berhasil menghipnotis mereka udah duduk manis lamaaaa banget di depan komputer, kadang mereka main berdua, saling membantu menunjukkan gambar yang sama, dan ketika salah satu dari mereka kalah, itu artinya tukar kursi ganti pemain, hhaha.

Seneng lihatnya, hal kecil yang menghangatkan mereka berdua. Serius, aku nangis ni. Tiba2 semua terkenang begitu aja. Tawa abah, diiringi seruan mamah yang protes kapan gantian main. Hhaha. Time flies, sekarang gak ada lagi pemandangan itu. Abah udah tenang di sana :')

Selalu ada hal2 manis yang mewarnai hidup, bahagia. Namun terkadang tanpa disadari kita hanya fokus pada hal2 pahit yang melingkupi kita, tanpa mau mengingat hal2 manis yang sudah ada.

Seandainya selalu bersyukur, seandainya selalu qana'ah, pasti manis itu selalu terasa, dan pahit itu? Ah biarkan dia lewat saja.

Sayangnya iman bukan sebuah garis lurus yang terbentuk tanpa ada gelombang sedikit pun, iman adalah gelombang transversal bahkan longitudinal yg fluktuatif kadang ke atas kadang ke bawah, hingga sangat perlu bagi kita untuk selalu memperbaharui niat, memperingatkan hati, dan minta diingatkan oleh orang2 terdekat. Agar selalu ingat, agar selalu sadar, terhadap apa yang diniatkan di awal.

Hey, ini ngomongin Onet kan? Kok endingnya jadi gini ya? Ahahaha. Yaudah lah, yang penting save this memory :)

Semoga mamah-abah menjadi pasangan dunia-akhirat, aamiin...

-Nisrina Naflah-

15 Juni 2016

Sadar

Sekarang bener2 menyadari satu hal...

Bersyukurlah dengan apa yang kamu dapatkan, sekalipun jika kamu memandang apa yang dimiliki orang lain terlihat jauh lebih baik dari apa yang kamu dapatkan....

Qana'ah... Merasa cukup lah...

Karena bisa jadi ketika kamu tidak bersyukur dan melepas nikmat itu begitu saja, ternyata setelah beberapa langkah kemudian kamu tersadar, bahwa nikmat yang "pernah" kamu dapatkan dulu itu benar2 nikmat yang luar biasa dahsyatnya...

Dan sekarang mari bersyukur, jangan lupa qana'ah, rasakan nikmatnya :')

-Nisrina Naflah-

14 Mei 2016

Kutipan Buku Genap

★ AKAD NIKAH ★

Izinkan aku memulai cerita ini dari sepenggal akad yang kamu ucapakan di pelaminan. Bukan karena sebelum itu kita tak punya banyak cerita, tapi karena sebelum itu kita tidak saling bertanggungjawab atas diri kita masing-masing. Kamu bukan tanggungjawabku, begitu sebaliknya. Apalah artinya repot-repot menghabiskan pikiran dan perasaan untuk seseorang, yang sebenarnya orang itu bukan tanggungjawabnya kita. Apalah hebatnya berkorban untuk seseorang, yang sebenarnya orang itu tidak layak atas pengorbanan kita. Bukan berarti tak boleh, hanya saja masih ada yang lebih berhak untuk bersemayam dalam pikiran dan perasaan kita, masih banyak yang lebih layak untuk mendapatkan pengorbanan kita; keluarga kita, orang-orang terdekat kita, orang-orang yang selama ini begitu berarti bagi kehidupan kita, mereka-mereka yang memang menjadi tanggung jawabnya kita. Bukan orang lain yang entah siapalah.

Memang sudah selayaknya seorang perempuan menitikkan air mata, ketika seorang laki-laki mengucapkan akad untuk menggenapinya. Bagaiamana tidak, akad adalah prosesi penyerahan tanggungjawab dari orangtua kepada seorang laki-laki. Ketika seorang perempuan mendengarkan akad yang diucapkan laki-laki yang menggenapinya, saat itu juga tanggungjawab berpindah. Bayangkan, perempuan, makhluk yang selalu butuh kepastian mempercayakan dan menitipkan masa depannya pada seorang laki-laki yang belum begitu lama dikenalnya, menggantikan orangtua yang sudah dari lahir membersamainya. Ada rasa bahagia, sedih, khawatir, yang bercampur-aduk dalam satu waktu, yang sangat cukup menghasilkan zat bernama air mata. Akupun mengalaminya. Dan kamu tahu? Selalu ada perempuan lain yang menitikkan air mata lebih banyak daripada pengantin perempuan dalam seremoni sakral itu; perempuan yang biasa aku panggil dengan sebutan mama.

Aku pikir sederhana saja, ibu manapun akan sedih berpisah dengan anak perempauan yang dilahirkannya, dengan anak yang selama ini membersamainya. Tapi ternyata, masalahnya tidak sesederhana itu. Setidaknya bagi mama. Aku baru mengerti betapa rumitnya hubungan itu, betapa sulitnya melepaskan orang yang kita cintai walaupun itu untuk kebahagiaannya, betapa dibutuhkan keikhlasan tingkat tinggi untuk melepaskan peran yang sudah berpuluh-puluh tahun melekat. Dan aku baru tahu belakangan, betapa seorang ibu membutuhkan kesiapan yang lebih untuk menikahkan anak perempuannya, daripada si anak itu sendiri.

Laki-laki yang menggenap masih bertanggungjawab atas ibunya, bakti utamanya masih tetap ibu. Bahkan di beberapa kasus, seorang laki-laki yang sudah menikah, harus mengambil peran sebagai ayah dalam keluarganya. Sedangkan perempuan, ketika ada laki-laki yang menggenapinya, pada saat akad terucap, perempuan itu menjadi tanggungan suaminya, bakti utamanya berpindah dari orangtua ke suami. Hak dan kewajiban seorang ibu otomatis berkurang banyak, saat anak perempuannya menggenap. Dan itu bukan perasaan yang sederhana. Seorang ibu yang belum siap melepaskan anak perempuannya, terkadang tidak bisa mengendalikin diri untuk tidak terlalu mencampuri urusan rumah tangga anaknya, masih merasa punya hak dan kewajiban yang sama sebelum anak perempuannya menggenap. Hak dan kewajiban yang sebagian sudah otomatis berpindah ke tangan suami melalui akad.

→Kutipan Buku Genap, Nazrul Anwar←

30 April 2016

Save This Memory

Nyampah lagi, entah kapan blog ini berubah jadi blog yang agak sedikit lebih bermanfaat, hhaha...

Beres2 lemari, nemu print2an foto zaman purba. Duh, 2 jagoan sekarang udah gede2, dulu masih unyu2, time flies~

*savethismemory*

Kesabaran

★ KESABARAN ★

Dimana lagi kita harus mencari kesabaran, selain di ruang tunggu yang tak berkesudahan? Tunggu yang selalu mengawali satu-persatu kehendak-Nya tiba, tunggu yang antri bergantian untuk mengantarkan kita dari satu takdir ke takdir yang lainnya, tunggu yang setia menunggu. Disuguhinya kita dengan degup-degup kecemasan, dengan binar-binar harapan, dengan serpihan-serpihan kebingungan, dengan bongkah-bongkah keraguan, dengan serangkaian ketidakpastian, dengan kesedihan serta kegembiraan yang silih berganti. Yang semuanya memang harus disantap dengan penuh keyakinan. Keyakinan, bahwa Dia sudah mempersiapkan yang terbaik untuk setiap episode kehidupan kita. Dan tentu saja sesuatu yang terbaik itu, akan didapatkan dengan usaha terbaik juga, harus dihadapi dengan penyikapan terbaik pula. Karena jika tidak, kita tidak pernah merasa kalau itu adalah yang terbaik bagi kita.

Dimana lagi kita bisa memanen kesabaran, selain di ladang ujian yang tak terperikan? Ujian yang seringkali datang tiba-tiba, ujian yang tak pernah terbayangkan, ujian yang sebenarnya selalu ada dalam kehidupan kita. Diparasitinya kita dengan keluh kesah, dipupukinya kita dengan rasa kecewa, disuburkannya kita dengan rasa bersalah, ditanaminya kita dengan rasa sesal, disiraminya diri kita dengan sifat lemah, digoyahkannya hati kita dengan banyak prasangka. Yang kesemuanya bisa kita lewati dengan baik, jika kita punya akar keyakinan yang kuat. Keyakinan, bahwa Dia tidak akan pernah menguji kita dengan beban yang lebih berat dari kapasitas kekuatan kita. Dan jikapun kita sesekali gagal dalam mengemban ujian tersebut, mungkin itu bukan ujian yang sebenarnya. Tapi hanya salah satu cara-Nya untuk memperkuat kita, agar kita bisa lebih siap lagi untuk menghadapi ujian-ujian yang selanjutnya.  

→Kutipan Buku Menata Hati, Nazrul Anwar←

26 April 2016

Tak Terduga

Pernah gak kalian nyusun planning sedetail mungkin, udah yakin bakalan gitu jalan ceritanya, eh ternyata pas di kenyataan yang terjadi jauuuuuh banget dari yang diplanningkan...

Pun demikian dengan impian yang sudah terangkai indah, berharap ini itu nanti, senyum-senyum sendiri nembayangkan, eh ternyata pas terjalani gak sesuai dari yang diharapkan...

Asumsi-asumsi yang bertebaran dalam angan, lantas tersulam jadi ekspektasi tinggi, eh ternyata hanya pikiran abstrak yang dimimpikan...

Berencana ini...
Punya impian itu...
Berasumsi ini itu...

Ah, tetap saja skenario-Nya yang terindah, walaupun saat menjalaninya mungkin kita belum merasakan keindahannya. Mungkin saat detik kemudian, atau menit kemudian, atau jam? Hari? Bulan? Tahun? Selalu ada kesempatan untuk menelaah semua hikmah yang ada, dan biarkan waktu yang menjawab.

Seperti saat ini, terlalu banyak hal2 yang melenceng dari planning, membuyarkan impian, dan menyadarkan asumsi2 berlebihan...

Tak terduga...

Mungkin Allah ingin menegur, agar lebih ikhlas, agar lebih qana'ah, agar lebih mencintai setiap ketetapan-Nya...

Selamat berbahagia. Terimakasih atas pembelajaran2 yang sangat bermakna. Gak pernah nyangka, akhirnya menjadi seperti ini.

:)

-Nisrina Naflah-

19 April 2016

Bikin Baper!

Tilawah kali ini entah kenapa, membacanya terenyuh sendiri, padahal belum baca terjemahannya.

Gak tau, tiba2 kepikiran apa yg udah diperbuat selama ini di ayat pembuka. Mata panas, berkaca2.
Penasaran, langsung baca terjemahannya, Q.S. Saba': 49-50
Jleb, beneran deh terjemahannya, bikin hati gemeteran.
49 - Katakanlah, "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai, dan tidak (pula) akan mengulangi."
50 - Katakanlah, "Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat untuk diriku sendiri, dan jika aku mendapat petunjuk maka itu disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Dekat."
Jlebbb... sesat untuk diriku sendiri, hingga Allah memberi petunjuk. Ngenaaa, ngenaaa, ngenaaa banget. Allah tu sayang sama kita, sayang banget! Padahal kita udah nerjunin diri sendiri ke jurang kesesatan, Allah tu mau aja nyelamatin kita yah, ngasih kesempatan buat kembali, buat memperbaiki diri. Duh, Rina sayang Allah..

Trus lanjutin lagi tilawahnya.
Dan tiba2 kepikiran "seseorang" di ayat yang bikin gak sanggup lagi nerusin tilawahnya, saking terisaknya.
Lirik ke terjemahannya, ternyata Q.S. Fatir: 11
Yaa Allah, ayat ini!
11 - Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang, dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.
Jlebbb... Lauhul Mahfuz... Skenario kehidupan kita udh tertuang jelas di sana. Ditambah dengan pemahaman yang baik bahwa Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Lantas, masih khawatir? Lahir, rezeki, jodoh, maut, semuaaa udah ada ketetapannya. Jadi, sebenernya hidup ini simpel yah. Jika dia, maka dia. Jika bukan, maka bukan. Sungguh semuanya yang terbaik dari-Nya, jadi jangan takut jangan risau. Yakin saja dengan janji dan ketetapan-Nya.

Gak ada maksud apa2 nulis postingan ini, selain untuk mengabadikan momen Maghrib kali ini. Dengan suasana hati yang campur aduk. Memang Allah lah tempat yang paling tepat untuk mengadu.

Hidup ini seperti gelombang, entah gelombang transversal atau longitudinal. Gak pernah stabil, gak pernah standar. Ada saat dimana kamu merasa sangat bahagia, ada saat dimana kamu merasa sangat terpuruk. Bukankah itu sunnatullah?

Bahagia-jangan lupa bersyukur. Terpuruk-jangan lupa bersabar.

Yakin, yakin, yakin sama Allah.
Allah SELALU dan PASTI SELALU ngasih yang terbaik.
Aamiin yaa Rabb...

-Nisrina Naflah-

18 April 2016

GENAP

Recommended book for you, who want to be a "prepared partner" for your future husband/wife.

It's the nicest one!

Ketika aku dan kamu menjadi kita, GENAP...
by Nazrul Anwar

Bukunya penuh nasihat tanpa kita merasa dinasihati (tiba2 jleb jleb jleb sendiri bacanya, sadar sendiri)
Isinya tentang hal2 yang "manusiawi" banget dirasakan semua orang (dan bawaannya pengen ngangguk2 terus tiap kali baca)
Membuka sudut pandang tentang yang namanya "menggenap bersama orang yang kita tetapkan untuk jadi teman sehidup sesyurga", pernikahan itu gak gampang cuy (yang katanya siap nikah, kalo baca ini bakalan bener2 nyiapin diri dengan segala hal yang mungkin bikin kaget ntar pas udah nikah)

Yaa, yang jelas pas baca ini, aku ngerasa tertikam ribuan busur panah, yang entahlah menyakitkan sekaligus membuat tersenyum geli.
Ah, jangan2 memang semua wanita/pria di dunia begitu ya.

Buku yang sarat akan makna, penuh wejangan tanpa menggurui, penuh sepikan tanpa menyindir, penuh penyadaran dan maniiiiiis sekali.

Gak nyesel aku pesan buku ini di kala kondisi keuangan lagi sekarat2nya, beneran gak rugi.

Semoga bisa menerapkannya sekarang dan nanti.

Yeayyy.

-Nisrina Naflah-

14 April 2016

Mencari Versus Menanti

Saya jarang mencari, lebih suka menanti.
Lebih suka menjadi orang yang selalu ada ketika dicari.
Lebih suka menjadi tempat yang siap sedia untuk disandari.
Saya selalu menahan diri untuk mencari.
Kecuali memang sudah tak kuasa untuk berdiam sendiri.
Sayangnya, ketika orang yang dicari,
Ternyata lebih suka didengarkan daripada mendengarkan curahan hati.
Jadinya, saya malas mencari.
Jadinya, hanya bisa berdiam diri.
Jadinya, hanya bisa menanti.
Menanti untuk dicari.
Dan siap untuk kembali disandari.
Karena saya akan selalu ada untuk kamu yang mencari.

Ataupun jika ingin berbaik hati.
Tolong pahami isyarat hati ini.

Blablabla syalala...

-Nisrina Naflah-

12 April 2016

"Ya Sudah Ay" Tanpa Mengeluh

Alhamdulillah, Allah tu ya Maha Baik banget, selalu nyelipin pelajaran/hikmah dari hal/sisi yang gak terduga. Jadi harus banyak2 latihan memandang segala sesuatunya dengan penuh kesyukuran, penuh kerendahhatian, penuh keikhlasan.

Well, kali ini mau posting tentang judul di atas. "Ya Sudah Ay" tanpa mengeluh. Ini berkaitan juga sih sama pembuka postingan di atas. Sebenernya ini kalimat yang kudapetin dari seseorang pas lagi ngebahas tentang kehidupan pernikahan. Yap, tentunya nanti kalo udah nikah, kita bakalan tau kekurangan2 yang sebelumnya belum terlihat dari pasangan kita. Dan itu bakalan mencetuskan kalimat "Oh, gini kah ternyata..." Dan ujung-ujungnya ketika kita mulai menerima kekurangan itu, timbullah kalimat "Ya sudah ay..." That's the point! MENERIMA KEKURANGAN SATU SAMA LAIN.

Kalo dipikir2 lagi, ketika kita memutuskan untuk menyempurnakan agama kita dgn niat ibadah kepada Allah, itu artinya kita harus bener2 yakin dan ikhlas dengan keputusan tersebut. Bukan hanya dengan keputusan saat itu, tapi juga untuk proses ke depannya. So, ketika dalam kehidupan rumah tangga kita menemukan hal2 yang gak sesuai sama harapan kita, maka yang harus kita lakukan adalah ikhlas. Yap, ikhlas. Ikhlas dan menerima, yakin pilihan Allah itu yang terbaik. Dan mengkomunikasikannya dengan pasangan, untuk sama2 memperbaiki diri.

Jadi, kalimat "ya sudah ay" itu mencerminkan proses penerimaan yang ikhlas dan tulus atas ketetapan Allah yang ada, qana'ah. Lantas, apakah cukup dengan "ya sudah ay"? Hooh, cukup.. jangan ditambah2 dengan keluhan2 yang gak penting. Karena mengeluh, akan menjadikan kita kufur nikmat, sehingga mencoba mencari celah lain untuk menutupi keluhan itu, paham? Syukuri saja, ikhlaskan saja, dan perbaiki bersama. Ya sudah ay'nya boleh ditambah dengan "yuk kita perbaiki bersama."

Sekarang mikirnya gimana caranya ya supaya bisa ikhlas, gak ngeluh, gak gampang kecewa... Latihan! Yap, semua harus dilatih, semua perlu proses, semua harus dibiasakan. Dan niatnya diluruskan, kalo dalam jalannya nanti niatnya bengkok2, ya dilurusin lagi. Karena menjadi baik itu proses, proses sepanjang hayat.

Aku sedang menanamkan kuat2 dalam hati tentang: "ya sudah ay" tanpa mengeluh.
Yap, tanpa mengeluh, tanpa menyesal, tanpa meragukan.

Okey, makasih atas inspirasinya. Makasih atas pemikirannya. Makasih atas renungannya.

-Nisrina Naflah-

8 April 2016

Balada Rumah Sakit, Kantor Capil, dan Supermarket

Alhamdulillaah, syukur yg gak pernah bisa berhenti atas nikmat Allah yang terus mengalir dalam hidup. Ah, Allah emang yang paling cinta sama kita dah. Shalawat untuk nabi Muhammad yg selalu jadi role mode yang penuh kebaikan.

Sebenernya mau posting cerita ini sejak kemaren, tapi entah kenapa dismenorrhe (nyeri haid.red) tiba2 menyerang tanpa ampun, jadi mager+lemes rebahan di kamar aja td malam habis pulang dari dokter keluarga buat ngurus surat rujukan.

Dan pagi ini, saatnya curcooool, hha...

Kemaren itu ada beberapa agenda yang dikerjain. Dari ngurus surat keterangan sehat untuk praktek, trus mau ke capil ngurus e-ktp yang tak kunjung kuterima sejak perekaman data, dan beli "sesuatu" di supermarket.

Jam 10 pagi, aku udah janjian sama temen2 aku buat ngurus surat keterangan sehat untuk praktek di RS Bjb, awalnya pengen ke puskesmas aja sih, tapi dokter ybs lagi pusling ke luar dan dari puskesmas diarahin ke sekre IDI di RS Bjb aja. Nyampe sana, kami digantung kayak jemuran. Ada 1 orang dokter yg sebenernya bisa aja ngasih keterangan di surat yg kami perlukan, tapi beliau gak mau. Katanya harus tes mental dulu (mungkin muka2 kami kayak muka pasien depresi semua kali ya?). Yaudah, kami disuruh nungguin dokter satunya lagi yang masih rapat. Nunggu kira2 1/2 jam, gak ada kepastian kapan dokternya selesai rapat, kami pun melambaikan bendera putih. Kami mau balik ke puskesmas aja, minta sama dokter di sana. Daripada digantung+gak dihiraukan sama sekali. Dan alhamdulillaah, nyampe puskesmas dokternya sudah ada. Ngobrol lah kami basa-basi sana sini. Btw, lebih enakan di puskesmas loh, beneran dihargai, gak diacuhin kayak di RS Bjb. Surat pun kami serahkan ke dokternya (dr.Denny namanya), setelah itu kami sharing2 tentang pengalaman beliau yang sempat ngambil ppds salah satu bagian yang "wow" di UGM sana, tapi mengundurkan diri dengan beberapa alasan yang kalo menurutku sih sangat logis. Hampir 1 jam kita ngobrol2, dan jujur aja aku jadi mikir 2x buat ngambil spesialisasi di bidang itu, dan kalaupun jalannya ada, aku bakalan ngambil di universitas lain aja, kalo perlu di ULM, jadi gak jauh2, hhaha.

Pulang dari puskesmas, aku mampir ke capil. Pertama kali ke capil sekitar 1 tahun yang lalu nanyain tentang e-ktp ku yang tak kunjung tiba. Waktu itu aku cuman dibikinkan KTP sementara dalam bentuk kertas A4 dan katanya aku harus ngisi blanko yang kebetulan waktu itu blankonya lagi habis. Yasudah lah. Yang penting aku udah dapat KTP sementara, soalnya KTPku yang dulu yang bentuknya masih kertas dilaminating itu udh habis masa berlakunya. Terus karena sibuk koas, aku baru sempat balik ke capil sekitar Oktober 2015 yang lalu, dan lagi2 alasannya sama, blanko yang harus kuisi masih belum datang dari pusat, begitu katanya. Yasudah lah. Terus awal tahun 2016, aku nitip Fajar buat ke capil lagi nanyain blanko, dan katanya gak jelas. Yasudah lah. Dan akhirnya kemaren aku ke capil mau nanyain blanko yang harus kuisi, dan inilah percakapannya.

R : Permisi ibu... (sambil senyum manis+intonasi ramah)
I : ... (masih berkutat dengan lembaran kertas di meja beliau)
R : Ibu.. permisi.. (mulai merasa bersalah, takut ganggu, tapi masa mau diem aja)
I : ... (masih diam juga)
R : (aku ikutan diam, kayak patung)
I : Kenapa?! (10 detik kemudian ibunya respon, dengan intonasi yg setengah membentak, duh..)
R : Maaf mengganggu ibu, saya mau ngurus e-ktp saya yang belum saya terima, Bu. Dimana ya saya bisa ngurusnya Bu?
I : Kartu keluarga mana? (masih aja ketus)
R : Hmm, harus bawa KK ya Bu. Saya gak tau.
I : Yaiyalah, gimana saya mau ngecek datanya kalo gak ada kartu keluarga?!
R : Oh maaf Bu. Kemaren saya udah pernah ke sini 2 kali, waktu itu sudah dicekkan datanya, udah terekam di pusat, cuman kartu e-ktpnya aja yang memang belum ada. Jadi kemaren disuruh ngisi blanko, tapi blankonya lagi habis Bu. Saya baru sempat ke sini lagi. Jadi saya kira saya cuma ngambil blankonya aja.
I : Aku bilang mana kartu keluarga?! Gimana saya mau ngecek, saya perlu NIK.
R : Oalah, kemaren udah dicek soalnya Bu
I : Yaiyalah, itu data yang kemaren. Banyak yg berubah datanya.
R : Oh oke Bu, jadi saya harus bawa KK ya Bu? Selain itu saya harus nyiapin persyaratan apa lagi Bu? (masih mencoba mempertahankan intonasi ramah)
I : iya, bawa KK ya nanti (ibunya mulai ramah juga, gak enak kali ya dari tadi ketus mulu)
R : inggih Bu, makasih banyak Bu. Nanti saya balik lagi bawa KK. Maaf mengganggu ya Bu.
I : iya, sama2.. Nanti bawa aja KKnya ke sini.

*lagi dapet*lagi dismenorrhea*dimarahin*padahal cuman nanya*pengen bete*tapi kok masih bisa nahan bete ya*ajaib*tiba2 pengen minum yang seger2*

Dari capil, aku beranjak ke salah satu supermarket langganan kalo mau beli2 sesuatu. Awalnya pengen beli pembalut sama shampoo doang. Nyampe di sana, yang ada di pikiranku adalah "I need a fresh drink!!! Pulpy mango mana pulpy mango???" Aku langsung nyari pulpy mango, minuman yang baru aja sore sebelumnya bikin aku jatuh cinta pada tegukan pertama, hhaha. Habis dapet pulpy mangonya, baru belanja apa yg sebenernya dibutuhkan, sambil nyomot2 beberapa barang di luar dari planning yg mau dibeli. Nyampe kasir, aku di antrian kedua. Di depanku ada ibu2 yang lagi dihitung belanjaannya. Gak berapa lama kemudian, ada ibu2 lagi di belakang aku. Terus dia jalan bilang permisi gitu sama aku, nyelip ke depan. Aku waktu itu husnudzon aja, mungkin dia temennya ibu yang ada di depanku. Tapi kok gak ngobrol2 ya, si ibu langsung naroh belanjaannya ke meja kasir, dan dengan muka innocent nyalip antrian. Subhanallaah, pinter banget si ibu.

MK : belanjaannya ini ya Bu? (sambil ngambil barang2nya dan ngitungin harganya)
I : iya ding..
MK : totalnya 38ribu..
I : (ibunya ngambil uang, ngasih ke mbak kasir, terus komat-kamit kayak lagi ngebaca tulisan yg ada di belakang aku)
MK : knp Bu? Mbaknya ya, harusnya mbaknya duluan td yg antri.
I : Oh gak, saya lagi baca itu, undiannya sampai tgl brp sih? (masih aja innocent, aku senyum aja)
MK : oh iya, sampai blablabla (sambil ngasih kembalian)
I : Oke, makasih lh ding.

Dan kemudian giliran aku. Aku udah bete2 gimana gitu ya, padahal ini hal simpel, tapi kalo lagi dapet terus lagi dismenorrhe itu bawaannya senggol bacok. Aku tetep senyum.

MK : totalnya 47.200 mba.
R : oh ya, ini.. (ngasih uang, sambil mikir mau ngingetin mbaknya pake kalimat apa yaaaa)
MK : ini mba kembaliannya..
R : Maaf ya mba. Masukan aja nih. Lain kali kalo melayani pembeli, dilayaninnya sesuai antrian yaaa... (pake raut muka ramah plus intonasi super bijak)
MK : emmm, iya mba (awalnya mbak kasirnya diem pake mimik rasa bersalah, terus baru bilang gitu)
R : makasiiiih (lagi2 senyum manis rupawan, hhaha)

*lagi dapet*lagi dismenorrhea*antria  diselip*padahal belanjaanku cuman 4 item*pengen bete*tapi kok masih bisa nahan bete ya*ajaib*tiba2 pengen minum pulpy mango*

Yappp, dari pagi di RS Bjb, trus di capil, sampai ke supermarket bawaannya pengen bete mulu. Bener2 hari pertama dapet itu bikin bad mood. Dan sebenernya itu bukan alasan untuk membenarkan kita jadi bete/marah2 sih. Malah seharusnya jadi sarana buat latihan nahan amarah. Susah deng, kudu dilatih terus. Yang jelas, kemaren itu panasnya cuaca gak ngalahin panasnya hati diacuhin, dimarahin, dan diselip antrian. Hhahaha. Untung masih bisa senyum yeee. Pelajaran buat aku pribadi sih.
1. Gimana pun keadaannya, harus tetep senyum.
2. Jangan pernah memandang orang lain dgn sebelah mata, hargai semuanya, ramah lh dengan semuanya, bantu en tolong kalo orang lain lagi perlu.
3. Sesibuk apapun kita, kalo ada orang lain yang nanya, harus tetep ramah (nah ini nih yang susaaaah, sering pas koas, lagi sibuk2nya atau capek2nya trus ditanyain pasien/keluarganya, aku jawabnya singkat2, hhaha. Ternyata gitunya rasanya diketusin, padahal cuman nanya doang. Nanyanya baik2 pula)
4. Budayakan ANTRI sodara2, dan jangan pasang muka innocent di saat kamu melakukan kesalahan. Itu lebih nyebelin ketimbang kamu ngaku salah terus minta maaf. Ckckckck.

Baiklah, curcol selesai. Saatnya kembali ke rutinitas awal.

Semoga keberkahan selalu menyertai hidup kita semua, dunia-akhirat. Aamiin yaa Rabb..

-Nisrina Naflah-

30 Maret 2016

Hanya Makmum

"Kebahagiaan hanya makmum di belakang keduanya, ibadah dan berkah."

"Istikharah dan musyawarah."

Dua kalimat yang sangat penting untuk digarisbawahi dari video ust. Salim A. Fillah yang ditonton pagi ini...

-Nisrina Naflah-

20 Maret 2016

Kumat Lagi, Rin?

Penyakit ini kayaknya bener2 residif.
Dia bakalan nyerang lagi di saat keadaan iman lagi lemah.
Lemah selemahnya.
Dan kayaknya si Rina emang susah banget ngelawannya.
Jadinya kambuh lagi, kambuh lagi, dan lagi.
Punya tameng, tapi sering dilupakan, gak dipake.
Punya baju pelindung, tapi sering diacuhkan, gak digunain.
Yaa Allah, bener2 dalam kondisi lemah selemah-lemahnya.
Harusnya tahu, harusnya kuat, harusnya gak dibiarin kumat.
Sayangnya, upaya preventifnya bener2 lemah.
Gak diaplikasikan dengan baik dan benar.
Jadi, pas si virusnya nyerang dan bikin penyakit, ya langsung kumat jadinya.
Padahal setiap manusia udah punya sistem imunnya masing2.
Dan harusnya bisa ngelawan.
Tapi, ah lemahnya si Rina.
Lemah, lemah, lemah.
Yuk, kembali dan sembari diingat2 lagi.
Niat awal dan tujuan awal.

Ayolaaaah Rin!!! :(

-Nisrina Naflah-

19 Maret 2016

Keyakinan

Keyakinan itu letaknya di hati, datangnya dari Allah Maha Tinggi, dan gak bisa dipungkiri.
Sejauh apapun ketidaksesuaian dengan harapan, ketika keyakinan datang, hanya mantap yang terucapkan.
Dan tentunya ikhlas yang senantiasa mengiringi.
Bahkan mungkin mengawali, sebelum keyakinan itu datang dalam hati.

Ikhlas...

-Nisrina Naflah-

7 Maret 2016

Renungan

Pembuka acara pengajian Vina..
Nyentuh hati banget, bikin terharu...

3 Maret 2016

J-O-D-O-H

Seperti tertampar ribuan kali.
Tepat sasaran.
Dan pas sekali waktunya.
Notification line berbunyi usai doa yang dihaturkan.
Kubuka kunci layar.
Ternyata line dari kak Hajjah-murobbiyah baruku.

***

TENTANG JODOH

Kalau dia benar mencintaimu, dia takkan mengkhianatimu.
Kalau dia benar menyayangimu, dia rela berpisah demi kebaikanmu.
Kalau dia benar setia padamu, ia takkan menduakanmu.

Karena masalah jodoh, bukan masalah seberapa tampan atau cantik dirinya.
Bukan seberapa kaya dan terkenal dirinya,
Atau seberapa dekat kau dengannya.

Tapi jodoh adalah masalah kecocokan jiwa.
Dan kesiapan untuk hidup bersama dalam suka dan duka.
Menerima kelebihannya, juga memaklumi kekurangannya.

Bukan titik yang menciptakan tinta. Tapi tintalah yang menyebabkan titik. Bukan cinta yang membuat jadi cantik, tapi karena cintalah ia terlihat cantik.

Moga, yang sedang dalam penantian diberikan keistiqomahan dan sikap positif. Sehingga jika tiba saatnya, moga Allah berikan dia yang akan setia menjadi pendamping hidupmu. Aamiin

***

Kalau dia, kalau dia, kalau dia...
Ini tentang kecocokan jiwa dan kesiapan untuk hidup bersama...
Ya, seperti kalimat yang sering sekali terlontar dari bibir mamah.
"Yang paling penting adalah, keduanya ikhlas..."

Entahlah, semua masih sangat semu, tak bisa ditebak, apalagi dipastikan.

-Nisrina Naflah-

2 Maret 2016

Kenapa Harus Kami?

Kenapa harus kami?

Sebuah pertanyaan yang seringkali muncul begitu saja, setelah abah dipanggil-Nya mendahului kami.
Aku, yg udah bertahun2 ikut liqo sekalipun, masih saja melewati tahap denial seolah tidak menerima kenyataan.
Aku sangat paham dan mengerti bahwa segalanya yang ada di dunia ini sejatinya milik Allah, dan kapanpun Allah ingin mengambilnya kembali, kita bisa apa? Bahkan kita sendiri pun adalah milik-Nya. Kapan saja kematian dapat menghampiri. Mau tidak mau. Suka tidak suka. Karena sejatinya kita semua milik Allah,
Masih terekam jelas di memori, saat mendengar kabar "Abah sudah kdd, Nak." Waktu itu aku masih berada di Liang Anggang, dalam mobil Muza yang mengantarku ke Banjarbaru setelah aku mendadak dapat telepon usai tutorial-skill lab, bahwa abah masuk IGD dan aku harus segera pulang ke Banjarbaru.
Aku yang sudah kalut sejak mendapat telepon, terus saja berdzikir, memintakan ampun atas abah, entah doa2 apa saja yang kulantunkan pelan namun dalam dan penuh cemas. Otakku juga selalu mengingatkan bahwa kematian adalah hal yang pasti dan kita nggak tahu kapan itu terjadi. Aku mencoba membuang pikiran itu jauh2, tapi tetap saja aku diingatkan oleh hatiku sendiri bahwa kematian itu adalah sesuatu yang pasti.
Hingga sampai pada kalimat yang dilontarkan acil di balik telepon itu, ketika sebelumnya aku marah berontak dan memohon dengan keras, "ABAH KAYAPA CIL? MAMAH MANA? KENAPA MAMAH KADA NELPON RINA? ABAH DIMANA? KISAHI PANG RINA. KENAPA BEDIAM AJA? ABAH KENAPA? KENAPA RINA HARUS LANGSUNG KE RUMAH? RINA HANDAK MELIHAT ABAH, RINA HANDAK KE IGD DULU! ABAH KADA PAPA LO CIL?" Aku terisak, sesak. Muza & Lili terdiam, wajahnya pucat pasi, bingung mau menenangkan, kelu.
Dan akhirnya, aku menerima jawaban yang memastikan bahwa kematian adalah hal yang pasti dan kita nggak tahu kapan itu terjadi. Kita semua milik-Nya. "Abah sudah kdd, Nak." Aku lunglai, tangisku luruh, beberapa detik awal aku mencoba menghibur diri, mungkin dokter salah menilai, mungkin abah bangun lagi. Hanya beberapa detik, kemudian aku sadar, aku beristighfar tanpa henti, menyesal tak sempat bersimpuh memohon ampun sama abah di waktu-waktu terakhir, meratapi aku yang belum bisa membanggakan beliau, memohonkan ampun atas segala dosanya. "Yaa Allah, hamba mohon yaa Allah, ampuni abah, ampuni segala dosa abah, ringankan lah yaa Allah." Kuulang berkali2, otakku sambil berpikir, mencoba mencari2 hikmah dari ujian ini. Ya, Allah mengambil abah duluan supaya blabla, oh ya supaya blabla juga, dan blabla. Hingga akhirnya, satu kalimat itu muncul, "Tapi Yaa Allah, kenapa harus kami? Kenapa harus kami? Aku masih kuliah, Fajar masih SMA, Adie masih SMP. Kenapa harus kami?" Sisi hatiku yang lain mencoba melawan, "Rin, semua ada hikmahnya. Sungguh, pasti banyak sekali hikmah2 yang berceceran dari kejadian ini. Ingat Rin, kematian itu adalah hal yang pasti."
Hingga sampai ke persimpangan dekat rumah, tangisku meledak kembali, sebuah tanda pasti, bendera hijau yang terpasang di depan pagar rumahku dan rombongan orang2 yang datang. Ya Rin, abah sudah berpulang pada-Nya. Aku lunglai lagi. Aku turun dari mobil, disambut para tamu yang melayat, mereka merangkulku yg berjalan gemetar. Hingga tanda pasti kedua yang kulihat di dalam rumah, sebuah jenazah yang tertutup kain coklat, terbujur kaku menghadap kiblat. Di sampingnya ada Fajar yang membaca yasin, dan Adie yang terisak dengan buku yasin di tangannya. Yaa Rabb, sungguh kuatkan hamba. Kupeluk abah, tanpa sadar airmata terus saja mengalir, aku bahkan lupa, sama sekali lupa, bahwa tak baik menangisi mereka yang telah meninggal. Aku bisikkan kalimat mohon ampun, Rina minta ampun Bah, Rina minta ampun, minta ampun, minta ampun. Lagi2, tamu2 yang melayat, entah siapa saja, memelukku dan membisikkan, "Rin, jangan menangis di depan abah. Kada boleh lah. Sabar Rin." Aku mundur, kusapu airmata, kemudian teringat mamah. "Mamah mana? Mamah mana?" Aku langsung berdiri, dan masuk ke ruang tengah, mencari mamah. Ah, mamah di kamar sedang mencari keperluan untuk memandikan abah. Coba lihat, wajahnya lelah, lelah sekali, namun sangat tegar, dan satu hal yang aku tangkap, "ikhlas". Wajah dan senyum yang sangat ikhlas. Tangisku pecah lagi, kudekap mamah erat, kuat, dan pelukan mamah hangat sekali. "Mamah, kenapa abah pulang duluan? Rina masih belum jadi apa2 mah, Rina belum membanggakan abah, kenapa abah pulang duluan?" Sebuah pertanyaan yang benar2 retoris, dan aku pun sebenarnya tahu jawabannya. Mamah mengeratkan dekapannya, tersenyum dan berbisik, "Nak, coba dengarkan mamah. Abah, mamah, Rina, Fajar, Adie, kita semua, sejatinya milik Allah. Diri kita ini haknya Allah. Pemilik sejati kita itu Allah. Jadi kapanpun Allah mau mengambil kita kembali, maka kembalilah kita. Bukan cuma abah Nak. Kita semua juga menunggu dipanggil, menunggu saatnya. Jadi, harus ikhlas ya Nak. InsyaAllah mamah kuat. Anak2 mamah semuanya kuat. Kita kuat, karena Allah yang Maha Kuat pasti selalu menguatkan. Ikhlas ya Nak."

Ah, memori itu terlalu nyata dan jelas, terekam dalam setiap detik. Hingga detik berlalu, jam, hari, minggu, bulan, dan tahun. Walaupun terkadang pertanyaan "kenapa harus kami?" muncul dengan sendirinya, terutama di saat2 berat.

"Kenapa harus kami?"
Sebuah pertanyaan kurang ajar, penuh kekufuran nikmat, dan entahlah kenapa kadang2 terselip, terutama di saat cobaan datang silih berganti.

"Kenapa harus kami?'
Pertanyaan yang terpatahkan begitu saja, saat kau renungi jauh lebih dalam, melihat ke bawah, dan ternyata, masih banyak cobaan yang jauh lebih berat yang dialami mereka di luar sana.

Wahai Rabb yang Maha Kuat, kuatkanlah hamba2-Mu yang sangat lemah dan hina ini.

-Nisrina Naflah-

1 Maret 2016

H.I.D.U.P

Di setiap langkah hidup itu selalu diiringi cobaan.
Cobaan satu datang, dihadapi, menerima, dan berlalu. Lantas cobaan selanjutnya menghampiri lagi.
Gak akan pernah berhenti.
Karena pada dasarnya seperti itu lah hidup.
Allah uji dan uji lagi.
Sejauh mana hamba-Nya bisa sabar, ikhlas, dan menjalani.
Dan Allah pun seadil-adilnya Maha Adil.
Dia takkan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya.
Dan aku-kami- percaya itu.

Hidup, adalah rangkaian peristiwa, yang telah digariskan oleh-Nya, jauh sebelumnya kita terlahir di dunia.

Jadi.

Hadapi saja, walau kadang terasa berat di awal.

:')

-Nisrina Naflah-

29 Februari 2016

Pertanyaan Sekaligus Pernyataan

"Memangnya ada yang ditunggu? Berharap yang lain? Kalau gak ada, ya sudah Nak, yakin aja."

Pertanyaan mamah yang sekaligus menjadi pernyataan.
Membuat terdiam, kemudian mengangguk.
Untung saja, aku punya mamah.
Mengerti, memahami, dan meyakinkan.
Dan selalu mempercayakan segala pilihan.

"Karena mamah yakin, Rina sudah dewasa, sudah bisa menentukan mana yang baik untuk Rina."

Perbincangan seperti ini sudah pernah terjadi beberapa kali sebelumnya.
Dengan situasi hati yang berbeda, dengan keyakinan yang tak sama.
Dan sekarang, semua mengalir begitu saja.
Teryakinkan.

"Mamah selalu bahagia dengan segala hal yang bisa membuat Rina bahagia. Rina bahagia, mamah jauh lebih bahagia."

Semoga, harapan ini menjadi doa yang terijabah oleh-Nya.

-Nisrina Naflah-

27 Februari 2016

Susahnya Orang Ekstrovert

Susahnya jadi orang ekstrovert tu ya gini.
Harus menumpahkan segalanya yg ada dalam pikiran/hati.
Harus comel comel dengan mamah, adek2, atau sahabat terdekat.
Harus cerita, ngeluarin uneg2, biar lega.
Dan kali ini, aku mau teriaaaaaaaak sekencang2nyaaaaaaaa!
Yaa Rabb Yaa Rabb Yaa Rabb, legaaa!
Setelah berhari2 gaduh gelisah, gak karuan, dan mikir macem2, akhirnya terlewati juga.
And now, it's time for fighting! OSCEEE NASIONAL!
Semoga sukses, lancar, lulus, dan BERKAH, aamiin yaa Rabb...

"Asalkan keduanya saling ikhlas, 99 pintu rezeki akan terbuka, dan kebahagiaan akan mengiringi."
(Mamah-27 Februari 2016)

-Nisrina Naflah-

26 Februari 2016

Bukan Tanggung Jawab, tapi Kebahagiaan

Alhamdulillaah alhamdulillaah alhamdulillaah,
Hey, terlalu banyak nikmat Allah yang patut disyukuri, di balik dari keluh kesah yang aduhai gak penting banget dikeluhin (curcol, akhir2 ini sering banget ngeluh sama jerawat yang betah banget di muka, gak ilang2, bikin badmood, dan sebel, hhaha)

Menjelang 2 kejadian "langka" yang bakalan kuhadapi besok (ini lebih tepatnya bikin gugup setengah hidup) dan hari Senin nanti (Senin mau ujian osce nasional, doain doain doain), aku mau nyempatin nulis tentang perbincanganku tadi pagi sama salah satu temen unik bergolongan darah AB yang geniusnya keterlaluan (baca: Hendy).

Semua berawal dari perbincangan tentang materi pelajaran yang kami diskusikan bersama. Sampai akhirnya, tiba2 dia kambuh (hhaha) dan mengomentari penampilan temen kami yang modis, "Coba lihat Rin, dokter spesialis THT banget stylenya." Aku spontan ngangguk2 bilang iya, terus ketawa. Trus aku nanya, "Lha, kalo aku mirip spesialis apa Hend?" Dia spontan nyebut salah satu nama dokter spesialis Penyakit Dalam yang stylenya super sederhana dan simpel. Aku langsung ngakak, trus nyeletuk "Yaelah, aku gak sering2 banget juga pake kerudung langsungan kayak beliau, itu kalo kepepet aja gak sempat kerudungan."

Ya, kami sedang membicarakan seorang dokter spesialis, perempuan, yang punya penampilan amat sederhana, tanpa dandan berlebihan, seadanya, dengan gerakan yang cepat dan gesit, selalu mengantar anak2nya sekolah, dan kemungkinan besar selalu menyempatkan masak di rumah buat keluarganya. "Itu baru wanita hebat!" kata Hendy. Glekkk.

"Sebenarnya hidup itu pilihan, Rin. Kamu mau jadi spesialis, bahkan sampai profesor pun, semua itu pilihan. Sejauh mana km mau berusaha untuk mewujudkannya dan mengorbankan apa yang ada."

"Iya, setuju. Karena nanti, kita bukan hanya mempertimbangkan perwujudan mimpi2 kita hanya dengan pikiran tentang hidup kita, tapi dengan segala amanah yang bakalan ada nanti, sebagai tanggungjawab tambahan. Tanggungjawab sebagai istri, sebagai ibu, dll."

"Gak, Rin. Aku gak setuju kalo itu disebut dengan tanggung jawab. Aku lebih suka menyebutnya sebagai KEBAHAGIAAN. Karena menjadi suami atau ayah, itu adalah kebahagiaan."

Jlebbb. Krik krik krik. Dumdumdum. Tiba2 tsunami, gempa, gunung meletus. Yaa Rabb!!! Si genius lagi ngomong berat cuuuuy, berat banget tapi sekaligus benerrrr banget, ngenaaaaa, nancep, dalem, passs kena di hati, hhaha.

"Yaa ampuuun, bener juga ya. Daripada menganggap itu tanggung jawab dan membebani, lebih baik dianggap sebagai kebahagian, biar semakin ikhlas menjalaninya. Yap, menjadi istri dan ibu itu adalah kebahagiaan, yang sayang banget buat dikorbankan untuk kebahagiaan lain yang entah sejati atau tidak. Kumat lagi lah km Hend, omongan beraaat, hhaha."

Yap, lagi2 hari ini dapat pelajaran baru. Tentang kehidupan nanti, bahwa tanggung jawab baru dan amanah super dari Allah itu bisa kita jadikan sebagai kebahagiaan, yang bisa bikin kita ikhlas dan lapang menjalaninya. Sekalipun harus mengorbankan mimpi2 atas ego yang tinggi. Mengorbankan harapan atas pencapaian dan penghargaan di mata manusia lain. Kebahagiaan hakiki, mengemban amanah mulia dari-Nya.

Yap. Tantangan ke depan gak main2 cuy. You must be stronger and maturer than before.
Semoga segera dipertemukan dan disatukan sama jodoh yang ditetapkan Allah, yang terbaik, dengan cara yang terbaik, di waktu yang terbaik. Aamiin yaa Rabb.

-Nisrina Naflah-

23 Februari 2016

Vitamin A

(copas dari grup line, mungkin ntar kalo udah punya suami bisa nunjukin ini, jadi diposting di blog dulu, yeah!)

Repost
Selamat Menikmati AWAL Pekan ...

VITAMIN A UNTUK ANAK KITA

Narasumber: Elly Risman, Psi.
(Direktur dan Psikolog Yayasan Kita dan Buah Hati)

Tantangan zaman yang luar biasa berat bagi anak-anak kita saat ini membutuhkan Vitamin A (Ayah) yang memiliki peranan sangat penting dalam proses tumbuh kembang anak.

Ayah…
Engkaulah nahkoda, penentu Garis Besar Haluan Keluarga, engkau yang menentukan kemana keluarga kita akan kau bawa.

Engkau bukan hanya pencari rizki yang penuh berkah, yang menyediakan makanan lezat dan pakaian yang hangat, serta rumah dan isinya yang tak mudah berkarat, bagi kami kau adalah pembimbing anak dan istri yang hebat.

Ayah...
Engkau adalah pembuat kebijakan dan peraturan, engkau pula yang menentukan standar keberhasilan.

Ayah..
Engkau senantiasa melakukan pemantauan dan perawatan terhadap kami dan harta benda yang kau titipkan.

Ayah..
Luangkan waktumu lebih banyak lagi ya. Obrolan sederhana yang kau bangun dengan anak kita, membuat ia menjadi anak yang:
- Tumbuh menjadi orang dewasa yang suka menghibur.
- Punya harga diri yang tinggi.
- Prestasi akademis di atas rata-rata, dan
- Lebih pandai bergaul.

Ayah lain yang kurang ngobrol dan bercengkrama dengan anak, ternyata menyebabkan anak perempuannya:
- Cenderung mudah jatuh cinta dan mencari penerimaan dari laki-laki lain.
- 7-8 kali lebih mungkin memiliki anak diluar pernikahan.
- Cenderung suka lelaki yang jauh lebih tua, dan
- Cenderung lebih mudah bercerai.

Ternyata hal ini berlaku pada anak perempuan dari latar belakang sosial ekonomi apapun.

Sedangkan anak laki-laki yang jarang diajak ngobrol oleh ayahnya:
- Lebih beresiko terlibat pornografi, narkoba, dan tindak kriminal.
- Cenderung lebih cepat puber di usia yang lebih muda.
- Cenderung join a gang, dan
- Cenderung menemui kesulitan mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan di masa dewasa.

Ciri anak yang kekurangan vitamin A adalah lebih rentan terhadap peer pressure.

Ayah…
Ingat yuk peran kita sebagai orangtua; anak itu AMANAH; kita mendapatkan tugas dari Allah untuk mengasuh dan membesarkan anak dengan baik dan benar. Sebab itu butuh perjuangan (pikir, rasa, jiwa, tenaga, waktu dan biaya).

Ayah…
Yuk pimpin keluarga dengan membuat Visi Pengasuhan bersama Ibu. Visi membuat Ayah dan Ibu lebih mudah mengayuh bahtera keluarga bersama-sama.

Keluarga Nabi Ibrahim (QS Ibrahim: 35-37) mempunyai misi:
- Penyelamatan aqidah.
- Pembiasaan ibadah.
- Pembentukan akhakul karimah dan
- Pengajaran lifeskill (entrepreneur).

Sedangkan Visi Keluarga Imran (QS Ali Imran: 35), yakni menciptakan hamba Allah yang taat.

Ayah…
Mari kita terus perbaiki pola pengasuhan selama ini. Anak kita perlu mendapat validasi dari kita agar ia tidak perlu mencari dari orang lain. Ia membutuhkan 3P:
- Penerimaan.
- Penghargaan, dan
- Pujian.

Ayah..
Mari kita bedakan pola pengasuhan anak laki-laki dan perempuan kita, sebab:
- Otak mereka berbeda.
- Tugas dan tanggung jawab mereka kelak dewasa juga berbeda.
Sehingga, tujuan pengasuhannya pun berbeda. Anak laki-laki kita kelak mengemban tanggungjawab yang lebih besar daripada anak perempuan kita. Selain menjadi hamba yang bertakwa dan berperan di masyarakat, anak laki-laki kita kelak akan menadi pendidik dan pengayom keluarga.

Ayah…
Penting sekali vitamin A bagi anak; bukan hanya meluangkan ‘waktu lebih’, tapi kuantitas dan kualitas berjalan seimbang. Tidak hanya terlibat secara fisik, tapi melakukan authoritative parenting (kasih sayang tinggi – tuntutan tinggi, yakni orangtua memberikan dorongan, dukungan, perhatian dan menawarkan perhatian tanpa kekerasan).

Ayah…
Biasakan tanya perasaan anak kita setiap hari ya, itu berarti kau sedang membangun kekuatan emosi dan kedekatan batin dengan mereka. Ingat PERASAAN ya Yah...!

Biarkan dirimu menjadi tempat curhat anak-anakmu, tempat mereka meluapkan perasaannya. Kalian bisa ngobrol tentang apa saja, tentang hal-hal yang pribadi, tentang hal yang menyenangkan, tentang kesulitan yang dialami, tentang hal yang yang dianggap tabu dan menjadi tantangan anak zaman sekarang.

Ayah…
Berikan pondasi bagi anak-anakmu agar kelak mereka kuat dan mampu berdiri sendiri dengan arif dan disayangi banyak orang.

Ayah..
Peranmu tak tergantikan untuk membantu Ibu membesarkan anak yang sehat dan bahagia, yang nantinya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat dan kestabilan Negara.

Pesan Rasul tercinta, manusia yang baik adalah mereka yang paling baik kepada KELUARGAnya.

Save our children
Yuuuuk dibagikan kepada para ayah❤

17 Februari 2016

Bolehkan Aku Cemburu?

Aaaaaaa, lihat2 timeline di line, nemu postingan ini, langsung maknyus2 gimana gitu ni hati, sedih terharu apalah ya.

Coba bacaaa.

Oh Allah,
Bolehkah aku cemburu?
Bila suatu saat nanti aku tau bahwa bukanlah aku wanita pertama yang ada di hatinya?
.
Oh Allah,
Bolehkah aku cemburu?
Bila suatu saat nanti aku tau bahwa bukanlah aku wanita pertama yang diperjuangkannya?
.
Oh Allah,
Bolehkah aku cemburu?
Sementara diri ini pun bukan wanita yang baik,
Masa lalu pun tak pantas untuk ku dibanggakan..
Dan sungguh takkan pernah pantas bila diri ini harus menghakimi masa lalunya..
.
Allahu Rabbi,
Aku percaya akan janji-Mu,
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)."
(An-Nūr : 26)
.
Ya Allah,
Aku percaya,
Selalu ada hadiah indah untuk yang mau memperbaiki diri..
Ku mohon berikanlah kesempatan untuk memperbaiki semuanya..
.
Agar suatu saat nanti,
Ku temukan dia sebagai seseorang yang mencintai-Mu lebih dari apapun, terlepas apapun masa lalunya..
Seseorang yang dapat menjadi peneguh iman dan teman yang handal untuk meraih Ridho-Mu..
Hingga suatu saat ku mampu berbisik,
Aku mencintainya karna-Mu, Ya Allah..

Silahkan KLIK&SHARE jika dirasa bermanfaat.....

cek juga IG instagram.com/loveislam.id

"Agar suatu saat nanti, kutemukan dia sebagai seseorang yang mencintai-Mu lebih dari apapun, terlepas apapun masa lalunya. Seseorang yang dapat menjadi peneguh iman dan teman yang handal untuk meraih ridho-Mu. Hingga suatu saat kumampu berbisik, aku mencintainya karena-Mu Yaa Allah..."

:)

12 Februari 2016

Obrolan Senggang

Alhamdulillaah segala syukur atas nikmat Rabbi yang masih bisa dinikmati hingga detik ini~

Lama gak ngeblog, sekarang lagi ikut bimbingan ukmppd di PADI Jogja. Seru, tapi kangen rumah mau pulang. Ngomong2, salah satu hal yg membuat Jogja menarik adalah KULINERnya! Murah2 cuy, ah syurgaaaa. Hha. *tiba2 takut nimbang BB*

Cukup basa-basinya. Kali ini mau cerita tentang obrolan senggang dengan teman sekamar di Jogja. Ada satu kalimat yang kemaren dia lontarkan yang jujur aja bikin aku mikir lebih dalem, "Rin, kalo udah nemu orang yang baik, jangan sampai kamu lepas." Jeng jeng. Kaget juga, gak ada angin gak ada hujan tiba2 ni anak ngomong gitu, tumbeeen.

Kalimat dia itu persis sama cerita yang sering dishare sama page2 motivasi di facebook atau line. Cerita tentang seseorang yang disuruh memetik 1 bunga yang paling indah di taman dengan catatan ketika ia sudah memetik 1 bunga, maka dia tidak boleh lagi jalan terus dan memetik bunga yang lain, dan jika ia sudah berjalan ke depan, maka ia tidak boleh lagi berbalik arah. Karena ingin dapat bunga yang terindah menurut versinya, orang itu terus berjalan tanpa menghiraukan bunga2 indah yang sebenarnya sudah ia temukan, hingga akhirnya di ujung taman, orang itu menyadari bahwa ternyata bunga2 indah di taman itu sudah ia lewati begitu saja.

Well, intinya yg kutangkap sih, belajar qana'ah, belajar bersyukur. Selalu ada yang lebih baik di luar sana, selalu dan selalu. Rumput tetangga pun akan selalu tambah lebih hijau dibandingkan dengan rumput halaman sendiri. Akan selalu demikian kalo kita gak pernah bersyukur dengan apa yang kita miliki. Selalu iri hati dengan orang lain, selalu menuntut yang lebih, hingga muncul kufur nikmat tanpa disadari. Coba kalo kita belajar qana'ah, ikhlas, penuh syukur, dan selalu berpikir positif dengan apa yang ada di hadapan kita sekarang, insyaAllah kebahagiaan akan mengiringi. Ini juga persis sama nasihat mamah tentang bahtera kehidupan nanti, hha.

Semoga bisa mengaplikasikannya dan kelak bersama dengan orang yang bisa mengaplikasikannya juga.

Semangaaaat Rina, selalu percaya janji-Nya...

Semoga lulus ukmppd batch 1 2016, one shoot!
Aamiin yaa Rabb.
Hhaha.

-Nisrina Naflah-

23 Januari 2016

Karena yang Manis itu...

Pernah gak ketumpahan air gula gitu di kulit? Ya apapun lah, pokoknya yang manis2 kental, pasti lengket kan di kulit? Kalo dilap pake tissue doang, gak bakalan hilang lengketnya. Harus dicuci, pake air mengalir, sambil dielus-tekan gitu biar hilang air gulanya di kulit dan gak lengket lagi. Atau kalo mau dibiarin aja, memang bakalan hilang, tapi lengketnya bakalan kerasa banget dan kadang itu bikin gak enak. Kalopun dibiarin, hilangnya perlu waktu yang lama dibandingkan kalo kita cuci pake air.

Gitu juga sama kenangan manis. Sama kayak air gula, bakalan kerasa lengket, susah hilangnya. Kadang, kenangan manis itu dibiarkan aja nyudut di hati, nunggu aliran waktu yang ngehapus sedikit demi sedikit. Tapi itu kerasa banget. Dan gara2 itu juga, malah bikin tu kenangan manis semakin sulit buat dilupain. Apalagi kalo kenangan manis itu emang bener2 manis, tanpa ada air tuba yang merusaknya, hhaha. Yaudah lah, lengketnya mungkin ngalahin lem korea yg dijual amang2 di RS Ulin, hhaha.

Sayangnya, masalah tumpahan air gula gak cukup sampai di situ aja. Itu baru tumpahan cuy, belum lagi "tegukan" air gula. Kalo tumpahan air gula, lengket, bisa dicuci, terus hilang. Lah kalo tegukan air gula, sampai kapanpun juga bakalan ingat terus gimana manisnya air gula itu! It has been saved be a memory. Gimana ngelupainnya rasa manisnya coba? Gak bakalan lupa lah.

Itulah kenapa males banget pacaran. Lu kalo pacaran bakalan ketumpahan+ngerasain kenangan manis itu sama pacar lu. Dan parahnya, gak ada yg bisa menjamin lu bakalan nikah sama pacar lu yang penuh kenangan manis itu. Kebayang gak sih, gimana kalo lu nikah sama pria/wanita yg bukan pacar lu? Seharusnya lu bisa bahagia bareng sama dia, eh yang ada lu di beberapa waktu tertentu tiba2 ingat kenangan2 manis sama mantan2 lu yang dulu. Nyesek tau. Kebayang gak sih gimana kalo suami/istri lu tau kalo ternyata lu masih menyimpan jutaan kenangan manis sama mantan2nya dan bahkan kadang kangen gitu sama mantannya, misalnya. Yaa Allah, sedih sedih sedih. Nyesek nyesek nyesek.

Tapi, yang namanya jodoh, udah diatur sama Yang Di Atas. Yakin yang terbaik aja lah, bagaimanapun kondisinya.

Semoga segera dipertemukan dan dipersatukan dengan jodoh yang terbaik dari Allah. Yg gak bikin sedih terus. Yg gak bikin galau terus. Yg gak bikin nyesek terus. Hhaha. Aamiin yaa Rabb.

-Nisrina Naflah-

15 Januari 2016

Mamah, Mamah, Mamah

Sekarang masih : mamah, mamah, mamah, ayah, kerabat terdekat.

Nanti akan: suami, suami, suami, suami, dan suami.

Semoga dikasih suami yang sholeh, dan bisa senantiasa belajar untuk jadi istri yang sholehah serta taat pada suami.

Aamiin yaa Rabb.

12 Januari 2016

Self Reminder

Kadang, kita lupa prinsip hidup yang mendasar.
Saat kita berada di zona nyaman.
Merasa bahagia.
Merasa benar dan wajar.
Merasa senang.
Merasa terbang.

Padahal, tanpa kita sadari semuanya semu.
Kenyamanan semu.
Kebahagiaan palsu.
Kebenaran yang ternyata hanya pembenaran.
Kesenangan yang abstrak.
Dan sebenarnya jatuh.

Jatuh dari prinsip yang sudah dijunjung tinggi.
Jatuh dari impian akan bahagia yang nyata.

Manusia, ckckck.
Lemah saat bahagia.
Perlu tamparan dan teguran berkali2.
Perlu disadarkan berulang2.
Maha Besar Allah, yang selalu melimpahkan kasih sayang-Nya.
Lewat sepikan2 indah, entah darimana, dari siapa, dan bagaimana.

Tegur hamba selalu, yaa Rabb.
Jika sudah terlalu jauh hamba tersesat dari jalan-Mu.
:')

-Nisrina Naflah-